Berita Tangerang
Kunjungan WNI ke Luar Negeri Meningkat, Namun Kunjungan Turis ke Indonesia Menurun, Ini Penyebabnya
Terdata di bulan ini, kunjungan WNI ke luar negeri meningkat sementara kunjungan WNA ke Indonesia menurun.
Terdata di bulan ini, kunjungan WNI ke luar negeri meningkat sementara kunjungan turis ke Indonesia menurun.
Ternyata ada penyebab jumlah WNI ke luar negeri meningkat dan penyebab jumlah turis ke Indonesia menurun.
Berikut, ialah penjelasan lengkap Kepala Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta, Saffar Muhammad Godam.
Diketahui, Warga Negara Indonesia (WNI) ke luar negeri melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) pada tahun 2019 meningkat dibanding tahun 2018.
• WNA Pakistan Sering Minta Sumbangan di Depok, Kepala Imigrasi Langsung Deportasi
• DPO Pelaku Begal Turis Domestik di Hostel Kawasan Kota Tua Diburu Polisi
• 2 dari 3 WNI yang Disandera Abu Sayyaf Berhasil Dibebaskan, Berharap Satu Sandera Lagi Menyusul
Selain itu, kunjungan Warga Negara Asing (WNA) ke Indonesia menurun melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta).
Periode tanggal 1-21 Desember 2019, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Bandara Soekarno-Hatta, catat sebanyak 218.365 WNI yang ke luar negeri.
Sementara kunjungan WNA ke Indonesia di priode yang sama adalah sebanyak 120. 075 orang.
Kepala Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta, Saffar Muhammad Godam jelaskan, angka kunjungan WNA ke Indonesia pada tahun ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2019.
"Untuk WNA tahun ini dibandingkan dengan tahun 2018 terjadi penurunan kurang lebih 3 persen"
"Kemudian untuk WNI yang bepergian ke luar negeri terjadi peningkatan kurang lebih 3 persen," ujar Godam, Rabu (25/12/2019).
Menurut Godam, penurunan angka kunjungan WNA ke Indonesia pada tahun ini karena tidak ada perhelatan event Internasional seperti pada tahun 2018.
"Penurunan kunjungan WNA ke Indonesia dibandingkan 2018 pada tahun 2019 minim event Internasional seperti ASIAN Games, Paragames dan IMF di tahun 2018"
"Sehingga terjadi penurunan, namun tidak signifikan," ucapnya.
Adapun WNA yang datang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh WN China, Malaysia, Jepang, Singapura dan Korea Selatan.
"Untuk tujuan WNI yang bepergian ke luar negeri adalah ke Singapura, Saudi Arabia dan ke Jepang," kata Godam.
Berdasarkan data diperoleh, terhitung sejak Januari-21 Desember 2019 tercatat 2.616.082 WNA yang datang ke Indonesia melalui Bandara Soetta.
Sementara pada tahun 2018 tercatat sebanyak 2.943.336 WNA yang berkunjung ke Indonesia.
Sedangkan WNI yang bepergian ke berbagai negara mulai 1 Januari-21 Desember 2019 tercatat 4.877.883 orang.
Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2018 yakni 4.838.216 orang. (dik)
Turis Jadi Gelandangan
Viral kabar mengenai turis Rusia yang kehabisan uang saat berwisata di Bromo, Jawa Timur.
Kejadian serupa sebenarnya bukan hanya di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara Asia lain seperti Thailand, Vietnam, Singapura, Taiwan, dan Korea.
Contohnya baru-baru situs berita lokal Coconuts Bangkok menampilkan foto dari dua orang turis bule jadi gelandangan.
Turis bula jadi gelandangan itu mengemis di Pasar Samkong, Phuket, Thailand.
Dua orang turis bule jadi gelandangan yang berusia sekitar 20-an ini duduk di aspal sembari menaruh kotak sumbangan dan papan kardus bertuliskan huruf lokal.
"Nama saya Alex, saya berwisata di Asia selama 15 bulan. Sayangnya saya kehabisan tabungan, tetapi saya tetap positif"
:Saya ingin memohon kebaikan orang untuk memenuhi mimpi saya berwisata. Tolong berdonasi untuk perjalananku, terima kasih," tulisan di papan yang dibawa turis tersebut.
Setahun belakangan, Coconuts mencatat, kejadian turis bule mengemis di Thailand.
Mulai dari keluarga yang mengemis bersama di Chiang Mai, turis dengan kondisi kaki yang kelainan lantas mengemis dan menghabiskan uang donasi di klub malam Khaosan Road.
Boris, seorang turis asal Rusia, tidur di garasi pemilik apotik sebelum dibawa ke rumah sakit.
Ada juga turis yang berjualan setelah kehabisan uang.
Seperti turis yang menjual bendera di lampu merah dan membawa papan tulisan ia tuli dan turis yang menjual foto dirinya sendiri.
Fenomena ini sendiri lantas disebut 'Begpackers', singkatan dari beg dan bagpackers.
Alias turis berbujet rendah yang berakhir mengemis.
Begpcakers menjadi kontroversi khususnya di Asia Tenggara.
Beberapa ada yang iba, banyak pula yang jengah.
Lantaran banyak yang menggangap mengemis karena kehabisan ongkos di negara berkembang tidak etis.
Di Indonesia begpackers perlahan muncul dengan kejadian turis mengemis, mengamen di Bali, dan turis kehabisan ongkos di Probolinggo, Pekalongan dan Jakarta.
Sampai saat ini, belum ada solusi atau keijakan akan fenomena begpacker di Indonesia.
Turis di Bali Kais Makanan di Tong Sampah
Seorang wisatawan mancanegara tertangkap kamera sedang menggelandang di Bali.
Dari video yang viral di media sosial, pria tersebut terlihat memakai celana pendek, kaus tanpa lengan, dan topi.
Turis asing tersebut berjalan sambil membawa sebuah ransel dan menyeret sebuah koper berukuran kecil.
Kondisinya sangat memprihatinkan dan mengundang perhatian warga lokal dan wisatawan lainnya.
Sebab, ia mengais sisa-sisa makanan dari satu tong sampah ke tong sampah lainnya.
Satu per satu bekas wadah makanan yang ada di tong sampah tak luput dari pemeriksaannya.
Sisa makanan yang didapatkan kemudian disantap dengan lahapnya.
Dari sekian banyak orang yang menyaksikan pemandangan tersebut, tak satupun di antaranya yang bertanya dan membantu bule malang itu.
Video ini awalnya diunggah oleh seorang pengguna Facebook, Dwikayanthi Pudja, Sabtu (20/10/2018).
Hingga Selasa (23/10/2018), video tersebut telah dibagikan hampir 700 kali, dan bahkan ada yang diunggah ulang ke dalam media YouTube. Berikut ini caption pengguna Facebook, Dwikayanthi Pudja, pada video yang diunggahnya:
NB : sebelum ngetik komen ada baiknya baca caption dan komen dari atas.
Agak heran melihat bule ngais2 tong sampah buat cari makanan. Kalo kita ke negara nya banyak banget persyaratannya. Harus ada minimal saldo rekening, surat keterangan kalo memang bekerja, surat pajak, asuransi, dll.
Tapi dengan tujuan yg baik yaitu untuk mencegah nanti nya kita ngegembel atau kekurangan uang di negara orang. Tapi mereka kesini dengan gampangnya, syaratnya mudah.. tapi ternyata malah ada bule yg ngegembel gini disini.
Kasian sih ngeliat nya dia seperti itu, tapi kalo semua wisatawan yg datang ke Bali sperti ini gimana yaa? (maklum cari makan dari sektor pariwisata) mungkin syarat kedatangan ke Bali harus diketatin lagi, ya setidaknya ada minimal saldo rekening dan lama tinggal.supaya bule backpaker yg dteng ksini ga miris bgini, setidaknya masih ngasi pemasukan lah di Bali hehe
Info terbaru : bule di video ini, bukan bule Latvia yg dikabarkan hilang. sudah dipastikan oleh keluarganya.
Dari komentar dan screenshot percakapan antara pemilik akun dan kerabatnya yang bernama Jasmine Boogard, diketahui bule tersebut berasal dari Bulgaria.
Jasmine Boogard mengaku sudah bertemu pria bule yang ada dalam video viral.
Bahkan, ia sempat mengajaknya untuk berbincang sambil makan siang bersama.
"Makasih mbak. Kemaren saya sudah ketemu dan ngajak makan. Hehehe. Dia Kamis sudah gak di Bali lagi. Thank you ya," ujar Jasmine Boogard kepada Dwikayanthi Pudja.
Dari pengakuannya, rupanya mengais sisa-sisa makanan merupakan gaya traveling dari sang bule.
Ia melancong ke berbagai negara dengan cara menghemat pengeluaran uang seketat mungkin.
"Kata dia, dia emang traveling with no money mbak. Dia dari Bulgaria. Terus kemarin setelah aku ajak makan dia masih ngais sampah terus aku tegur. Aku beliin roti lagi ternyata masih kelaparan. Nah, katanya Kamis ini dia mau ke Hong Kong," ungkap Jasmine Boogard.
Namun, ia lupa menanyakan bagaimana cara bule tersebut mendapatkan uang untuk membeli tiket.
Dwikayanthi kemudian kembali mengomentari hal itu.
Menurutnya, Bali tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa jika banyak wisatawan yang berkunjung dengan cara seperti yang dilakukan bule asal Bulgaria itu.
"Saya merekam karena merasa heran dan tumben lihat kenapa bisa ada wisatawan asing sampe bisa ngorek- ngorek sampah untuk cari makan," ucapnya. (*)