Virus Corona
Uang Rp 50 Juta untuk Mahasiswa yang Terisolasi di Wuhan Hanya Cukup untuk Kebutuhan Selama Dua Hari
Kondisi mahasiswa yang terjebak di Wuhan diungkapkan memrihatinkan karena mereka sangat kesulitan.
Kondisi mahasiswa yang terjebak di Wuhan diungkapkan memrihatinkan karena mereka mengalami keadaan sangat kesulitan.
Bahkan, mahasiwa dengan mempunyai uang senilai Rp 50 juta juga tidak cukup untuk terus bertahan karena uang sebesar itu hanya cukup dua hari.
Soalnya, dengan keadaan terisolasi, pasokan kebutuhan, makanan, dan berbagai keperluan sangat terbatas.
Sebagian besar sudah dibeli dan sebagian tersedia, tapi harganya naik.
Salah seorang mahasiswa asal Aceh, Fadil, mengirimkan surat pada sejumlah pejabat di Aceh.
Surat itu diperoleh Kompas.com, dari anggota DPR Aceh, Muslim Syamsuddin, Senin (27/1/2020).
Dalam surat itu Fadli yang kuliah menceritakan CCNU, Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, menceritakan, mereka mulai dilarang keluar asrama sejak 23 Januari 2020 oleh otoritas Cina, menyusul virus corona di kota itu.
Diberitakan Kompas.com, anggota DPR Aceh, Muslem Syamsuddin meminta Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menambah pasokan makanan untuk mahasiswa Aceh di Provinsi Hubei, seiring meningkatnya jumlah korban yang terkena virus corona di Cina.
Sehari sebelumnya, Pemerintah Aceh mengirimkan uang tunai Rp 50 juta untuk kebutuhan mahasiswa di sana.
Namun, Muslem menyebutkan, uang itu hanya cukup untuk dua hari bagi mahasiswa di sana.
"Saya minta, itu uang beli makanan mahasiswa di Wuhan dan Cina harap dikirim lagi," kata Muslem kepada Kompas.com, Senin (27/1/2020).
"Ini darurat kemanusiaan."
"Kita harus memastikan mereka terpenuhi kebutuhan makanannya."
"Bisa menggunakan uang tanggap darurat, kirim yang mencukupi untuk dua pekan minimal."
Dia menyebutkan, sudah berkomunikasi dengan mahasiswa asal Aceh di Wuhan.
• Wuhan Menjelma Sebagai Zombieland yang Terisolasi dan Pengidap Corona Bergelimpangan di Tempat Umum
Mereka mengeluhkan mahalnya bahan makanan di Wuhan.
Bahkan, mendapatkan makanan pun sulit.
"Ini lucu juga, masak iya dikirim hanya Rp 50 juta."
"Padahal, kita tahu, Wuhan itu ditutup."
"Otomatis, semua bahan makanan jadi mahal," kata Muslem.
"Jangan sampai untuk tanggap darurat berbau kegiatan fisik seperti pembangunan tanggul banjir kita gelontorkan dana besar, untuk manusia begini kita cicil uangnya," kata Muslem.
Pemerintah Aceh diminta berkomunikasi dengan orangtua mahasiswa asal Aceh.
Sehingga orangtua tidak khawatir akan nasib anaknya di Wuhan.
"Jangan biarkan rakyat sibuk cari tahu kondisi anaknya."
"Mereka kebingungan komunikasi ke mana," kata Muslem.
"Posko dibuka Pemerintah Aceh itu harusnya juga bekerja untuk berkomunikasi dengan orangtua mahasiswa yang menetap di Aceh,” katanya.
• Seorang ABK Berhasil Diselamatkan Nelayan Pulau Lancang Setelah Terapung Selama 12 jam di Laut Lepas
Selain itu, dia meminta Pemerintah Aceh berkomunikasi dengan KBRI untuk memindahkan mahasiswa yang terjebak di Wuhan ke provinsi lainnya.
"Jika opsi pemulangan ke Aceh tidak memungkinkan, maka opsi menggeser atau membawa mahasiswa Aceh ke luar Wuhan harus dilakukan."
"Ini teknis yang harus dipikirkan," kata Muslem.
Opsi pemulangan mahasiswa
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh, Al Hudri dihubungi per telepon menyebutkan, pihaknya sedang mengupayakan kepulangan mahasiswa Aceh dari Wuhan.
Ia sendiri sedang di Jakarta untuk membahas berbagai opsi keselamatan mahasiswa Aceh dengan Kementerian Luar Negeri RI.
"Saya sedang di Jakarta, bahas berbagai kemungkinan yang bisa kita lakukan untuk mahasiswa Aceh dengan Kemlu," katanya.
• Pemprov DKI Jakarta Membatalkan Pengangkatan Donny sebagai Dirut Tansjakarta Terlibat Penipuan
Data yang diperoleh berikut nama-nama mahasiswa Aceh di Cina.
Data 12 mahasiswa Aceh di Wuhan:
1. Fadil – CCNU, Wuhan – Aceh Utara
2. Siti Mawaddah – Huda, Wuhan – Sigli
3. Alfi Rian – WUT, Wuhan Aceh Utara
4. Ory Safwar – CCNU, Wuhan – Banda Aceh
5. Siti Sahara – WHUT, Wuhan – Aceh Tenggara
6. Hayatul-HUST, Wuhan Lhoksumawe
7. Maisal- HUST , Wuhan – Aceh Besar
8. Jihadullah -WHU, Wuhan, Banda Aceh
9. Ita Kurniawati- WHU, Wuhan – Nagan Raya
10. Agus – Zhongnan, Wuhan- Sabang
11. Intan Maghfirah – JISU CC – Banda Aceh (sekarang di Wuhan)
12. Sapriadi – JISU CC Meulaboh (sekarang di Wuhan)
Mahasiswa Aceh di Cina di luar kota Wuhan:
1. Muhammad Sahuddin-NNU Nanjing, Aceh Barat
2. Desi – CC Changchun – Banda Aceh
3. Yuliafitria- Nanchang University
4. Rizki Rinanda – Tianjin Aceh Besar
5. Fiqhi Nahdhiah Makhmud – ZJNU, Jinhua, Aceh Tengah
6. Putri Kumala Rizki Rani-Xuzhou, Jiangsu – Aceh Besar
7. Nadlia Ariyati- ZJNU, Jinhua, Zhejiang
8. Aisyah Protonia Tanjung- ZJNU, Jinhua, Hangzhou – Aceh
9. Geunta- JISU-Changchun Aceh Utara 10. Mirna – BIT – Beijing Aceh tengah
11. Ulfi Maulida- Beijing Banda Aceh.
(Kontributor Lhokseumawe, Masriadi)
• Cina Membangun Rumah Sakit Berkapasitas 1000 Meski Korban Terjangkit Corona Mencapai 100000 Pasien
Sejumlah pusat pertokoan ditutup, dan mereka terpaksa membeli bahan makanan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan untuk beberapa hari saja.
"Kami harus beli air mineral kemasan."
"Tidak boleh minum air galon, itu dilarang oleh otoritas China," kata Fadil, asal Desa Kampung Baru, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara dalam surat itu.
"Sehingga, kami terpaksa membeli air minum kemasan semuanya."
Ingin dievakuasi keluar
Dia menyebutkan, beredar kabar di kalangan mahasiswa Aceh bahwa sejumlah negara akan menjemput mahasiswanya untuk dibawa pulang ke negeri asalnya.
Karena itu, dirinya dan mahasiswa lain dari Indonesia yang terperangkap di Wuhan juga berharap, agar Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh dapat segera menjemput mereka pulang ke tanah air.
• Dugaan Corona Ditularkan Kelelawar dan Ular di Kala Derita Warga Wuhan yang Diisolasi Bertahan Hidup
Dia menyebutkan, orangtua mereka di tanah air juga khawatir akan nasib mereka di Wuhan.
"Sejauh ini, kami aman dan sehat, serta seterusnya sehat."
"Semoga pemerintah bisa menjemput kami pulang ke tanah air," katanya, dalam surat itu.
Saat ini, Pemerintah Aceh membuka dua posko untuk keluarga mahasiswa asal Aceh itu yakni di Kantor Perwakilan Pemerintah Aceh di Jakarta dan Dinas Sosial Provinsi Aceh di Banda Aceh.
Surat itu dikirimkan ke Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dan istrinya Dyah Erti.
Lalu dikirimkan juga ke anggota DPR Aceh, Muslim Syamsuddin, Irwan Djohan, Darwati A Gani, dan anggota DPD RI asal Aceh Sudirman.
Sebelumnya diberitakan, 12 mahasiswa asal Aceh terjebak di asrama mereka karena dilarang oleh otoritas China untuk keluar rumah.
Jika pun terpaksa keluar rumah membeli bahan makanan, diwajibkan mengenakan masker, dan setelah selesai urusan segera kembali ke asrama. (Kontributor Lhokseumawe, Masriadi)