Kabinet Jokowi
JOKOWI Disorot Media Asing di Periode Kedua Kepemimpinannya, Sebut Tak Bisa Senangkan Semua Warganya
Media asal Inggris, The Guardian, menulis editorial atau pandangannya soal periode kedua Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Jokowi dinilai sadar soal masalah ini sebagai penghambat kebijakan ekonominya yang dipuji.
• HEBOH Telinga Seorang Politikus Hong Kong Digigit hingga Putus karena Beda Pandangan Politik
"Wakil Presiden yang baru, Ma'ruf Amin, adalah ulama Islam konservatif yang kuat."
"Ia punya sejarah intoleransi terhadap penganut agama minoritas dan kelompok LGBT," tulis The Guardian.
The Guardian kemudian membahas bagaimana Jokowi menuai kemarahan setelah menunjuk lawannya, Prabowo Subianto, sebagai menteri pertahanan.
• Skenario Prabowo Masuk Istana Dibongkar Rocky Gerung, Bakal Jadi Orang Kedua Setelah Jokowi
Padahal, mantan jenderal yang juga mantan menantu Soeharto itu diduga terlibat dalam penculikan dan kekerasan terhadap aktivis 1998.
Penunjukkan Prabowo oleh Jokowi dinilai sengaja dan disadari.

Sebab pada 2016 lalu, Jokowi juga melakukan langkah yang sama saat menunjuk Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM.
Wiranto juga dituduh melakukan kejahatan HAM oleh tribunal atau pengadilan yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Iklim politik Indonesia yang selalu membutuhkan rekonsiliasi dengan lawan, kembali dipertanyakan.
The Guardian menyayangakan kecilnya porsi oposisi di parlemen yang hanya seperempat.
"Penunjukan ini membuat aktivis dan warga Indonesia ketakutan. Mereka juga khawatir soal arah kebijakan negara. Paling mendasar, warga bertanya-tanya untuk apa dilaksanakan pemilu," tulis The Guardian.
Selain itu, The Guardian juga menyoroti keputusan Jokowi mempertahankan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly.
Pasalnya, aksi unjuk rasa telah berlangsung selama beberapa pekan untuk memprotes kebakaran hutan dan RKUHP serta sejumlah undang-undang yang ditentang keras oleh sebagian warga.
Terakhir, The Guardian mengingatkan bahwa memang harapan tak ada yang sempurna.
Presiden tak bisa menyenangkan semua warganya.