Kemerdekaan Indonesia

Ustadz Adi Hidayat Ungkap Peran Pengusaha Keturunan Arab dalam Proklamasi yang Ingin Dihilangkan

Proklamasi itu tidak dilakukan di jalan, proklamasi dilakukan di rumah seorang Muslim, keturunan Arab, yang merupakan pengusaha sukses.

YouTube
Rumah milik seorang Muslim, keturunan Arab, yang menjadi lokasi proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 

USTADZ Adi Hidayat menjelaskan, peristiwa proklamasi tidak dilakukan di jalanan, tapi di sebuah rumah.

Rumah itu adalah rumah yang merupakan hibah dari seorang keturunan Arab.

Ada upaya dari sebagian kalangan untuk alergi dengan pihak-pihak yang merupakan keturunan Arab.

Meski demikian, kata Ustadz Adi Hidayat, ada upaya untuk menghapuskan peranan sejumlah orang dalam jalannya kemerdekaan Indonesia.

"Proklamasi itu tidak dilakukan di jalan, proklamasi dilakukan di rumah seorang Muslim, keturunan Arab, yang merupakan pengusaha sukses dari Solo," katanya dalam sebuah ceramahnya yang viral, yang dikutip Warta Kota, Sabtu (17/8/2019).

Menurut Ustadz Adi Hidayat, proklamasi dilakukan di tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00.

"Bertempat di mana?"

"Jalan Pegangsaan Timur nomor 56."

"Dilangsungkanlah proklamasi," katanya.

Sebagian kalangan beranggapan, proklamasi dilakukan di jalan atau di lapangan.

Padahal, proklamasi itu dilakukan di rumah, yang merupakan hibah.

"Rumah seorang Muslim, keturunan Arab, namanya Syech Faraj bin Martak."

"Beliau mewakafkan rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56."

Rumah milik seorang Muslim, keturunan Arab, yang menjadi lokasi proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Rumah milik seorang Muslim, keturunan Arab, yang menjadi lokasi proklamasi Kemerdekaan Indonesia. (YouTube)

Menurut Ustadz Adi Hidayat, Martak telah mewakafkan rumah itu dengan sukarela untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

"Bayangkan, kalau tidak ada jihad dengan harta, maka mustahil ada tempat proklamasi."

"Siapa yang mewakafkan?"

"Orang Islam."

"Untuk dunia?"

"Tidak."

"Bahkan, Insinyur Soekarno dalam keadaan sakit diamankan di Rengas Dengklok."

Saat di sana, kata Ustadz Adi Hidayat, Presiden Soekarno jatuh sakit.

"Dibelikan oleh beliau, madu Yaman."

"Kemudian diberikan dan Alhamdulillah dengan izin Allah, pulih, kekuatannya ada."

Setelah itu, kata Ustadz Adi Hidayat, Bung Karno melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sebagian kalangan kemudian menyampaikan komentar terkait dengan ceramah yang viral tersebut.

Sebagian kalangan di saat ini sedang alergi dengan yang berbau Arab dan berbau Islam.

Upaya tersebut memicu keprihatinan sejumlah kalangan.

Tidak kurang juga dilakukan oleh Ustadz Adi Hidayat.

Ustadz Adi Hidayat kemudian mengungkap, kemerdekaan Indonesia hanya diungkap dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur no 56 padahal itu rumah orang keturunan Arab.

Fenomena itu kemudian memicu banyaknya keprihatinan bahkan ada upaya yang diduga sistematis untuk menjadikan sebagian kalangan sebagai musuh bersama padahal mereka berjuang dengan harta, air mata, dan nyawa untuk kemerdekaan Indonesia.

Keprihatinan itu terjadi karena ada upaya untuk menghilangkan peran orang Islam di antaranya dalam buku-buku sejarah.

Sebagian buku sejarah itu juga dibuat oleh kalangan yang mempunyai sokongan pada Belanda.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, salinan ucapan terima kasih secara resmi disampaikan secara tertulis.

"Kalimat Allahu Akbar, takbir, itu bukan kata teroris, kalimat itu yang mewujudkan NKRI."

"Saya punya salinan ucapan terima kasih NKRI kepada keluarga besar Syeh Faraj bin Martak."

Makanya, kata Ustadz Adi Hidayat, jika tidak dilakukan dengan diawali di tahun 1905 kemudian terwujud kemerdekaan Indonesia, maka hal itu tidak akan terjadi.

"Soalnya, memang tidak ada kesukaan kalau Indonesia merdeka, kalau bukan karena Allahu Akbar, mustahil terwujud kemerdekaan."

"Banyak yang berupaya menjauhkan dengan Quran dan Sunnah, dari dulu, dari kalangan orientalis, mereka yang tidak suka Indonesia merdeka."

"Maka dijauhkan dari Quran dan Sunnah," katanya.

Kisah Foto Tentara Belanda Menjadikan Ulah Orang Indonesia yang Mau Jadi Jongosnya sebagai Tertawaan

Ustadz Abdul Somad Ungkap Kisah Buya Hamka Dipenjara dan Disiksa Tetap Mau Menyolatkan Pelakunya

Kisah tragis dialami Buya Hamka di saat dihina dan difitnah pemerintah yang berkuasa.

Buya Hamka ditangkap dan dituduh dengan tuduhan tidak masuk akal, kemudian dijebloskan ke penjara seperti dialami oleh sejumlah ulama dan tokoh lainnya.

Dirinya dimasukkan ke penjara dan sang pelaku menaikkan kaki ke atas meja dengan sepatunya sambil menuding Buya Hamka dengan telunjuknya untuk menghinanya.

Perlakuan ini sangat menyakitkan hati Buya Hamka, yang merupakan ulama yang sangat dihormati itu.

"Hei Hamka, kamu pengkhianat negara!"

"Kamu mau jual negara ke Malaysia," demikian tuduhan itu yang antara lain disemburkan pada diri ulama besar tersebut, yang ditirukan oleh Ustadz Abdul Somad, yang dikutip Warta Kota di Jakarta, Sabtu (1/6/2019).

Pelaku menunjuk dengan telunjuk untuk menghina Buya Hamka, yang hatinya berkecamuk dan sangat terhina diperlakukan seperti itu.

Selain dipenjara, Buya Hamka mengalami penyiksaan hebat.

Akibat penyiksaan itu, Buya Hamka harus menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Persahabatan, yang dibangun sebagai hibah dari Uni Soviet.

Menurut Ustadz Abdul Somad, Buya Hamka sangat terhina dinistakan sedemikian rupa.

"Sempat terlintas untuk mengakhiri saja hidupnya saat nampak pisau silet, bisikan-bisikan bahwa dia orang terhormat, gelarnya datuk, di Universitas Al Azhar bergelar Doktor Al Azhar, saking geramnya, kisah itu dituliskan dalam Tasawuf Modern," katanya.

 Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Cinta Buya Hamka hingga Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’

Di saat menjelang akhir hayatnya, dia minta anaknya untuk mengambilkan buku yang ditulisnya tersebut.

"Ambilkan buku itu, aku mau mengenang sakitnya masa itu," katanya, yang dikutip Warta Kota di Jakarta, Sabtu (1/6/2019)..

Ulama besar itu dipenjarakan atas tuduhan yang dibuat-buat pemerintah seperti dilakukan juga pada sejumlah kalangan lainnya.

Mereka ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan melawan pemerintah.

"Sampai akhirnya, PKI pun tumbang, Buya Hamka dibebaskan dari penjara," kata Ustadz Abdul Somad.

Setelah itu, Buya Hamka menjalani hidupnya untuk berdakwah dan menjadi imam seperti dijalani sebelum itu.

Ada sebuah pelajaran berharga yang bisa diambil dari Buya Hamka dengan perilaku yang mulia.

"Ketika dia sedang duduk di rumah, datang seorang membawa surat, dibacanya surat itu," katanya.

Ustadz Abdul Somad mengikuti kisah Buya Hamka untuk berdakwah.
Ustadz Abdul Somad mengikuti kisah Buya Hamka untuk berdakwah. (YouTube)

Surat itu berasal dari orang yang kejam pada Buya Hamka, orang itu juga menyiksanya.

"Isinya, kalau aku mati nanti, tolong yang menyolatkan jenazah adalah Buya Hamka," katanya.

Yang menyiksa dan memenjarakan Buya Hamka selama 4 tahun itu akhirnya mati.

"Saya penasaran bacanya, mau tidak beliau, mau tidak, ternyata mau," kata Ustadz Abdul Somad.

Saking gemasnya karena tindakan seperti itu, Ustadz Abdul Somad menutup buku Tasawuf Modern itu.

Meski kemudian, Ustadz Abdul Somad melanjutkan kembali untuk membaca buku tersebut.

Ada versi yang menyatakan bahwa orang yang minta disolatkan jenazahnya adalah Presiden RI I, Soekarno alias Bung Karno.

Terpopuler

 BREAKING NEWS: Ani Yudhoyono Meninggal Dunia di Singapura Siang Ini, Ini Sakitnya

 Ani Yudhoyono Kritis, Berikut Fase Leukimia yang Tak Terlihat, Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat

 Sebelum Ani Yudhoyono Wafat, Artis Ini Mengaku Didatangi Lewat Mimpi

SELEB

 Artis Cantik Indonesia Dilamar Cucu Raja, Simak Silsilah Keluarganya

 HEBOH! Mulan Jameela Pajang Foto Suami Maia Estianty Jadi Sorotan Warganet: Gak Malu Ya

 Ini Fakta Menarik Bisnis Mukena Syahrini yang Jadi Kontroversial, Ternyata Bahannya Lapis Emas

 

 

 

 PT KAI Yakini Tak Ada Calo Tiket Saat Mudik Lebaran 2019, Begini Penjelasannya

 Inspirasi Mudik Lebaran 2019 ASTRA Tol Tangerang-Merak Siapkan Empat Strategi Layanan

 BERITA FOTO: Warga Jakarta Mudik Pakai Motor, Ternyata Suasananya Lebih Riuh dan Ramai  

Meski Ustadz Abdul Somad tidak bersedia menyebutkan nama orang yang dimaksud telah memenjarakan Buya Hamka dan minta jenazahnya agar disolatkan itu.

"Kok mau dia."

"Kok Mau Buya Hamka."

"Andai saya lah itu, dipenjara orang, disiksa orang, lalu datang utusannya, terus bilang, andai aku mati, tolong yang mengimami aku adalah saya, saya suruh cari ustadz yang lain."

"Aku tak mau, sampai mati, tak akan aku solatkan," katanya.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan, itulah yang membedakan antara Buya Hamka dan kebanyakan orang lainnya.

"Baru saya tahu, lembut hatinya, lunak."

"Dia tidak pernah belajar di Al Azhar, sekali pun tidak."

"Al Azhar memanggil dia memberikan gelar Doktor, sedangkan Ustadz Abdul Somad sudah 4 tahun kuliah di Al Azhar, gelarnya cuma LC," katanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, dia sadar diri karena tidak selevel dengan Buya Hamka.

Namun, sejumlah fakta terungkap bahwa orang yang dikisahkan tersebut adalah Bung Karno.

Dalam bagian lainnya, kata Ustadz Abdul Somad, kemuliaan Buya Hamka memang tidak bisa ditandingi oleh banyak orang.

"Kalau saya kisahkan Nabi Muhammad SAW, nanti dibilang itu kan Nabi."

"Kalau saya kisahkan sahabat Nabi Muhammad SAW, itu kan sahabat nabi," katanya.

Karena itu, kata Ustadz Abdul Somad, dia sengaja membagikan kisah Buya Hamka, yang mulia.

"Kala itu, PKI sedang berkuasa dan mempunyai koran Lekra."

"Tuduhan keji diberikan oleh Pramoedya Ananta Toer."

"Buya Hamka dituduh novelnya itu plagiat diambil dari sastrawan Mesir, ditulis di Harian Lekra, PKI," katanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, Buya Hamka tidak melawan, diam.

"Akhirnya isu itu hilang, PKI jatuh, NKRI bangkit kembali tetap tegak berdiri."

"Setelah itu, datang seorang perempuan bermata sipit dengan suaminya, mualaf yang mau belajar Islam dengan sepucuk surat."

"Kamu siapa?"

"Saya disuruh ayah saya ke mari mengantar calon suami saya belajar Islam," kata tamu tak dikenal tersebut.

"Nama ayah kamu siapa?" tanya Buya Hamka.

Kemudian dijawab bahwa ayahnya adalah Pramoedya Ananta Toer yang telah menjatuhkan nama Buya Hamka dengan cara menyebarkan fitnah dan kebencian itu ke seluruh dunia.

Menurut Ustadz Abdul Somad, mungkin, itu cara Pramoedya Ananta Toer minta maaf.

"Dia tak datang ke rumah Buya Hamka, tapi anak dan menantunya diutus bertemu dengan Buya Hamka untuk belajar Islam."

"Buya Hamka kemudian mengajarkan Islam tersebut, begitu mulianya beliau padahal fitnah luar biasa," kata Ustadz Abdul Somad, yang dikutip Warta Kota di Jakarta, Sabtu (1/6/2019).

Andai itu adalah dirinya, kata Ustadz Abdul Somad, dia tidak akan bersedia.

"Kau cari saja ustadz yang lain."

"Panas hati ini karena kalau hati panas mengajar orang tidak akan benar."

"Ternyata marah Buya Hamka itu melebur dengan maaf tanpa bekas kalau maaf masih berbekas, itu namanya bukan maaf," katanya.

"Kalau saya sebut Nabi, itu kan Nabi, saya sebut Abu Bakar, itu kan Abu Bakar, ada orang kita, Buya Hamka, urang awak."

"Tapi, jangan dibayangkan kalau Buya Hamka itu bukan orang yang tidak bisa marah."

"Saat naik kapal, berhenti kapal di pelabuhan di Padang, saat mau menjadi imam solat jamaah, ada pegawai kapal melarang solat jamaah karena di kapal solatnya di kamar masing-masing."

"Buya Hamka bangkit, orang itu pun disemprot dengan kemarahannya," katanya.

"Bahasanya tidak saya ubah, buka buku judulnya Ayah ditulis Irfan Hamka, yang menyaksikan hal tersebut, yang menengok Buya Hamka marah." katanya.

 Jawaban Lugas Ustadz Abdul Somad tentang Menangis dan Pacaran Bisa Membatalkan Puasa atau Tidak

Buya Hamka ada saatnya marah, ada saatnya lunak, ada saatnya berkonfrontasi.

"Dalam soal qunut, lembut hati Buya Hamka diundang ke Jember, salat Subuh, Buya Hamka diangkatnya tangan, baca qunut sebagaimana dilakukan NU padahal biasanya tidak karena dia Muhammadiyah."

Hal itu dicontohkan untuk menjaga persatuan umat Islam.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved