Virus Corona
Jerman Pilih Batasi Perkumpulan Maksimal 2 Orang Dibanding Karantina, Jarak Antar Orang 1,5 Meter
Jerman Pilih Batasi Perkumpulan Maksimal 2 Orang Dibanding Karantina, Jarak Antar Orang 1,5 Meter
Otoritas Jerman mengeluarkan aturan perkumpulan warganya tidak boleh dihadiri lebih dari dua orang, untuk menekan penyebaran virus corona.
Menurut para petinggi negara tersebut, cara ini akan lebih efektif ketimbang menerapkan karantina di rumah bagi para warga negaranya.
Regulasi baru ini diumumkan oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel, Minggu sore (22/3/2020) waktu setempat.
• Tingkat Kematian Akibat Virus Corona di Jerman Rendah, Hanya 0,18 Persen, Ini Kuncinya
• Hati-hati, Melawan Imbauan Polisi Soal Cegah Penyebaran Virus Corona Bisa Dihukum Satu Tahun Penjara
Jerman setuju menerapkan aturan ini setelah dilakukan pertemuan antara Merkel dengan 16 kepala negara bagian Jerman.
Meski begitu, ada perkecualian bagi keluarga atau orang-orang yang tinggal bersama di satu rumah.
Kebijakan ini juga diambil setelah Jerman berkaca dari pengalaman, banyak warganya yang melanggar aturan karantina.
• Work From Home, Pelayanan Tatap Muka di Kelurahan Pulau Panggang Berhenti Sementara
Menurut kabar dari media Jerman Deutsche-Welle, di Bavaria terdapat 160 pelanggaran aturan karantina.
Orang-orang masih mengadakan pesta, meski telah diterapkan aturan karantina di rumah masing-masing.
Negara bagian barat Rhine-Westphalia Utara juga melaporkan aturan pertemuan kelompok yang diabaikan.
• Film Dokumenter The Lockdown: One Month In Wuhan yang Viral di YouTube, Ditonton 13 Juta Orang Lebih
Sementara itu di Hesse, polisi melaporkan suasana Minggu malam berlangsung tenang, karena orang-orang mematuhi aturan untuk tetap di rumah.
Selain mengumumkan aturan baru tentang jumlah orang di perkumpulan, Jerman juga menerapkan aturan-aturan lain, sebagai berikut:
• Update Kasus Corona Minggu, Jakarta Cetak Rekor Penambahan 44 Kasus Baru Corona dalam 24 Jam
1. Semua restoran, kafe, dan penyedia jasa sejenis termasuk penata rambut, harus memberi jarak 2,5 meter antara orang. Jika tidak memungkinkan, mereka harus tutup sementara.
2. Di tempat umum, orang-orang yang tidak tinggal bersama harus menjaga jarak minimal 1,5 meter.
3. Perusahaan harus memastikan karyawannya bekerja secara higienis.
4. Warga yang bepergian untuk kerja, membantu orang lain, atau berolahraga secara individu, diperbolehkan keluar rumah.
5. Aturan ini akan ditegakkan selama dua minggu ke depan.
6. Merkel menekankan larangan ini adalah aturan, bukan imbauan. Polisi akan dikerahkan untuk memastikan para warga mematuhinya.
Angka Kematian Rendah
Seperti diketahui Angka kematian akibat virus corona di Jerman tidak setinggi negara lain di Eropa yang terus meningkat.
• Sudah Diberi Rp 10 Juta, Delapan Orang Ngaku Wartawan Tetap Ancam dan Peras Korbannya
Meski berada di antara negara paling terpukul karena virus corona, Jerman mencatat jumlah kematian yang sangat rendah.
Angka resmi terbaru yang diterbitkan Lembaga Pengendalian Penyakit, Institut Robert Koch (RKI) pada Kamis (19/03/2020) menunjukkan 10.999 kasus infeksi dan 20 angka kematian.
Angka kematian itu hanya 0.18 persen, jauh lebih rendah dari China (4 persen), Inggris (3,9 persen), Perancis (2,9 persen) dan Italia (8,3 persen).
• VIDEO: Bukannya Belajar di Rumah Pelajar di Warakas Malah Tawuran, Satu Orang Tewas
"Hal itu sulit untuk dijelaskan," ungkap Richard Pebody dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa lalu.
"Kami tidak punya jawaban yang benar dan mungkin kombinasi dari berbagai faktor."
Tapi, berikut ini adalah penjelasan yang dikemukakan oleh pakar spesialis:
1. Peralatan medis Jerman lebih baik.
Dengan 25 ribu tempat tidur perawatan intensif lengkap juga alat pernapasan, peralatan dan perlengkapan Jerman lebih baik dibandingkan dengan negara tetangganya di Eropa.
Sebaliknya, Perancis hanya memiliki sekitar tujuh ribu dan Italia sekitar lima ribu.
Di Inggris, angka-angka NHS terbaru menunjukkan bahwa ada lebih dari empat ribu tempat tidur perawatan kritis di Inggris.
2. Tes awal.
Christian Drosten, Direktur Institut Virologi di rumah sakit Charite Berlin mengatakan bahwa pengujian awal juga bisa menjadi faktor kematian kecil.
"Kami mengenali penyakit ini sangat dini di negara kami. Kami unggul dalam hal diagnosis dan deteksi," ungkap Drosten.
Pada Januari, para peneliti di Charite menjadi yang pertama mengembangkan tes untuk virus corona.
Jerman juga memiliki jaringan laboratorium independen yang banyak di antaranya mulai melakukan tes paling awal sejak Januari, ketika jumlah kasus masih sangat rendah.
3. Pasien lebih muda.
Virus ini juga sebagian besar menginfeksi populasi usia muda dan lebih sehat di Jerman dibandingkan di tempat lain.
"Di Jerman, lebih dari 70 persen orang yang diidentifikasi telah terinfeksi hingga sekarang berusia antara 20 dan 50 tahun," jelas presiden RKI Lothar Wieler.
Seperti di Skandinavia, infeksi pertama di Jerman diidentifikasi pada orang yang baru saja kembali dari liburan bermain ski di Italia atau Austria.
Namun di negara di mana hampir seperempat dari populasi lebih dari 60, ada kekhawatiran bahwa jumlah kematian akan meroket ketika virus menyebar lebih lanjut.
4. Tidak ada uji pasca kematian (post-mortem).
Penjelasan lain yang dikutip oleh para ahli Italia, bisa jadi bahwa Jerman, tidak seperti negara lain, cenderung tidak menguji mereka yang sudah meninggal.
"Kami tidak menganggap tes post-mortem sebagai faktor penentu. Kami bekerja berdasarkan prinsip bahwa pasien diuji sebelum mereka meninggal," kata RKI kepada media Perancis AFP.
Itu berarti bahwa jika seseorang meninggal di karantina di rumah dan tidak pergi ke rumah sakit, ada kemungkinan besar mereka tidak akan dimasukkan dalam statistik.
Hal ini diungkapkan oleh Giovanni Maga dari Dewan Riset Nasional Italia dalam sebuah wawancara dengan Euronews.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Daripada Karantina, Jerman Pilih Batasi Perkumpulan Maksimal 2 Orang", . Penulis : Aditya Jaya Iswara