Bocah Penderita Pengeriputan Otak

Update Ketua RW Siap Bantu Diri Panggah Pengidap Pengeriputan Otak yang Trauma Lihat Ibunya Dipukuli

Bocah tersebut diduga menderita penyakit itu antara lain karena menyaksikan pemukulan pada diri ibu kandungnya.

Warta Kota/Rizki Amana
Ketua RW 010, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jamiat Amir Hudaya. 

Ketua RW 010, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jamiat Amir Hudaya mengatakan, pihaknya bakal mengupayakan langkah maksimal terhadap bocah penderita pengeriputan otak dan gizi buruk, Panggah Jalu Pawane (14).

Bocah tersebut diduga menderita penyakit itu antara lain karena menyaksikan pemukulan pada diri ibu kandungnya yang dilakukan di depan matanya di samping sejumlah sebab lainnya termasuk karena gizi buruk.

Mesti baru mengetahui kondisi warganya yang telah ironi itu pada Senin (25/11/2019) pagi, pihaknya bakal melakukan bantuan hingga ke tingkat lembaga pemerintah yang terkait.

"Kita upayakan semaksimal mungkin (pelayanan) dari pengurus RT, RW. Kalau perlu kita dorong dinas-dinas terkait," ucap Amir saat ditemui di Gedung Posyandu RW 010, Senin (25/11/2019).

Namun, Ia sangat menyayangkan kabar itu sampai ke dirinya bukan dari keluarga pasien yang termasuk warga lingkungannya.

Klarifikasi Ustadz Abdul Somad Soal Catur Menjawab Pertanyaan Umat Islam yang Terjadi 2 Tahun Lalu

Ia mengatakan, dirinya mensapati kabar itu dari Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu serta petugas Posyandu lingkunganya.

"Sampai detik ini pun warganya belum ada yang lapor ke saya. Lantas saya ingin menindaklanjuti permasalahan ini bagaimana," kata Amir.

Ahok Jadi Komisaris Utama Pertamina, Fadli Zon Biasa-Biasa Saja: Apa Sih Hebatnya? Dia Ahli Minyak?

Ia pun turut mengimbau, agar wadah fasilitas laporan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Menurutnya, tak jarang peristiwa besar yang terjadi dilingkungannya langsubg dilaporkan kepada pihaknya.

"Kita tidak menyalahkan siapa pun juga. Tapi selama ada fasilitas dari RT dan RW, digunakan lah," katanya.

Dua Ibu Rumah Tangga Jadi Korban Penipuan Hingga Ratusan Juta Rupiah oleh Pelaku yang Kenal Lewat FB

Panggah merupakan pasien pengidap pengeriputan otak dan gizi buruk setelah Sang Ibu, Puji Utami tak dapat membiayai pengobatannya.

Hingga aaat ini dengan perawatan minim dan makan seadanya, Puji bersikukuh mengobati anaknya dengan segala kekurangannya. 

Dunia Bisnis dan Perdagangan Lesu yang Tampak dari Banyaknya Kios yang Tutup di WTC Mangga Dua

Panggah Jalu Pawane, bocah laki-laki berusia 14 tahun ini hanya dapat terbaring lemah tak berdaya di atas kasur berukuran 120 × 200 cm.

Diruangan 2,5 X 1,5 meter, Panggah terpaksa menghabiskan masa kanak-kannaknya setelah di diagnosa mengidap penyakit pengeriputan otak dan gizi buruk hingga menyebabkan kehilangan motorik gerak tubuh dan membuatnya kaku tak berdaya.

Tragisnya, Panggah terpaksa harus makan melalui selang Nasograstik yang dipasangkan di lubang hidungnya untuk menyalurkan makanan agar masuk ketubuhnya.

"Usia 12 tahun diagnosis pengeriputan otak. Sudah tes medis sitiscan, dari pengobatan," ucap Ibu Panggah, Puji Utami dengan mata yang berkaca-kaca dimatanya di rumah kediamannya Gang Rukun, Jalan Swadaya I, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (25/11/2019).

Sang Ibu, dengan keikhlasan hati melayani anaknya dalam perjuangan untuk kembali sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Mendengar gumaman yang berasal dari sang anak, Puji lantas bergegas mengarahnya dengan menyiapkan beberapa makanan ataupun minuman, sekaligus melakukan pengecekkan kondisi Panggah yang membuabg air besar atau kecil.

Sambil menyuapi anaknya dengan makanan biskuit sereal, Puji terus melapangkan dadanya dalam melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk.

Sesekali Puji menceritakan, kisah anaknya sewaktu salam kondisi sehat bugar.

Ia menagatakan, anaknya sempat gemar menggambar sewaktu masih di tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

"Waktu kesehariannya sering main sama temannya. Di PAUD, dia pintar ikut lomba gambar dan lainnya," kenang Puji.

Sewaktu memasuki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), gejala-gejala kecil telah terlihat pada kondisi mental maupun tingkah laku Panggah.

Ditambah, kabar Panggah yang dinyatakan tak naik kelas 6 SDN Karet 01 Pagi, dikarenakn kondisi dirinya yang mulai tak mampu mengikuti ujian kenaikkan kelas.

Sang Ibu turut mengaku, kondisi mental Panggah diperparah setelah dirinya menikahi seseorang lelaki yang menjadi ayah tiri Panggah.

"Pas masuk SD dia mulai guncang, ditambah melihat saya menikah lagi dan melihat saya pernah dipukulin di depan dia sama ayah tirinya."

"Mundur, mungkin mentalnya pas melihat saya digituin."

"Terus orangnya pendiam semenjak itu," jelasnya.

Sebelumnya, Panggah dinyatakan diagnosa pengeriputan otak saat dirinya sempat terjatuh dan menjalani perwatan di beberapa rumah sakit yang terdapat di kawasan Jakarta.

"Masuk RSUD Jati Padang saat 1 Desember 2018 pengeriputan otak."

"Awalnya, jatuh, lalu kejang-kejang dibawa ke RS jati Padang dirujuk ke RSUD Koja, Jakarta Utara dirawat sampai tanggal 19 Desember 2018," katanya.

Hingga saat ini, Panggah hanya menjalani rawat jalan di kediamannya Gang Rukun, Jalan Swadaya I, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sembari sesekali diberi terapi motorik gerak tubuh yang telah dipelajari oleh Sang Ibu.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved