KABINET KERJA Jilid 2: Yusril, Mahfud MD, Erick Thohir Berpotensi Isi Jatah Menteri dari Profesional
Sejumlah nama tokoh nasional mulai digadang-gadang layak masuk dalam Kabinet Kerja jilid 2 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Periode kedua merupakan periode pertarungan bagi Jokowi dalam membuktikan janji politiknya, terutama soal tiga kartu plus yang sudah dinantikan banyak orang.
Adi berpendapat sebenarnya sudah tidak ada alasan bagi Jokowi untuk tidak merealisasikan janji politiknya karena telah disokong oleh banyak partai pendukung dan dukungan penuh dari parlemen.
“Didukung oleh banyak partai politik tentu susunan kabinetnya harus berimbang sehingga tidak memunculkan kecemburuan sosial politik, sehingga aspek proporsionalitas pemberian menteri itu yang diharapkan nanti bisa menciptakan harmoni dalam kinerja,” kata Adi.
Belum berbicara menteri
Partai politik koalisi, sampai saat ini mengaku masih belum berbicara soal jajaran calon menteri yang akan direkomendasikan ke Presiden Jokowi.
Seperti yang dikatakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, parpolnya belum mengajukan nama calon menteri ke Presiden.
"Belum-belum, belum ada pengajuan sama sekali. Kita belum bahas" kata Muhaimin Iskandar.
Pemilihan menteri untuk Kabinet Kerja Jilid II itu kata dia lebih tepatnya menjadi hak prerogatif penuh Presiden Jokowi.
• TERBONGKAR Video Panas 2 PNS Direkam di Rumah Si Wanita saat Suaminya Sedang Bekerja
Saat ini parpol koalisi lebih fokus dalam menjaga soliditas setelah berakhirnya pesta demokrasi Pemilu 2019 ketimbang mempersoalkan jatah menteri atau pimpinan MPR.
Seperti yang dikatakan Ketua umum DPP Nasdem, Surya Paloh, sangat disayangkan jika soliditas yang sudah dimiliki parpol sejak bergabung menjadi koalisi partai pengusung tidak terjaga, karena masih banyak tugas yang harus diselesaikan hingga akhir periode kepemimpinan Presiden Jokowi di 2024.
"Ada dialektika, romantika, ada suasana kebatinan satu sama lain yang tidak selamanya kadang-kadang bergembira hati, bersuka hati," katanya.
Terkadang parpol-parpol, kata dia, kemungkinan juga sedang merasakan kesedihan, atau merasa sentimental selama selama berjuang dalam koalisi.
"Itulah konsekuensi hidup, kita sudah mengalami semua proses yang kita lalui dengan suka dan duka dan kita memiliki ini sebagai modal besar untuk menjamin keutuhan kita memberikan dukungan sepenuhnya secara totalitas," ujarnya.* (Antara/Boyke Ledy Watra)