Ada 3 Hal Membuat Orang Mudah Tertipu Investasi Bodong
Agar tidak tergiur dengan investasi bodong dengan imbal hasil selangit, masyarakat harus jeli dengan penawaran yang ada.
Hingga akhirnya, para mitra meradang dan menggeruduk kantornya.
Kasus Alfarizi baru satu kasus.
Ada pula kasus investasi kebun di Cimahi.
Pada kasus ini, investor diminta menyetor uang puluhan juta dengan rincian: investasi pohon jabon Rp 20 juta, pohon jati Rp 20 juta, dan pohon kesemek Rp 37,5 juta.
• Bursa Efek Indonesia Bakal Rilis 3 Indeks Baru
Para investor dijanjikan akan mendapat imbalan enam bulan sekali.
Untuk pohon kesemek misalnya dijanjikan dibayar Rp 17,5 juta per enam bulan selama tiga tahun.
Akan tetapi lagi-lagi, hal itu tidak pernah terealisasi.
Nah, agar tidak tergiur dengan investasi abal-abal dengan imbal hasil selangit, masyarakat harus jeli dengan penawaran yang ada.
Perencana keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto, menilai, ada tiga hal yang membuat banyak masyarakat tertipu investasi bodong.
Pertama
Karakteristik masyarakat kita yang menyenangi hasil tinggi.
“Itu sebabnya, kadang calon investor menjadi gelap mata begitu dijanjikan hasil besar dari sebuah investasi,” kata dia.
Kedua
Kurangnya edukasi dari pemerintah sehingga membuat masyarakat tidak terbiasa mempelajari skema investasi yang ditawarkan.
• Pertama di Luar Jepang, Gundam Build Divers Re-Rise Dirilis di Indonesia
Ketiga
Pengawasan yang belum berjalan baik dari pemerintah.
“Biasanya, investasi abal-abal ini mengaku mengantongi izin dari regulator. Namun, biasanya izin yang didapat tidak sejalan dengan apa yang dikerjakan. Misalnya, mereka mendapat izin penjualan, tapi malah menghimpun dana masyarakat, regulator sendiri tak bisa berbuat banyak,” kata Eko.
Lalu, bagaimana caranya agar tidak mudah tertipu?