Dipimpin Ribka, PDIP Kawal Pemberian Bantuan Sembako dari Kemensos untuk Korban Gempa Sukabumi

Tim dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengawal dan mendampingi bantuan sembako dari petugas Kementerpa seribuSosial (Kemensos).

ISTIMEWA
Tri Rismaharini dan Ribka Tjiptaning Proletariyati (kanan) 

Data BPBD Jawa Barat menunjukan gempa ini menimbulkan kerusakan di beberapa wilayah kecamatan di Sukabumi.

Di Kecamatan Kalapanunggal (17 rumah rusak berat 15 rumah rusak sedang 17 rumah rusak ringan).

Kecamatan Parakansalak (2 rumah rusak sedang), Kecamatan Cidahu (1 rumah rusak), dan Kecamatan Kabandungan (beberapa rumah rusak ringan).

Guncangan gempa juga dirasakan di Cikidang, Ciambar, Cidahu dalam skala intensitas IV-V MMI.

Guncangan dirasakan oleh hampir semua penduduk, yang menyebabkan warga berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri.

Guncangan juga dirasakan di Panggarangan, Bayah, Sukabumi dalam skala intenaitas III MMI, di mana guncangan dirasakan seperti ada truk berlalu.

Dalam rangka pengumpulan data dampak gempa, maka sangat dibutuhkan survei lapangan gempa merusak.

Terkait kerusakan akibat gempa tersebut, BMKG kemarin memberangkatkan tim survei ke zona gempa di Sukabumi.

Survei lapangan yang akan dilakukan BMKG mencakup survei makroseismik guna memetakan sebaran dampak kerusakan bangunan (berat, sedang, ringan).

Data ini penting untuk validasi peta shakemap yang dipublikasikan BMKG.

BMKG juga akan memasang beberapa portable digital seismograpf untuk memonitor aktivitas gempa susulan.

Satu lagi hal yang penting dilakukan oleh tim survei BMKG adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dengan memberikan penjelasan seputar mitigasi gempa bumi, cara selamat saat terjadi gempa, serta menenangkan masyarakat.

Gempa Sukabumi ini termasuk gempa tipe II, di mana gempa diawali gempa pendahuluan, selanjutnya terjadi gempa utama, dan kemudian diikuti gempa susulan.

Sebelum terjadi gempa utama (main shock) dengan magnitudo M=5,1 pada pukul 17.18.04 WIB, didahului aktivitas gempa pendahuluan (foreshock) dengan magnitudo M=3,1 pukul 17.09 WIB.

Setelah terjadi gempa utama, selanjutnya diikuti gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo M=2,4 pada pukul 18.06 WIB.

Ada beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari kasus gempa Sukabumi ini.

Pertama, di wilayah Indonesia ternyata masih banyak sebaran sesar aktif yang belum teridentifikasi dan terpetakan strukturnya dengan baik.

Identifikasi dan pemetaan sesar aktif ini sangat penting untuk kajian mitigasi dan perencanaan wilayah.

Kedua, adalah mewujudkan bangunan tahan gempa.

Ini penting karena banyaknya korban sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi timbul korban akibat bangunan roboh dan menimpa penghuninya.

Membuat bangunan rumah tembok asal bangun tanpa besi tulangan atau dengan besi tulangan berkualitas tidak standar, justru akan menjadikan penghuninya sebagai korban jika terjadi gempa. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved