Perang AS vs Iran

Irak Pastikan Tentaranya Tak Ada yang Jadi Korban dari Serangan 22 Rudal Iran di Dua Tempat

PIHAK militer Irak memastikan tak ada korban dari pasukan mereka, menyusul serangan rudal Iran ke dua wilayah mereka pada Rabu (8/2/2020) pagi WIB.

AFP/STR via Kompas.com
Rudal balistik surface-to-surface Shahab-3 dipamerkan dalam perayaan Garda Revolusi Iran di Lapangan Baharestan, Teheran, pada 26 September 2019. 

Demonstran berkumpul dan berteriak "no war on Iran" (jangan ada perang di Iran).

 Menteri PUPR: Sungai Harus Dilebarkan, Kalau Naturalisasi Cuma Ditutup Rumput

Serta, menuliskan berbagai slogan seperti "no justice, no peace, US out of the Middle East" (tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, Amerika harus keluar dari Timur Tengah).

"Kami tak akan membiarkan Amerika Serikat negara kami menjadi pemimpin perang yang tidak berguna di Timur Tengah," ujar orator.

Seusai berdemonstrasi di Gedung Putih, aksi sempat bergeser ke Trump International Hotel.

 Ketua DPRD DKI Bilang Normalisasi Sungai Lambat karena Anies Ogah Gusur Warga Sesuai Janji Kampanye

Selain di luar Gedung Putih, setidaknya ada 70 titik di kota lain yang menggelar aksi menolak sikap Trump itu.

Seperti di New York, pendemo menuntut agar Trump menarik 5.000 tentara AS dari Irak.

Trump diketahui membunuh Jenderal Iran, Qasem Soleimani dengan tujuan untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.

 UPDATE Korban Meninggal Akibat Banjir di Jabodetabek Bertambah Jadi 53 Orang, 1 Korban Hilang

Demikian disampaikan Trump seperti dilansir dari AP, Sabtu (4/1/2019).

Menurut dia, Soleimani merupakan komandan Pasukan Quds, sayap dari kesatuan elite Garda Revolusi, tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Soleimani tewas bersama pemimpin paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dan enam orang lainnya akibat serangan drone.

 Anies Baswedan: Tidak Ada Sampah di Bandara, Menteri PUPR: Maksud Presiden di Sungai Dekat Situ

Trump menyebut Soleimani adalah sosok kejam, yang menjadikan kematian orang tak berdosa sebagai hasratnya yang sakit.

"Kita merasakan kenyamanan saat mengetahui, kekuasaan terornya sudah berakhir," kata Trump

Meski begitu, Trump mengaku tidak berniat menggantikan rezim pemerintahan di Iran, ketika menyerang Soleimani.

 Lebih Pilih Tigkatkan Patroli di Natuna Utara, Mahfud MD: Untuk Apa Perang?

Pemerintah Iran lantas mengambil sikap tak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015.

Sikap itu diambil menyusul tewasnya perwira tinggi militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

"Program nuklir Iran tidak lagi menghadapi batasan dalam operasional," kata Pemerintah Iran, dikutip dari AFP, Senin (6/1/2020).

 Sebut Prabowo Lembek Soal Natuna, PKS Dianggap Mau Men-downgrade Menteri Pertahanan

Dengan tak lagi mematuhi batas pengayaan uranium, Iran kembali melanjutkan program nuklir.

Perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang digagas di era Presiden AS Barack Obama, menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen.

Angka itu jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir sebesar 90 persen.

 Kepala BNPB: Belum Pernah dalam Sejarah Bandara Halim Perdanakusuma Kebanjiran

Timbal baliknya, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Selain AS, negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA adalah Inggris, Prancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa.

Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018, dan kembali menerapkan sanksi atas Iran(CC)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved