Kilas Balik
Kisah Perang Sengit 30 Prajurit TNI AD di Timor Timur, Tak Seimbang hingga Cuma 9 Orang yang Selamat
Sebuah pertempuran sengit dan tak seimbang sempat dialami oleh prajurit TNI AD saat ditugaskan di Timor Timur
PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM -- Sebuah pertempuran sengit dan tak seimbang sempat dialami oleh prajurit TNI AD saat ditugaskan di Timor Timur
Dilansir dari buku 328 Para Battalion, The Untold Stories of Indonesian Legendary Paratroopers, Setia-Perkasa-Rendah Hati' terbitan Elex Media Komputindo, dari 30 prajurit TNI AD yang diberangkatkan hanya sembilan orang yang pulang dengan selamat
Pertempuran sengit dan tak berimbang di Timor Timur ini diceritakan oleh seorang prajurit TNI AD bernama Sersan Mayor Didin Somantri.
Didin Somantri memiliki pengalaman tempur yang mumpuni saat menjalankan misi di Mapenduma
Saat operasi di Timor Timur pada tahun 1978 lalu, Didin Somantri dan rekan-rekannya ditugaskan dalam misi perebutan Matabean.
• Viral Foto Pocong di Google Maps, Ini Penjelasan Lengkap dari Fotografernya, dan Fakta-Faktanya
• TERUNGKAP Alasan Ria Ricis Pamit Diri dari Youtuber padahal Sukses Gaet 15 Juta Lebih Subscriber
• Ini Dia Ramalan Zodiak Senin 29 Juli 2019 Taurus Idealis, Aries Hadapi Masalah, Pisces Memendam Rasa

Didin Somantri yang merupakan ahli navigasi darat mengungkapkan, Batalyon 328 saat itu mendapatkan tugas merebut sasaran Matabean.
Menurutnya, saat itu selain medan tempur Matabean yang sangat berat, masyarakat setempat menurut Didin juga memiliki posisi yang menguntungkan.
Sebab, dengan kekuatan empat kabupaten, yaitu Bacau, Pile, Langen, dan Los Palos, mereka memiliki posisi yang lebih memungkinkan untuk melemparkan batu dari ketinggian tebing.
"Jadi pertempuran tak seimbang," tulis Didin dalam buku tersebut.
Didin Somantri saat itu mendapatkan tugas sebagai penembak senapan kompi C Peleton 2.
Akibat pertempuran yang tak seimbang itu, sejumlah personel prajurit TNI AD pun gugur.
"Danton Didi Haryadi gugur. Dari 30 prajurit, yang bisa kembali hanya 9 prajurit," tulis dalam buku tersebut.

Sehingga, bisa jadi yang gugur dalam pertempuran itu mencapai 21 orang.
Dalam buku itu disebutkan, sasaran 7 merupakan sasaran yang paling berat.
Didin Somantri ingat betul, saat itu dirinya diminta mengawal Edi Sudrajat, yang saat itu pasukannya juga masuk ke lereng Gunung Tiba Silo.