Virus Corona

Eksklusif– Pengakuan Pasien RS Wisma Atlet: Tidak Boleh Dijenguk, Tapi Bisa Terima Kiriman via Ojol

Para pasien positif covid-19 yang dirawat di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet benar-benar menjalani isolasi, karantina. Mereka terlarang dijenguk.

Editor: domu d ambarita
TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH
Seorang pasien mendapatkan pemeriksaan, saat tiba di RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Kamis (30/4/2020). Wisma Atlet Kemayoran telah dialihfungsikan menjadi RS Darurat Covid-19, setelah pandemi Virus Corona mendera Indonesia. TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH 

 
Para pasien positif covid-19 yang dirawat di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet benar-benar menjalani isolasi, karantina. Mereka tiadk boleh dijenguk. Namun keluarga atau relasi bisa mengirim benda-benda tertentu, termasuk makanan kesukaan pasien dapat dikirim melalui ojek online.

  

SELAMA bulan suci Ramadan, pasien  di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19, Wisma Atlet, Kamayoran, Jakarta, parapasien yang berpuasa sudah bangun pukul 03.00 WIB. Sejam sebelumnya,  di grup Whatsapp  (WA), petugas di lantai 27  mengabarkan makan sahur sudah tersedia di depan ruang perawat.  

Para pasien yang berpuasa mengalir keluar dari ruangan mengambil makanan dan air minum. Sekira pukul 05.00 WIB, melalui grup WA pula petugas minta daftar nama yang tidak berpuasa. Ini untuk memudahkan petugas menyediakan jumlah makanan untuk sarapan.

Biasanya, para pasien  mulai menanyakan sarapan pukul 07.00, sedangkan makanan baru siap pukul 08.00. Semua makan dikemas dalam dus warna putih.  

Video aktivitas pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta

Eksklusif- Pasien RS Wisma Atlet: Ruang Isolasi Luas, Ada Ruang Tamu, Kamar Tidur 2 dan Kamar Mandi

Heri Susilo Sang Pejuang Covid-19 Disebut Totalitas Tangani Pasien Covid-19

Petugas medis memberikan penanganan kepada pasien di RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (1/5/2020). Wisma Atlet Kemayoran telah dialihfungsikan menjadi RS Darurat Covid-19, setelah pandemi Virus Corona mendera Indonesia. TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH
Petugas medis memberikan penanganan kepada pasien di RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (1/5/2020). Wisma Atlet Kemayoran telah dialihfungsikan menjadi RS Darurat Covid-19, setelah pandemi Virus Corona mendera Indonesia. TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH (TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH)

 
Urusan makan memang tergantung selera. Ada pasien yang merasa tidak cocok dan selalu minta keluarganya kirim makanan via Gosend. Tapi umumnya merasa cocok dan mengambil makanan. 

Seorang pasien berusia 20 tahun mengaku tidak cocok  pada menu makanan, sehingga ia sering meminta keluarganya mengirim makanan.

Pasien memang tidak boleh dijenguk, tapi masih bisa menerima kiriman dari luar.  Driver ojek online yang membawa makanan diperbolehkan masuk sampai lobi UGD.  

Pasien tidak perlu khawatir tak dapat jatah, karena persediaan makanan selalu berlebih. Petugas juga tidak membatasi pasien dalam mengambil jumlah makanan dan minuman.

Dukung Mobilitas Petugas RSD Wisma Atlet, Grab Indonesia Sediakan 100 GrabWheels Gratis

 
Umumnya pasien mengambil minuman mineral lebih dari satu botol, untuk persediaan di kamar masing-masing.

Fasilitas yang paling diutamakan di Wisma Atlet adalah koneksi internet. Di tempat itu ada wifi tanpa password.

Setiap pasien yang baru masuk langsung terhubung koneksi internet, berkecepatan luar biasa.

Urusan membuang sampah, pasien tinggal menaruh di tempat sampah yang sudah disediakan di depan ruangan. 

Namun untuk kebersihan ruangan, seperti ngepel dan menyapu diserahkan kepada mamsing-masing penghuni.

Pasien wanita, biasanya sejak pagi sudah membuka pintu ruangan, menyapu lantai, bahkan beberapa orang rela menyapu koridor meskipun hanya satu meter jauhnya.

Dari segi fasilitas di wisma, pasien jarang komplain atau mengeluh, mesksipun dapur tak bisa digunakan karena tak disediakan alat dapur dan bahan bakarnya. 

Keluhan kecil muncul dari seorang pasien  dinyatakan positif  berdasar rapid test di Bandara Soekarno-Hatta  sepulang dari Vietnam.  Kartu tanda penduduknya (KTP) belum dikembalikan.

"Saya sudah memintanya, tapi jawaban petugas KTP memang ditahan. Saya sih nggak masalah,  asal jangan hilang. Kalau hilang kan repot ngurus KTP saat  pandemi seperti sekarang ini,” katanya.

Ia mengaku  bingung, karena pasien lain hanya diminta KTP saat di UGD, kemudian langsung dikembalikan.

 
Petugas Medis RS Wisma Atlet Berasal dari  Bandung, Kalimantan hingga Maluku
 

Di antara para perawat koordinasi belum solid betul.  Ada seorang pasien bertanya kapan dilakukan tes  swab, kemudian dijawab menunggu perintah dokter. 

Esoknya,  dua orang perawat yang berbeda terheran-heran mengapa sang pasien  belum tes swab, karena menurut mereka begitu masuk langsung tes swab. 

Kedua petugas itu langsung mengantar pasien ke lantai  dasar untuk dilakukan tes swab.

Seorang pasien yang baru swab mengaku baru masuk Wisma Atlet Jumat (1/5) pagi dan pukul 10.00 sudah tes swab. 

Kelucuan terjadi ketika seorang pasien dipanggil masuk ruangan kemudian ditanya mengenai data pribadi, lalu menuliskan dalam selembar formulir. 

Pasien diambil lendir di tenggorokan melalui dua lubang hidung.  Begitu baru saja bangkit dari tempat duduk, ia dipanggil lagi oleh petugas berbeda, yang jarakna hanya dua meter dari petugas pengambil lendir. 

Ia juga minta data pribadi dan menuliskannya di secarik selembar formulir. Lalu ia minta pasien yang sama diambil lendir oleh petugas yang sama juga.

"Lho saya baru saja diambil lendir," ujar sang pasien. “Oh sudah ya?”  katanya seraya menyobek lembaran formulir yang baru saja ditulisnya.

Kondisi itu bisa dipahami  karena jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah petugas. Di lantai 27 saja ada 32 ruangan, begitu juga di lantai 26.  

Kalau semua ruangan penuh terisi, satu lantai itu ada 96 pasien, sedang petugas dan perawat untuk satu lantai paling banyak enam orang.

Mereka berasal dari tempat berbeda, termasuk lembaganya. Ada yang dari dinas kesehatan pemerintahan provonsi,  TNI, Polri dan lembaga lainnya.

"Saya dari Dinas Kesehatan Kalimantan Barat," kata Sri Wahyuni. Beberapa petugas lainnya ada yang dari Bandung dan  ada pula dari Maluku.

Mereka harus menjadi satu tim dalam waktu singkat dan mengurus orang banyak.

Namun, dalam setiap situasi, mereka tampak kompak, dan selalu berdiskusi ketika menghadapi keluhan pasien.

Jadi ketika menjawab keluhan pasien dalam grups WA, selalu satu suara. Yang paling banyak ditanyakan pasien terutama soal hasil  tes swab.

Menurut petugas medis, hasil  tes swab perlu waktu cukup lama, bisa sampai 10 hari.  (cecep burdansyah)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved