Unjuk Rasa Mahasiswa
Faisal Basri: Yang Demonstrasi Pendukung Jokowi Semua
EKONOM Senior Indef Faisal Basri mengatakan, peserta aksi unjuk rasa dua pekan belakangan berasal dari pemilih Presiden Jokowi yang kecewa.
EKONOM Senior Indef Faisal Basri mengatakan, peserta aksi unjuk rasa dua pekan belakangan berasal dari pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kecewa.
Ia menyampaikan, pendukung Jokowi yang kecewa tersebut tidak memiliki kepentingan untuk menggulingkan pemerintahan.
"Itu pendukung Jokowi semua, mereka tidak punya kepentingan."
• Fahri Hamzah Ingatkan Jokowi Jangan Pilih Dua Tipe Menteri Ini Jika Tak Ingin Jatuh di Tengah Jalan
"Mereka sayang sama Jokowi dan ingin tanggung jawab dengan mengawal terus, tidak sekadar mendukung, kemudian diam," ujarnya di kantor Indef, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Faisal Basri pun mengaku tidak menyangka demonstran sekarang berbanding terbalik dari 1998 silam, yang mayoritas bukan pendukung presiden terpilih.
"Tidak sangka ini berbeda dengan gerakan mahasiswa 1998 yang konsolidasinya panjang," katanya.
• FAHRI Hamzah Klaim Tahu Siap Penggerak Aksi Mahasiswa, Dia Bilang Bahan Bakunya Tidak Kuat
Menurutnya, demonstrasi yang dilakukan sekarang bisa dikatakan berlangsung seketika, karena mereka sudah pada level merasa terancam masa depannya.
"Anak muda ini punya keresahan yang berbeda. Mereka kumpul semua dan Pak Jokowi juga merenung," tuturnya.
Sehingga, ia menambahkan, demonstrasi mahasiswa itu diharapkan membantu Jokowi keluar dari cengkeraman pembisik di sekitar Istana.
• Hampir 9 Ribu Prajurit TNI Amankan Pelantikan Anggota DPR dan Presiden, Siaga di Titik-titik Ini
"Itu jadi masukkan mahasiswa dan Jokowi akan introspeksi, keluar dari cengkeraman oligarki."
"Pilihannya dia mau di ketiak oligarki atau tidak?" Tanya Faisal Basri.
Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faisal Basri menilai maraknya aksi demonstrasi pada September ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019.
Faisal Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi mentok di level 5,1% yang mayoritas didorong sentimen domestik, satu di antaranya adalah demonstrasi.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal III di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen," ucapnya.
• Proyek Kereta Cepat Rampung Tahun 2021, Jakarta-Bandung Ditempuh 36 Menit
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak banyak kena pengaruh dari ancaman resesi di beberapa negara akibat perang dagang.
Ancaman resesi global ke Indonesia tersebut dinilai kecil, karena porsi ekspor tidak lebih 100 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Di Singapura itu ekspor 270 persen terhadap PDB, sehingga dampaknya besar jika ada resesi."
• TNI Evakuasi Tiga Ribu Warga Wamena ke Jayapura, Lima Orang Jadi Tersangka Kerusuhan
"Sedangkan ekspor Indonesia cuma 20 persen, sehingga efeknya cuma 0,7 persen hingga 0,7 persen," ulasnya.
Pertumbuhan ekonomi nasional secara tahunan, Faisal Basri memperkirakan tidak lebih dari 5,4 persen.
"Pertumbuhan ekonomi tahun ini paling rendah 5 persen dan paling tinggi 5,4 persen," cetusnya.
• BAWA-bawa SBY dan Hitler, Pakar Hukum Tata Negara Ini Ingatkan Jokowi Hati-hati Keluarkan Perppu KPK
Faisal Basri juga menanggapi pernyataan terkait Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang disebut menghambat investasi.
Ia justru mengungkapkan hal sebaliknya, yakni keberadaan KPK justru membuat skor indeks persepsi korupsi di Indonesia membaik.
"Indeks persepsi korupsi membaik, sekarang skornya 38. Masih jauh dari 100, tapi membaik," paparnya.
• Yang Digugat Ternyata UU KPK Lama dan Bukan Hasil Revisi, MK Minta Mahasiswa Perbaiki Permohonan
Selain itu, Faisal Basri menyampaikan, Indonesia dari sisi peringkat negara juga membaik hingga sekarang menduduki peringkat ke-89.
Menurutnya, semua peningkatan tersebut karena adanya KPK yang suka menangkap para koruptor.
Sehingga, investor asing percaya dengan hukum di Indonesia.
• JOKOWI: Kerusuhan di Wamena Bukan Konflik Antar Etnis, Ini Ulah KKB!
"Siapa saja dihukum. Mulai dari menteri hingga bupati," katanya.
Ada pun Indonesia dari sisi kemudahan berbisnis juga naik dari peringkat 114 ke 73, yang membuat investor tertarik, bukan justru lari ke negara lain.
"Moeldoko bilang KPK hambat investasi dan Rosan juga."
"Ini mereka sebagai wakil ketua tim pemenangan dan pihak Istana," ujar Faisal. (Yanuar Riezqi Yovanda)