Nilai Rupiah Anjlok

Rupiah Dekati 17 Ribu per Dollar, Apakah Bisa Krisis Ekonomi? Simak Penjelasan Sri Mulyani

Seperti kebanyakan negara lain di dunia, situasi perekonomian Indonesia terpukul oleh pandemi virus corona atau Covid-19

Editor: Feryanto Hadi
Antaranews.com
Ilustrasi - Anak-anak tunawisma mengulurkan tangan dari balik pagar, menunggu untuk mengumpulkan pakaian gratis di badan amal setempat di Siliguri, India (27/9/2006). Kemiskinan seperti ini yang kerap memicu jual beli anak sebaghai budak. (REUTERS / Rupak De Chowdhuri ) 

Wabah virus corona telah mendunia dengan menjangkitan berbagai warga negara.

Pemerintah tiap negara pun kewalahan menghadapi cepatnya penyebaran virus corona hingga jatuh korban jiwa.

Seperti kebanyakan negara lain di dunia, situasi perekonomian Indonesia terpukul oleh pandemi virus corona atau Covid-19. 

Satu Pegawai Bank Mandiri Meninggal Dunia Setelah Positif Corona, Bertugas di Jakarta

Rocky Gerung Sentil Cara Presiden Jokowi Tangani Corona, Singgung Dua Juta Turis China

Indeks saham anjlok ke bawah level 4.000, nilai tukar rupiah pun kian mendekati Rp 17.000 per dolar AS.

Yield Surat Utang Negara (SUN) pun cetak rekor tertinggi di 8,308%.

Kondisi ini memicu kekhawatiran akan krisis ekonomi kembali terulang pada tahun ini

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan saat ini Indonesia dan dunia memang tengah menghadapi krisis.

Kunci Selamatkan Ekonomi, Faisal Basri: Umumkan Darurat Corona, Hentikan Pembangunan Ibukota Baru

Namun, krisis itu ialah krisis di bidang kesehatan dan kemanusiaan akibat pandemi virus corona.

Namun, Sri Mulyani meyakinkan bahwa saat ini krisis keuangan dan ekonomi belum terjadi. 

“Ini yang sedang diupayakan oleh seluruh negara, yaitu agar jangan sampai kondisi ini menyebabkan krisis ekonomi, sosial, dan keuangan.

Kami sedang mencoba untuk menanggulangi krisis kesehatan ini agar tidak menimbulkan spill-over,” tutur Sri Mulyani, Selasa (24/3/2020).

Ia tak memungkiri, pertumbuhan ekonomi di banyak negara akan mengalami kontraksi.

Termasuk ekonomi Indonesia yang pada proyeksinya saat ini hanya akan mampu tumbuh 2,5% hingga 3% di 2020. 

Siti Oetari Tjokroaminoto, Sosok Janda Perawan Soekarno yang Ternyata Nenek Kandung Maia Estianty

“Ekonomi kontraksi, tapi tidak terjadi krisis. Bukan seperti 2008-2009 di mana bank dan lembaga keuangan jatuh bangkrut,” sambungnya.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menuturkan, respon kebijakan negara-negara dalam menghadapi situasi krisis kesehatan ini menjadi kunci utama.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved