Artis
Dari Karya Sastra hingga Film, Ayushita Nugraha dan Adipati Dolken 'Mengenal' Pramoedya Ananta Toer
Ayushita Nugraha dan Adipati Dolken, dua pemain film 'Perburuan', mengenal Pramoedya Ananta Toer dan perjuangannya lewat karya-karyanya.
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
Melalui karya-karyanya, yang dua diantaranya diangkat ke layar lebar, Adipati Dolken (27) dan Ayushita Nugraha (30) mengenal Pramoedya Ananta Toer.
Adipati Dolken dan Ayushita Nugraha adalah dua pemeran utama film Perburuan.
Kisah film Perburuan diambil dari novel pertama yang diterbitkan Pramoedya Ananta Toer pada 1950 berjudul sama.

Novel Perburuan ini menjadi pemenang sayembara garapan Penerbit Balai Pustaka, Jakarta pada 1949 yang kemudian dicekal pemerintah karena tudingan ada muatan komunisme.
Tidak hanya melalui peran Ningsih di film Perburuan yang dimainkannya, Ayushita Nugraha 'mengenal' mendiang Pramoedya Ananta Toer karena karya-karya sastranya yang luar biasa besar.
"Beliau adalah orang yang berani dan tahu betul prinsip hidupnya. Pak Pram selalu konsisten selama hidupnya," kata Ayushita Nugraha, Senin (5/8/2019) malam.
• Lewat Pameran Jejak Langkah Pram, Adipati Dolken Berharap Karya Pramoedya Dikenal Generasi Masa Kini
• Mawar Eva De Jongh Senang Melihat Dekat Karya Pramoedya Ananta Toer di Pameran Jejak Langkah Pram
Ayushita Nugraha dan Adipati Dolken berbincang disela pembukaan Pameran Jejak Langkah Pram di RBoJ Cafe, Jalan Buncit Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Nama pameran yang digelar hingga akhir Agustus 2019 ini merupakan salah satu judul novel karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Jejak Langkah yang diterbitkan 1985.
Jejak Langkah merupakan bagian ketiga Tetralogi Buru yang dituliskan Pramoedya Ananta Toer yang kemudian juga dilarang peredarannya oleh Jaksa Agung masa itu.

Bagi Adipati Dolken, pemeran tokoh Hardo di film Perburuan, Pramoedya Ananta Toer mempunyai ideologi besar ditengah kondisi serba kesusahan di masanya.
Namun Pramoedya Ananta Toer tetap bisa menyalurkan ideologi kebenaran dan keadilan melalui tulisan-tulisannya.
"Itu cara yang brilian. Beliau bisa sekuat itu di posisi yang sangat tertekan tapi bisa memberi bekal buat kita hingga bisa seperti sekarang," kata Adipati Dolken.
• Selain Film Bumi Manusia dan Perburuan, Pameran Jejak Langkah Pram Melengkapi Bulan Pramoedya
• Sudah Lama Sutradara Richard Oh Mengincar Adipati Dolken Memainkan Peran Hardo di Film Perburuan
"Gue senang banget karya-karya Pak Pram bisa dipamerkan. Karya-karya Pak Pram bisa diapresiasi lebih luas oleh masyarakat di pameran ini," kata Adipati Dolken.
Dari karya tulisannya, Ayushita Nugraha merasakan, semangat Pramoedya Ananta Toer untuk berjuang bagi Indonesia begitu besar.
Setelah 50 tahun Indonesia merdeka, Pramoedya Ananta Toer menghabiskan waktunya didalam sel penjara selama 30 dekade.

"Meski 30 tahun di penjara, Pak Pram tetap konsisten pada apa yang dikerjakan. Beliau sosok yang dipilih Tuhan dan semesta untuk menyampaikan pesan untuk kita," kata Ayushita Nugraha.
Ayushita Nugraha menyebutkan, pameran ini merupakan hal yang penting untuk mengenang karya-karya Pram.
"Pameran seperti Jejak Karya Pram ini penting bagi kita, generasi muda, untuk mengetahui Pak Pram," kata Ayushita Nugraha.
Ia berharap, banyak orang datang ke Pameran Jejak Karya Pram sehingga dapat menelaah karya-karya Pramoedya Ananta Toer dan berkontribusi baik bagi film Perburuan dan Bumi Manusia.
Pameran Jejak Langkah Pram
Pameran sebagian kecil karya tulis mendiang Pramoedya Ananta Toer digelar di RBoJ Cafe di sepanjang Agustus 2019.
Pameran tersebut digelar untuk memperingati bulan Pramoedya Ananta Toer yang sekaligus untuk merayakan peringatan Hari Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia.
Rumah produksi Falcon Pictures menggelar pameran karya-karya Pramoedya Ananta Toer bertajuk Jejak Langkah Pram.

Astuti Ananta Toer (63), putri ke-4 dari 8 bersaudara Pramoedya Ananta Toer, mengungkapkan, tujuan digelarnya Pameran Jejak Langkah Pram adalah untuk mengenang karya-karya ayahnya.
"Pak Pramoedya adalah penulis paling produktif di Indonesia. Semasa hidupnya, beliau menghasilkan 52 buku yang telah diterbitkan," kata Astuti Ananta Toer berbincang, Senin malam.
Jumlah karya Pramoedya Ananta Toer itu belum termasuk karya yang hilang dan belum diterbitkan.
• Diminta Nyanyikan Soundtrack Bumi Manusia, Fiersa Besari: Kalau Menolak, Saya Menyesal Seumur Hidup
• Mengapa Iwan Fals dan Hanung Bramantyo Harus Bersembunyi Setiap Membaca Novel Bumi Manusia?
Frederica, produser Falcon Pictures, menyatakan, Pameran Jejak Langkah Pram digelar supaya generasi masa sekarang bisa ikut merasakan karya-karya Pramoedya Ananta Toer.
"Falcon Pictures bersyukur menjadi bagian dalam mengangkat karya-karya Pramoedya Ananta Toer," kata Frederica.
Ia berharap, digelarnya pameran ini bisa memberikan sesuatu untuk karya-karya Pramoedya Ananta Toer.

Film yang diangkat dari novel mahakarya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia dan Perburuan akan tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia pada 15 Agustus 2019.
Sebelum 2 film yang diangkat dari novel masterpiece Pramoedya Ananta Toer ini diputar di bioskop, Falcon Pictures akan menggelar gala premier di Surabaya, Jawa Timur.
Gelaran gala premier dilaksanakan di Surabaya Town Square (Sutos) Mal, Surabaya, pada 9 Agustus 2019.