Rendahnya Minat Baca Orang Indonesia, kata Anies Baswedan WhatsApp Agak Panjang pun Langsung Diskip

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan berkelakar soal rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.

TRIBUNNEWS/DANANG TRIATMOJO
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat membuka Indonesia International Book Fair (IIBF), JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019). 

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan berkelakar soal rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.

Kata dia, sesungguhnya publik punya minat baca yang tinggi.

Tapi sayangnya, itu cuma berlaku dalam urusan membaca pesan di aplikasi pesan singkat, WhatsApp (WA).

Ini Ciri-ciri Mayat Mr X yang Ditemukan di Kebun Kosong di Cimanggis

"Alhamdulillah minat baca kita tinggi, minat baca WA. Itu cukup tinggi," kata Anies Baswedan dalam sambutannya di Indonesia International Book Fair (IIBF), JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019).

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu memberikan perhatian khusus pada kondisi rendahnya minat baca, dan daya baca.

Menurutnya, ada perbedaan mendasar dari dua kondisi ini.

Perempuan Misterius Suka Naik Bus Dini Hari di Tol Cipularang, Sopir Senang karena Bawa Untung

Publik dikatakan masih punya minat baca, hanya saja daya bacanya rendah.

Hal ini bisa terlihat ketika seseorang dihadapkan dengan tulisan panjang, atau novel setebal ratusan halaman.

Maka, orang tersebut kemungkinan bakal melewatinya, dan lebih memilih tulisan-tulisan pendek lain.

Lima Penambang Emas di Yakuhimo Papua Tewas Dipanah dan Dibacok, 74 Orang Selamat

"WA pun begitu, agak panjang skip. Karena trennya sekarang kita membaca twit-twit singkat, kemudian WA singkat," paparnya.

Anies Baswedan beranggapan, daya baca dalam hal kemampuan mencerna materi bacaan yang panjang, butuh usaha kognitif yang ekstra.

Hal ini yang akan ia dorong ke depan, demi bisa meningkatkan minat baca, begitu pula daya baca di masyarakat.

FOTO-FOTO Evakuasi Polisi Meninggal Ditabrak Saat Menilang di Tol Ciledug, Mobil Patroli Ringsek

"Kemampuan untuk membaca, mencerna materi yang serius, panjang, membutuhkan usaha kognitif yang ekstra."

"Ini yang menurut saya harus kita dorong lebih jauh," ucap Anies Baswedan.

Menurut Anies Baswedan, faktor harga buku, bukan jadi masalah utama, melainkan daya baca yang rendah.

Kronologi Polisi Meninggal Ditabrak Truk Saat Tulis Surat Tilang di Tol Ciledug

Bahkan, dia yakin buku yang harganya disubsidi pun tidak akan laku, jika daya baca masyarakatnya rendah.

Ia mencontohkan, salah satu buku karya Thomas Piketty berjudul "Capital in the Twenty-First Century", setebal 800 halaman.

Anies Baswedan menuturkan, jika buku tebal itu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan subsidi besar dari negara hingga harganya jadi terjangkau, belum tentu masyarakat mau membelinya.

Empat Jenazah Korban Kecelakaan di Tol Cipularang Sulit Diidentifikasi, Warga Diminta Melapor

"Kira-kira laku tidak? Jadi jangan salahkan harga dulu. Asumsikan harganya disubsidi habis-habisan sehingga dari harga 800 ribu rupiah, jadi cuma 30 ribu rupiah."

"Saya hampir yakin, tidak laku. Bukan persoalan harganya, tapi persoalan daya bacanya," terang Anies Baswedan.

"Saya agak khawatir bahwa sesungguhnya di Indonesia itu, bukan kita tidak punya minat baca, minat bacanya mungkin ada, tapi daya bacanya yang rendah," ulasnya.

Anies Baswedan Bilang Semua Trotoar di Indonesia Bisa Dipakai untuk Berjualan

Maka dari itu, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyebut target utama para pemangku kepentingan jangan cuma fokus meningkatkan minat, tapi juga daya baca masyarakat.

"Karena itu target yang harus kita dorong sesungguhnya bukan hanya meningkatkan minat baca," ucapnya.

Dikutip dari Gramedia.com, berikut ini lima penyebab rendahnya minat baca di Indonesia:

Lingkungan Sekitar

Lingkungan hidup di sekitar kita merupakan faktor penting dalam kehidupan, karena secara tidak langsung, lingkungan sekitar lah yang membentuk kebiasaan kita.

Lingkungan keluarga misalnya, lingkungan ini adalah yang paling dekat dengan kita.

Jika lingkungan di keluarga kita saja sudah tidak membudayakan kebiasaan membaca, atau bahkan membeli buku pun tidak diperbolehkan, maka dari mana benih-benih minat membaca dapat tumbuh?

Mayat Mr X Ditemukan di Kebun Kosong di Cimanggis, Pakai Cincin Bertuliskan Nama Nina

Ditambah lagi jika lingkungan pertemanan kita juga tidak gemar membaca.

Setelah keluar rumah ternyata teman sepergaulan kita adalah teman yang suka pergi hang out ke mal ketimbang membaca.

Sudah pasti kita akan cenderung lebih mengikuti teman kita hangout dibanding pergi sendiri ke perpustakaan untuk membaca, bukan?

Generasi serba instan

Dari generasi baby boomers hingga generasi Z sekarang ini, kita dapat melihat perbedaan yang mendasar dari generasi dulu hingga sekarang.

Semakin lama generasi kita ini menginginkan segala sesuatunya serba cepat atau instan, dan mulai tidak menghargai proses.

Padahal, membaca sebuah buku baik dari yang tipis sampai yang tebal, semuanya pasti membutuhkan proses membaca.

4,1 Juta Anak Indonesia Butuh Keluarga, SOS Children’s Villages Komitmen Berikan Kasih Sayang

Tiap halaman per halaman dan bab per bab harus kita lalui dan nikmati.

Namun, bagian membaca inilah yang sulit untuk dilalui dan dinikmati para generasi Z jaman sekarang ini.

Mereka malas melakukan proses membaca untuk mengetahui suatu cerita dalam suatu buku.

Elza Syarief Duga Nikita Mirzani Informan Polisi Sehingga Bisa Kebal Hukum

Akibatnya, mereka lebih cenderung hanya melihat sinopsis, review singkat di blog ataupun sosial media, lalu selebihnya mereka hanya akan menerka-nerka cerita tersebut.

Singkatnya jika mereka tidak membaca buku secara mendalam dan berproses, maka hasil yang akan mereka pahami juga pasti hanya akan asal tahu saja.

Gadget

Kembali lagi membicarakan generasi milenial, Sekarang ini anak bayi saja sudah mengenal gadget.

Perilaku manusia dari anak bayi sampai orang dewasa jika sedang makan telah berubah karena tidak bisa terlepas dari gadget.

Contohnya anak bayi yang tidak bisa makan kalau tayangan kartun kesukaannya tidak diputar di hadapannya dengan gadget.

Lieus Sungkharisma Kaget Papua Rusuh Padahal Jokowi Sering Bolak-balik ke Sana

Dan sebenarnya tidak hanya anak bayi, anak remaja dan dewasa pun banyak juga yang melakukan kegiatan makan sambil main gadget sekarang ini.

Gadget jaman sekarang ini memang multifungsi, bisa untuk menonton televisi, bisa untuk foto-foto, dan yang pastinya bisa untuk bermain games sebagai sarana hiburan.

Hanya dengan satu gadget kita bisa melakukan banyak hal, sekaligus melupakan banyak hal.

Game Online dan Media Sosial 

Game online ataupun aplikasi di dalam gadget seperti Instagram, facebook, atau aplikasi hiburan seperti dubsmash, musically, hingga tiktok, sekarang sedang marak di dunia maya.

Baik anak kecil sampai orang dewasa bermain game dan menggunakan aplikasi tersebut hampir di setiap waktu luang yang mereka miliki.

Lebih parahnya lagi, banyak dari mereka menjadi kecanduan.

Moeldoko Minta AS Dukung Indonesia Pertahankan Papua, Wiranto Bantah Minta Tolong

Kalau sudah di tahap kecanduan yang tidak baik, kedua tangan mereka setiap harinya sibuk untuk bermain.

Jadi jangankan untuk menyentuh buku untuk membaca, untuk makan ataupun bersosialisasi dengan sesamanya pun terkadang mereka hampir lupa.

Memang game online dan aplikasi hiburan tersebut dapat berfungsi sebagai media untuk melepaskan penat dan stres setelah beraktivitas.

HRS Center Bilang Ada Pihak Ingin Rizieq Shihab Tak Pulang, Lieus Sungkharisma Bakal Investigasi

Tetapi, terkadang kita lupa bahwa buku juga dapat menjadi media lain yang bisa membantu meredakan stres tanpa harus takut akan radiasi yang dikeluarkan gadget.

Diri sendiri

Selain lingkungan dan teknologi canggih yang semakin menjauhkan kebiasaan kita dari membaca, ada faktor lain yang sebenarnya paling kuat dan menentukan tindakan kita, yaitu niat dalam diri kita sendiri.

Diri kita sendiri adalah faktor terpenting dalam melakukan sesuatu hal.

Jika di dalam diri sendiri saja kita tidak tertarik membaca, maka jangankan membaca buku, menyentuh atau mendengar judul buku saja mungkin rasanya sudah malas dan mengantuk.

Aulia Kesuma Berikan Jus Campur Obat Tidur Lalu Berhubungan Intim Sebelum Bunuh Suaminya

Maka dari itu, bibit-bibit minat baca sudah seharusnya ditanamkan sedari kita kecil.

Seringkali di sekolah kita seperti dipaksa untuk membaca buku-buku text book demi mendapatkan nilai yang baik.

Padahal, kalau kita sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku-buku, novel ataupun buku pelajaran.

Mahfud MD: Papua Tidak Boleh Minta Merdeka

Karena, sesungguhnya semuanya akan kembali lagi kepada diri sendiri, apakah kita memiliki niat untuk membaca atau tidak.

Karena jika sudah tidak memiliki niat, pasti juga sudah tidak berminat.

Sekarang sudah mengerti kan kenapa minat baca di Indonesia memprihatinkan?

Jadi, mulai sekarang mari para orang tua sejak dini mulai menanamkan benih-benih membaca buku dengan mengajarkan anak-anaknya untuk berkenalan dan menyukai buku. (Danang Triatmojo)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved