Diupah Murah, Kurir Narkoba Banting Setir Jadi Maling Motor
UPAH murah yang diterima AS sebagai kurir narkoba, membuatnya memutuskan mencari pundi-pundi dengan cara haram lainnya, yakni maling motor.
Penulis: Zaki Ari Setiawan |
Arman Depari menyebutkan, pengawasan di dalam lapas masih sangat minim.
Sebab, para bandar yang selama ini mendekam di penjara masih bebas menjalankan bisnis haramnya.
"Mereka (bandar) yang selama ini terus memasukkan narkotika ke Indonesia," tambahnya.
• 209 Perusuh dan 41 Polisi Terluka, Polri: Masyarakat Jakarta Sudah Jenuh dengan Kerusuhan Ini
Menurut Arman Depari, selama ini, sebagian besar penyelundupan sabu yang akan dibawa masuk ke Indonesia, dikendalikan napi dari dalam penjara.
Mereka hanya perlu mengangkat telepon untuk meminta barang, dan nantinya ada orang lain yang bertugas untuk mengantarkannya.
"Padahal seharusnya di dalam penjara sudah tak ada lagi telepon selular yang bisa digunakan mereka," ucapnya.
• SAYEMBARA Desain Ibu Kota Baru Dimulai Besok, Transportasi Pribadi Harus Prioritas Paling Bawah
Atas masalah ini, sambung Arman Depari, ia menilai pihak Dirjen PAS yang selama ini mengurus lapas dan rutan, tak serius mengatasi hal ini.
Karena, mereka masih membiarkan para napi dengan bebasnya beraktivitas tanpa melakukan pengawasan mendalam.
"Saya pikir perlu ada evaluasi di dalam Dirjen PAS untuk menyelesaikan masalah ini," cetusnya.
• Mahasiswa Al Azhar yang Sempat Kritis Belum Bisa Mengingat Penganiayaan yang Dialaminya
Perlunya evaluasi, sambung Arman Depari, bukan hanya lantaran pengawasan yang tak maksimal, namun pada sipir yang juga diduga ikut terlibat.
Mereka ikut membantu para bandar untuk memuluskan bisnis haramnya.
"Kementerian Hukum dan HAM harus segera bertindak."
"Kami selama ini yang menahan peredaran narkotika, namun di dalam lapas malah memudahkan bandar," paparnya. (*)