Sisi Lain Jakarta
Sisi Lain Jakarta, Kisah Kampung Starling: Warga Cari Rezeki dengan Jualan Kopi Keliling
Beberapa pria keluar dari sebuah gang dengan gapura merah yang bertuliskan "selamat datang di kawasan pedagang kopi keliling".
Namun, pada tahun 1999, gerobak dorong untuk minuman sudah jarang digunakan.
"Dulu mereka pakai gerobak dorong, nyetoknya teh di boks, gitu. Terus tahun 1999 mereka ada yang mulai mikul kopi lama-lama satu, dua orang mulai pakai sepeda," kata dia.
Ogah merugi, Ida pun mengikuti tren dengan menyediakan kopi saset.
• Sisi Lain Rumah Tangga Orang Terkaya di Dunia, Warren Buffet Dijodohkan oleh Istri Pertamanya
Tahun-tahun tersebut, pedagang starling masih bisa dihitung dengan jari, kini ada sekitar 500-an pedagang starling di kawasan itu.
"Baru tuh ramai. (Tahun) 2006 kampung ini ramai. Alhamdulliah sama-sama cari rezeki," katanya.
Sepanjang gang hanya terdengar satu logat yang digunakan masyarakat di situ, yakni logat Madura.
Bahkan, tak jarang mereka mengobrol dengan menggunakan bahasa daerahnya.
Penghasilan
Sulaiman Alfarizi yang sudah menjadi pedagang sejak empat tahun lalu, datang dari Madura karena diajak rekannya.
"Jadi kenal teman sudah di sini duluan jadi ikutan, bawa modal Rp 1,5 juta," ujar Sulaiman.
Ia mengungkapkan, mayoritas pedagang maupun agen adalah suku Madura.
Sehingga mereka pun gampang berbaur.
Untuk tempat tinggal, Sulaiman dan sejumlah temannya menetap di rumah agen mereka.
"Tinggalnya enggak bayar. Yang penting jualan ambil kopinya ke dia (agen)," katanya.
Meski merantau jauh dari Madura, Sulaiman merasa pekerjaan sebagai pedagang starling cukup menjanjikan.