Perang AS Vs Iran
Diancam Iran, Donald Trump Balik Ancam: Jika AS Diserang, 52 Target Iran Bakal Dihantam Sangat Cepat
Donald Trump balik ancam Iran: AS sudah mengidentifikasi 52 target di Iran dan bakal menyerangnya 'dengan sangat cepat' jika AS diserang.
"Biarkan ini jadi PERINGATAN. Jika Iran menyerang aset AS, kami sudah mengidentifikasi 52 target mereka..."
HUBUNGAN Amerika Serikat (AS) dan Iran makin memanas menyusul tewasnya komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
Jenderal Qassem Soleimani tewas di terminal keberangkatan Bandara Internasional Baghdad, Irak, Kamis (2/1/2020) malam waktu setempat.
Serangan rudal dari drone militer AS menewaskannya, bersama dua tokoh Popular Mobilization Unit (PMU) Irak.
• Arti Bendera Merah Iran Dikibarkan, Pertanda Perang Iran Amerika sampai Sebut Cucu Nabi Muhammad
• Jenderalnya Dibunuh Amerika, Iran Putuskan Langgar Perjanjian dan Kembali Lanjutkan Program Nuklir
Teheran sudah berjanji bakal balas dendam atas kematian jenderal yang sangat berpengaruh di Iran itu.
Beberapa media pemerintah Iran pun mengungkapkan, Dewan Keamanan Nasional telah merilis 35 target sebagai bagian dari aksi balas dendam mereka kepada AS terkait pembunuhan Soleimani.
Operasi ini diyakini akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.
Menanggapi ancaman tersebut, Presiden AS Donald Trump balik mengancam Iran. Pihaknya sudah mengidentifikasi 52 target dan bakal menyerangnya 'dengan sangat cepat' jika AS diserang.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump menuturkan bahwa Teheran sudah menyatakan bakal mengincar sejumlah aset AS di Timur Tengah.
Presiden dari Partai Republik itu berargumen, Soleimani sudah membunuh dan melukai warganya selama bertahun-tahun.
"Biarkan ini jadi PERINGATAN. Jika Iran menyerang aset AS, kami sudah mengidentifikasi 52 target mereka," ancamnya.
Jumlah itu, kata Trump, merujuk kepada 52 warga AS yang disandera oleh Iran saat terjadinya revolusi 1979-1981 silam.
Dia mengklaim sejumlah target itu dianggap sangat penting, baik dari sektor kebudayaan maupun oleh pemerintahannya.
"Target itu, atau bahkan Iran sendiri, BAKAL DIHANTAM SANGAT CEPAT DAN KERAS. AS tidak ingin diancam lagi!" tegasnya.
Beberapa saat setelah twit itu muncul, situs pemerintah dibobol hacker yang mengklaim diri sebagai 'Grup Peretas Keamanan Siber Iran'.