Virus Corona

Pesan Menohok Sandiaga Uno untuk Jokowi. Solidaritas Antarbangsa Pudar, Tergantikan Target Ekonomi

Pesan menohok Sandiaga Uno untuk Jokowi di tengah merebaknya virus corona. Solidaritas antar bangsa pudar, tergantikan target pertumbuhan ekonomi.

Editor: Dwi Rizki
instagram @sandiuno
Sandiaga Uno ketika berkunjung ke Nagoya, Jepang 

Warisan solidaritas itu kemudian diteruskan oleh Soeharto melalui gerakan Selatan-Selatan dan partisipasi aktif dalam menangani konflik Indo-China dan Filipina Selatan.

Pertanyakan Sikap Pemerintah Soal Penanganan Virus Corona, Hotman Paris: Sudah Waktunya Test Massal?

"Solidaritas itulah yang menjamin soliditas bangsa-bangsa lain datang membantu kala kita membutuhkan," tambahnya.

Benih solidaritas yang ditanamkan sejak masa awal pemerinatahan Indonesia tersebut berbuah baik. 

Hal itu ditunjukkan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika terjadi bencana maha dasyat gempa bumi dan tsunami Aceh pada tahun 2004.

Selain itu, sejumlah bencana-bencana lain di tahun berikutnya.

"Kita tegak berdiri, bukan saja karena kita kuat, tetapi juga solidaritas Internasional," jelas Sandi.

Terguncang dengan Keputusan Jokowi

Solidaritas yang ditanamkan dan dijaga sejak masa pemerintahan Soekarno tercoreng saat ini.

Bulan lalu ketika wabah corona atau Covid-19 melanda Tiongkok dan beberapa negara lain, seluruh pihak termasuk Sandi mengaku terguncang melihat langkah yang diambil pemerintah.

Bukan rencana darurat yang disiapkan, tetapi insentif sektor pariwisata.

"Pintu masuk bukan dipersempit, malah dibuka lebar. Bukan tenaga medis yang dipersiapkan, tetapi anggaran untuk influencer asing," ungkap Sandi.

"Kita melihat petaka di luar (negeri) sebagai peluang (untuk) di dalam. Adakah gagasan solidaritas sudah lenyap dalam jiwa kita bangsa Indonesia," jelasnya.

Cegah Virus Corona, Sandiaga Uno Setuju Dengan KH Maruf Amin, Tidak Salaman Apalagi Cipika-Cipiki

Sandi mengaku sangat mendukung keinginan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi Indonesia tidak mungkin tumbuh di tengah ladang yang tandus.

"Berharap situasi negatif luar negeri jadi kesempatan besar untuk kita. Sama saja dengan menyembunyikan kepercayaan diri kita untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain," tegasnya.

Sebab, menurutnya, untuk menjadi bangsa yang maju, Indonesia butuh persaingan yang berorientasi pada efisiensi dan inovasi.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved