Kekerasan terhadap Anak
Kekerasan terhadap Anak Masih Terjadi di Tangsel, Benyamin Davnie Bakal Temui Kepala Sekolah
"Kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak terhadap anak-anak yang lainnya ini harus kita eliminasi ya, harus kita hilangkan."
Penulis: Zaki Ari Setiawan |
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie akan mengadakan pertemuan dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Swasta (MKKSS).
Pertemuan itu akan dilakukan menyusul insiden kekerasan yang menimpa sejumlah siswa sekolah menengah pertama (SMP) di MTs Pembangunan, Ciputat, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurut Benyamin Davnie, pertemuan itu akan merumuskan dan mencari solusi agar tindak kekerasan di sekolah tidak terjadi kembali.
"Saya tidak menyebut itu radikalisme tetapi kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak terhadap anak-anak yang lainnya ini harus kita eliminasi ya, harus kita hilangkan," ucap Benyamin saat ditemui di Serpong Utara, Tangerang Selatan, Sabtu (9/11/2019).
"Saya akan berembuk akan bermusyawarah dengan MKKS," katanya lagi.
• Ferdi Hasan Akui Lakukan Perawatan Wajah Sejak Belia, Laki-laki Jangan Malu Merawat Kulit
• Makna Desain Masjid Apung Ancol, Ada Rukun Islam dan Iman dalam Rancangan Karya Andra Matin
Dalam insiden yang menimpa beberapa anak kelas delapan itu diduga aknum alumusnya ikut melakukan tindakan kekerasan fisik hingga memaksa pelajar minum minuman keras dan mematikan rokok di lidah.
Peristiwa yang terjadi di wilayahnya itu membuat Benyamin Davnie mengelus dada.
"Minum-minuman keras, matiin rokok di lidah, itu saya tidak bisa membayangkan itu dilakukan oleh anak-anak, prihatin saya, saya prihatin sekali," tuturnya.
Meski sekolah itu tidak masuk dalam kewenangan Pemerintah Tangerang Selatan, Benyamin Davine berharap kejadian serupa tidak dapat terulang kembali.
• Buka Label Rekaman, Denny Cagur Gandeng Penyanyi Keroncong dan Dangdut Modern
• PKS Klaim Pengisi Bangku Wagub DKI Jatahnya, Dua Nama yang Disodorkan Atas Keputusan Partai
"Itu sangat mencederai integritas pelajar, status pelajar, apalagi itu madrasah kan, saya tidak pernah membayangkan itu dilakukan di tingkat sekolah apalagi madrasah, makanya itu jadi bahan evaluasi," ucapnya.
Insiden kekerasan yang diduga melibatkan sembilan korban dilakukan oleh oknum alumusnya di luar sekolah pada 14 Oktober 2019.
Pihak orangtua korban yang tidak terima melihat anaknya luka-luka sudah membuat laporan ke kepolisian untuk ditindak lebih lanjut.