Banjir Jakarta

Lurah Mengakui Benar Jika Alat DWS atau Toa Banjir Tak Berfungsi Kala Banjir Melanda Kawasan Cipulir

Lurah Cipulir, Sugianto membenarkan bahwa alat peringatan banjir yang berada di RT 08/010, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan tak berfungsi.

Istimewa
Alat informasi peringatan dini bencana banjir di Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 

Lurah Cipulir, Sugianto membenarkan bahwa alat peringatan banjir atau Disaster Warning System (DWS) yang berada di RT 08/010, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu tak berfungsi di kala banjir awal Tahun 2020 melanda kawasan padat penduduk.

Ia mengatakan, tak berfungsinya alat tersebut didapatkan dari laporan warga setemlat saat dirinya mengunjungi kawasan yang terendam banjir 2,5 meter itu.

"Pas mulai jalan banjir masih bunyi, kedua enggak bunyi. Ini menurut informasi dari RT dari warga situ ya," kata Sugianto saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (20/1/2020).

Ia menjelaskan, bahwa alat tersebut telah terpasang di kawasan itu sejak pertengahan tahun 2019 silam.

Warga Mengungkapkan Alat Peringatan Banjir yang Dipasang Berupa Toa Itu Tidak Difungsikan di Cipulir

Awalnya, alat tersebut sempat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, saat banjir besar melanda pada awal Tahun Baru 2020 alat itu tak berfungsi sebagai peringatan dini.

"Pertama bunyi, kedua enggak dan selanjutnya enggak," jelasnya.

Ia pun mengaku, telah melanjutkan keluhan warga terkait tak berfungsinya alat ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Lurah Cipulir, Sugianto, saat ditemui di kantornya.
Lurah Cipulir, Sugianto, saat ditemui di kantornya. (Warta Kota/Rizki Amana)

Namun, hingga saat ini, pihaknya belum mendapat balasan dari Pemprov DKI Jakarta terkait DWS yang tak berfungsi.

"Baru saya mau tanyakan kenapa selanjutnya enggak bunyi apa salahnya. Itu dari berkaitan dengan listrik, kalau listrik ya bener. Tapi, kalau itu pakai aki seharusnya bunyi," katanya.

Pramugari Siwi Sidi Diperiksa Enam Jam untuk Memburu Akun Digeeembok yang Masih Aktif Menebar Hoax

Sebelumnya diberitakan bahwa ide Anies Baswedan mencegah banjir pakai toa, membuat politisi PDIP tertawa.

Apalagi anggaran toa Anies Baswedan Rp 4 miliar tersebut, menjadi sorotan publik.

Menanggapi anggaran toa DKI Jakarta Rp 4 miliar, hingga ide Anies cegah banjir pakai toa, ditanggapi Politisi PDIP Gembong Warsono.

Sebelumnya beredar kabar soal Pemprov DKI Jakarta siapkan anggaran Rp 4 miliar beli enam set pengeras suara atau toa canggih.

 Anies Baswedan Instruksikan Jajarannya Sampaikan Peringatan Dini Banjir Pakai Alat Pengeras Suara

 PSI Tak Sepakat dengan Pernyataan Anies Soal Peringatan Dini Banjir Door to Door dan TOA

 PSI Nilai Ide Anies Baswedan Peringatan Dini Pakai Toa Sebagai Kemunduran ke Jaman Perang Dunia II

Toa tersebut akan digunakan untuk mengantisipasi datangnya banjir.

Toa canggih tersebut dilengkapi fitur unggulan seperti Automatic Weather Sensor (AWS) dan Automatic Water Level Recorder (AWLR).

"Alatnya memang pakai toa, tapi bukan menggunakan toa seperti yang ada di masjid," ucapnya saat dihubungi Tribun Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Beberapa waktu lalu, banjir besar merendam Jakarta dan sekitarnya.

Banjir setinggi rumah dua lantai ini cukup mencuri perhatian publik.

Para korban banjir pun menggugat Anies Baswedan terkait kerugian yang mereka alami.

Kini Anies Baswedan justru memiliki terobosan baru dalam menangani banjir yang justru ditertawakan oleh politisi PDIP.

Alat canggih tersebut akan digunakan oleh BPBD untuk memperingati warga yang berada di bantaran sungai saat tinggi muka air di pintu air mencapai siaga tiga atau masuk kategori waspada.

Gembong Warsono, Anies Baswedan (TribunNewsmaker.com Kolase/ Dionisius Arya Bima Suci/Tribun Jakarta/Tribunnews.com/Danang Triatmojo)

"Kalau tambah pakai toa kan akan menjadi lebih bagus untuk melengkapi informasi ke warga," ujarnya saat dikonfirmasi.

Nantinya, enam set pengeras suara canggih ini akan ditempatkan di lokasi-lokasi rawan banjir yang belum memiliki alat peringatan dini.

"Nantinya akan dipasang di Tegal Alur, Rawajati, Makasar, Jati Padang, Kedoya Selatan, dan Cililitan," kata Ridwan.

Adapun enam set pengeras suara ini akan melengkapi alat serupa yang sebelumnya telah dipasang di 14 titik berbeda selama 2019 lalu.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terjun ke lokasi banjir di Kelurahan Makassar, Makassar, Jakarta Timur untuk melakukan kegiatan kerja bakti pada Minggu (5/1/2020). (Kolase TribunNewsmaker - Kompas.com/RINDI NURIS VELAROSDELA)

Anggaran Rp 4 miliar yang disiapkan oleh Pemprov DKI Jakarta ini sendiri telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020.

Anggaran Rp 4 miliar ini belum termasuk biaya untuk perawatan selama setahun yang menelan biaya sebanyak Rp 165 juta.

"Pengadaan 6 set anggarannya Rp 4.073.901.441 dan untuk pemeliharaan Rp 165 juta," tuturnya.

Politisi PDI-P Beri Tanggapan Menohok

Ilustrasi toa. (Dok. Tribun Kaltim)

Terobosan Gubernur DKI Jakarta soal banjir malah menjadi bahan tertawaan politisi PDI Perjuangan atau PDIP.

Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono menanggapi pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang minta pihak kelurahan keliling di kelurahannya untuk berikan peringatan dini terjadinya banjir menggunakan pengeras suara atau toa.

Menurut Gembong, peringatan dengan menggunakan toa sudah ketinggalan zaman dan seharusnya tidak lagi digunakan.

"Ya dengarnya agak lucu saja kalau pakai toa di era modern seperti ini."

"Tapi ya itulah Pak Anies. Saya cukup ketawa saja lah kalau di era modern seperti ini peringatan dini menggunakan toa kan"

"rasanya agak unik di Jakarta loh, di kota metropolitan," ucap Gembong sembari tertawa saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (11/1/2020) malam.

Menurut dia, seharusnya alat peringatan datangnya banjir bisa lebih canggih yang mengandalkan teknologi seperti alarm.

Selain itu, Pemprov DKI juga bisa bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mencari cara peringatan lain.

"Kan itu bisa peringatan dini berkolaborasi dengan BMKG sehingga antisipasi kita jauh lebih baik"

"Kalau antisipasinya, prediksi dininya pake toa, terus gimana? Entar toanya baterainya habis," selorohnya.

Sebelumnya, Anies memerintahkan pihak kelurahan berkeliling di kelurahannya untuk memberikan peringatan dini terjadinya banjir kepada masyarakat menggunakan pengeras suara dan sirine.

Peringatan dini tersebut diberlakukan setelah Pemprov DKI Jakarta mengevaluasi prosedur peringatan dini yang selama ini diberlakukan.

"Salah satu hal yang akan diterapkan baru, bila ada kabar (akan banjir), maka pemberitahuannya akan langsung ke warga," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (8/1/2020).

"Jadi kelurahan bukan ke RW, RT, tapi langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa (pengeras suara) untuk memberitahu semuanya, termasuk sirine," ujarnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved