Rektor UKI Dhaniswara K Harjono: Target UKI Menjadi Universitas Unggulan Bertaraf Internasional
Membawa UKI menjadi universitas unggulan merupakan target Dr Dhaniswara K Harjono, SH, MH, MBA, saat terpilih sebagai rektor pada tahun lalu.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Ichwan Chasani
Sebagai salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Indonesia, Universitas Kristen Indonesia (UKI) bertekad ingin menjadikan universitas unggulan bertaraf internasional. UKI didirikan di Jakarta pada 15 Oktober 1953 atau saat ini berusia 66 tahun.
Rektor UKI Dr Dhaniswara K Harjono, SH, MH, MBA, mengatakan membawa UKI menjadi universitas unggulan merupakan target yang ingin dicapainya saat terpilih sebagai rektor pada tahun lalu.
"Kita akan mencapai target ini selangkah demi selangkah. Lima tahun pertama kita menjadi universitas unggulan di Jakarta, kemudian di tingkat nasional lalu di tingkat internasional," kata Dhaniswara kepada Wartakotalive.com di Kampus UKI Cawang, Selasa (30/7).
Berbagai terobosan dilakukan Dhaniswara untuk mencapai target tersebut. Dia mengawalinya dengan melakukan perbaikan sarana dan prasarana kampus dengan merenovasi ruang-ruang kuliah hingga sistem IT (teknologi informasi).
Tak hanya itu, Dhaniswara juga meningkatkan kemampuan dosen dengan berbagai program pelatihan dan seminar. Dosen-dosen yang direkrut juga harus melek teknologi agar bisa mengimbangi para mahasiswa yang sebagian besar berasal dari generasi milenial dan generasi Z.
"Saat ini sekitar 50 persen dosen di UKI berusia di bawah 40 tahun. Dosen di atas 50 tahun umumnya agak gaptek (gagap teknologi-Red)," papar Dhaniswara.
Untuk terus menjaga kualitas, UKI terus berjuang memperbanyak guru besar. Jumlah guru besar di kampus ini makin berkurang karena banyak yang pensiun.
"Kami memiliki 11 lektor kepala saat ini. Kami dorong mereka untuk secepatnya menjadi guru besar. Kami fasilitasi untuk penelitian hingga seminar ke luar negeri. Dalam waktu setahun ke depan, kami menargetkan paling kurang ada lima guru besar baru di UKI," imbuhnya.
Sebagai rektor yang berlatar belakang pengusaha, Dhaniswara ingin para mahasiswa UKI memiliki jiwa enterpreneursip (kewirausahaan). Dengan adanya semangat kewirausahaan maka para alumni UKI tidak perlu mencari kerja, tetapi menciptakan lapangan kerja.
"Enterpreneurship sebenarnya adalah sikap pantang menyerah. Kalau gagal, coba lagi. Jadi, enterpreneur di sini bukan hanya menjadi pengusaha. Ini menyangkut jiwa yang tak pernah menyerah," jelas pendiri dan pemilik PT AEON Fantasy Indonesia dan PT PPHBI Indonesia ini.
Menurut pria kelahiran Jakarta 26 Oktober 1960 ini, para enterpreneur inilah yang mengendalikan kepemimpinan negara saat ini ini. Ada banyak pimpinan daerah, gubernur dan bupati atau wakilnya, berasal dari lingkaran enterprenuer. Begitu juga dengan aggotata DPR, DPD dan MPR.
"Presiden Jokowi saja seorang enterpreneur. Begitu juga dengan Ketua DPR, Ketua DPD, dan Ketua MPR," lanjutnya.
Tren kepemimpinan dari latar belakang enterpreneur, lanjut Dhaniswara, juga menjalar ke dunia pendidikan. Rektor di sejumlah universitas swasta saat ini berasal dari kalangan enterpreneur. Begitu juga dengan UKI.
"Dari 16 rektor di UKI selama ini, 14 orang di antaranya akademisi, satu orang menjabat CEO (chief executive officer) sebuah perusahaan besar dan saya sendiri dari kalangan enterpreneur. Beda gaya pastinya. Nah, di situlah universitas ini harus bisa memanfaatkan talenta dari masing-masing rektor," kata Dhaniswara yang aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta.
Keunggulan dari enterpreneur, lanjut Dhaniswara, adalah cara berpikir yang sederhana, kreatif, inovatif dan out of the box. Ini yang membuat para enterpreneur lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.