Bulan Suci Ramadan
Di Tengah Situasi Wabah Virus Corona, Pedagang Menu Sajian Berbuka Puasa: Sepi Pembeli, Omzet Anjlok
Pasar Benda Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi tempat destinasi kuliner hidangan berbuka puasa.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Rizki Amana
WARTAKOTALIVE.COM, PAMULANG - Pasar Benda, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi tempat destinasi kuliner hidangan berbuka puasa.
Berbagai penjual makanan dan minuman pun berkumpul mencari pundi-pundi rezeki dari para pemburu kuliner yang berkerumun sejak pukul 15.00 hingga usai adzan Maghrib.
Namun, suasana itu kini tak dapat ditemui seperti biasanya. Sebab, pada bulan ramadan kali ini Kota Tangsel masuk sebagai zona merah wabah Virus Corona.
Hingga, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel menerapkan aturan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB dalam upaya memutus rantai penyebaran wabah Virus Corona.

Tentunya, penerapan PSBB berimbas akan sepinya pembeli di kawasan wisata kuliner sajian menu berbuka puasa tersebut.
"Banyakan tahun kemarin di hari pertama. Biasanya sudah ramai jam segini, mesti sekarang ramai tapi tak sebanding tahun lalu," kata Cika (24) selaku pedagang gorengan di Pasar Benda, Pamulang, Tangsel, Jumat (24/4/2020).
Cika mengakui adanya rasa kekhawtiran berdagang di tengah masifnya infeksi Virus Corona.
Namun, rasa khawatir itu terkalahkan dengan mendesaknya kebutuhan keluarga hingga memaksakannya untuk berjualan sajian menu berbuka puasa.
"Ya takut ya. Tapi namanya butuh uang ya mau enggak mau," jelasnya.
Faktor lain yang memotivasi ia kembali berjualan berupa keuntungan yang menggiurkan dari berjualan sajian menu berbuka puasa tersebut.
Ia mengaku dapat mengantongi omzet hingga Rp 6 juta per bulan saat bulan ramadan pada tiap tahunnya.
Meski, rasa pesimis dapat mencapai omzet yang sama pada tahun sebelumnya terus membayanginya.
"Kalau tahun lalu si omzetnya total Rp 6 jutaan (per bulan). Tapi ini kan kita banyak orang yang menaru (jualan) jadi omzet kotor. Tapi terkadang sehari saja waktu tahun lalu Rp 1 juta, kalau sekarang dilihat saja enggak terlalu ramai," jelasnya.
Hal senada turut disampaikan pedagang lain. Nining (52) mengaku omsetnya anjlok hingga 50 persen dibanding dengan tahun lalu.
Bahkan, ia mengatakan banyak dari teman seprofesinya memilih untuk tidak menggelar lapak di tengah situasi tak menentu ini.
"Rp 100 ribu lebih (pada tahun lalu), sekarang ini enggak sampai 50 persen (target penjualan). Jadi kita disini banyak yang nitip (dagangan) karena mereka juga memerlukan dan enggak berdagang," ucap Nining kepada Wartakotalive.com di lapaknya, Jumat (24/4/2020).
Di tengah situasi penerapan PSBB, Nining pun turut memberikan imbauan berupa tulisan yang ditempelkan pada lapaknya itu.
Tulisan tersebut berisikan program protokol kesehatan individu dalam masa PSBB yang diterapkan.
"Saya persiapkan hand sanitizer sama jaga jarak juga, dan harus pakai masker.
Kalau enggak pakai masker, enggak saya layani," ucap Nining sembari menunggu calon pembeli.
Sementara itu, panatauan Wartakotalive.com di lokasi tak banyak para calon pembeli menghampiri pelapak menu sajian berbuka puasa itu.
Warga sekitar hanya ramai berlalu lalang dengan menggunakan masker tanpa bertujuan membeli dagangan-dagangan yang telah disajikan tersebut. (m23).
Tanpa Ada Sentra Takjil, Penjual Takjil di Benhil Tak Seramai Tahun Lalu
Ketika Bulan Suci Ramadan banyak orang yang mencari takjil untuk berbuka puasa, tak hayal di beberapa pinggir jalan banyak para penjual takjil yang berdagang.
Takjil yang dijual mulai dari jenis gorengan, seperti bakwan, tempe, risol, ada juga lontong bahkan beberapa jenis makanan lainnya seperti otak-otak, hingga kolak.
Namun nampaknya tahun ini penjual takjil tak seramai tahun sebelumnya, hal ini karena efek pandemi Covid-19 serta penerapan PSBB DKI Jakarta.

Biasanya salah satu lokasi takjil yang kerap ramai salah satunya di kawasan Benhil, Jakarta Pusat.
Sepanjang jalan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat sebelumya memang banyak penjual takjil di pinggir jalan, ditambah ada pusat Takjil yang digelar di dekat Pasar Benhil.
Hanya saja di tengah pandemi Covid-19 ini tidak ada sentra takjil di sana.
Pantauan Wartakotalive.com lokasi yang digunakan sebagai lapak sentra takjil Benhil kini nampak kosong, bahkan tak ada tenda-tenda yang berdiri di lokasi itu.

Meski sentra takjil Benhil tak ada masih ada beberapa pedagang takjil yang berjualan.
Para pedagang takjil ini tak lagi mengunakan tenda, melainkan hanya satu buang bangku yang di atasnya disajikan menu takjil yang dijual, selain itu setiap pedagang pun juga diberikan jarak antara dua meter.
Salah satu pedagang Takjil Jumadi (52) mengatakan jika tahun ini memang sangat berbeda karena dampak dari Covid-19.
Ia pun tetap berjualan takjil karena untuk menambah pemasukan sehari-hari.

"Ini juga semalam itu binggung. Jual ngak jual ngak. Kan tadinya bilang gak boleh, akhirnya dapat informasi kalo boleh. Ya udah tadi pagi siap-siap beli bahannya buat beli takjil," kata Jumaidi, Jumat (24/4/2020).
Hampir 7 tahun berjualan takjil di Benhil, menurutnya kali ini ia hanya berjualan takjil bersama satu rekannya.
Padahal tahun lalu ia berjualan bersama lebih dari 10 warga dengan pemasang tenda.
Hanya saja tahun ini tak diizinkan pasang tenda.

"Tahun lalu mah rame, di sini tu ada tendanya, banyak yang jualan juga. Sama kayak yang di Pasar Benhil, cuma memang banyakan di sana, kalo di sini mah warga sini aja," kata Jumaidi.
Menginggat pandemi Covid-19, ia pun juga tidak membuat menu takjil yang begitu banyak, ia khawatir jika tidak banyak warga yang membeli, sehingga ia akan melihat kondisi di lapangan seperti apa setelah berjualan beberapa hari ke depan.
"Kalo tahun kemarin aja bisa 1.500 gorengan. Sekarang saya cuma buat 300 gorengan doang ini. Kolak yang biasa 50, 60, cuma buat 10, mau liat situasi dulu," katanya.
Selain itu hal serupa juga disampaikan oleh Anto (23) salah satu pedagang takjil di Benhil.
Ia mengatakan jika ia hanya ditugaskan berjaga dan berjualan takjil oleh orangtuanya.
"Kalo saya sih cuma bantu aja sih mas. Yang buat mah orantua," katanya.
Meski baru berjualan, Anto mengatakan cukup banyak warga yang mencari takjil untuk berbuka puasa.
Meski tak sebanyak tahun lalu. Sebab jika tahun lalu banyak perkantoran yang masih beraktiftas.
"Ya lumayan ada aja orang yang dateng. Cuma emang gak kayak dulu. Dulu kan orang pulang kerja pasti mampir ke sini. Sekarang kantor kan tutup," ujarnya. (JOS)
5 Arti Takjil Kolak Menurut Agama yang Harus Anda Ketahui, Berikut Resepnya
Setiap puasa ramadhan hidangan yang pembuka yang paling sering dihidangkan adalah kolak. Anda harus tahu makna dibalik makanan ini
Makanan kolak biasanya tersaji sebagai makanan pembuka yang kerap ditemui saat Bulan Ramadhan..
Isi kolak biasanya terdiri dari pisang, ubi, tape, kolang-kaling dengan ditambah kuah gula santan
Tahukah anda dibalik manis gurih rasa kolak menyimpan berbagai makna atau filosofi mendalam..
Tahukah Anda arti dibalik makanan kolak?
Berikut 5 arti kolak dalam agama:
1. Mengosongkan dosa

Menurut sejarah, para wali-lah yang memperkenalkan kolak hingga begitu terkenal hingga sekarang.
Selain menawarkan khazanah kuliner baru, beliau-beliau juga menginginkan agar masyarakat belajar nilai yang terkandung dalam makanan ini.
Kolak berasal dari kata lsquo;khala (bahasa Arab) yang berarti kosong.
Maknanya adalah, kita sebagai manusia harus selalu bertaubat kepada Alloh agar kosong dari dosa.
Kematian dengan kekosongan dosa menurut para wali adalah sebaik-baiknya akhir.
• Jangan Lupa Malam Ini Baca Niat Puasa Ramadhan atau Sahur Setelah Shalat Isya
• 6 Resep Masakan Sahur Praktis untuk Puasa Ramadan, Disertai Daftar Menu Selama 15 Hari
2. Mendekatkan diri pada Allah

Selain ‘khala’, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kolak berasal dari kata ‘kholaqo’yang juga bahasa Arab dan bisa diturunkan menjadi ‘kholiq’ yang artinya mencipta.
Secara tersirat kolak menganjurkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Alloh.
3. Mengingatkan pada kematian

Di dalam kolak kita akan menemukan banyak jenis makanan, namun ubi-lah salah satu yang tidak pernah ketinggalan.
Mengapa bisa begitu?
Menurut orang Jawa, ubi masuk dalam jenis makanan polo pendem atau yang tumbuh di bawah tanah.
• Ada 3 Fase Dalam Bulan Ramadan yang Perlu Anda Ketahui Agar Tidak Sia-Sia Puasanya
• 4 Menu Takjil yang Dianggap Aman Bagi Penderita Diabetes dan yang Sedang Diet
Artinya, ketika menyantapnya, maka harus ingat kalau suatu saat kita pasti akan seperti mereka: dikubur di dalam tanah.
Para wali menganjurkan adanya pertaubatan di setiap sendok kolak yang kita makan. Pasalnya, kematian mungkin saja akan datang semudah kita menyantapnya.
4. Mengajarkan untuk tidak berbuat dosa

Selain ubi, pisang juga menjadi makanan yang selalu ada dalam kolak.
Namun dari sekian banyak jenis pisang, hanya pisang kepoklah yang paling pas.
Kepok pada pisang kepok merujuk pada istilah ‘kapok’ yang dalam bahasa Jawa berarti menyesal atau jera.
Hal ini mengajarkan bahwa setiap kali menikmatinya, kita harus selalu ingat untuk takut akan dosa dan tidak lagi melakukan hal-hal yang membuat kita berdosa.
5. Mengajarkan untuk meminta maaf

Dari semua bahan untuk membuat kolak, santan adalah yang paling penting karena akan menjadi kuah.
Santan dalam bahasa Jawa disebut ‘santen’ yang merupakan kependekan dari ‘pangapunten’ (maaf).
Jadi, ketika kita meminum kuah kolak yang manis itu, ingatlah akan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dan kemudian meminta maaf kepada mereka yang pernah kita salahi. Sumber: https://www.inovasee.com/filosofi-kolak-5351/
Kolak Pisang Ubi

Bahan:
10 buah pisang raja / pisang kepok (kupas dan potong serong)
2 buah nangka
350 gr ubi kuning
150 ml Santan kelapa
1 liter air putih
6 sdm gula pasir
6 sdm gula merah
2 lembar daun pandan
vanili 1/4 sendok teh
Santan siap saji
Garam secukupnya (agar rasanya gurih)
Cara Membuat:
1. Rebus air bersama dengan ubi kuning, sampai ubi lunak.
2. Masukan santan, gula pasir, gula merah, garam, fanili, dan daun pandan. Gunakan api kecil dan aduk perlahan.
3. Masukan potongan pisang, tunggu sebentar
4. Kolak pisang siap disajikan.
5. Sajikan hangat.
Kolak Pisang Kurma

Bahan:
2 bh pisang tanduk, potong-potong
200 g ubi putih, potong kotak
100 g kolang-kaling, belah dua
8 bh kurma, buang biji, belah 2 memanjang
1.250 ml santan dari ½ btr kelapa
50 g gula palem
100 g gula merah, sisir
50 g gula pasir
3 lbr daun pandan
Cara Membuat:
1.Rebus santan, ubi, semua gula, daun pandan, garam sambil diaduk sampai mendidih.
2.Masukkan kolang-kaling. Masak sampai matang. Tambahkan kurma, aduk rata.
7 porsi
30 menit
sumber: resep koki/Nova.Grid