Aksi Terorisme
Bomber Kartasura Berbagi Pengalaman Merakit Bom dengan Sesama Lone Wolf
RA (22), pelaku bom bunuh diri di Sukoharjo, bertindak sebagai lone wolf saaat beraksi di Tugu Kartasura.
RA (22), pelaku bom bunuh diri di Sukoharjo, bertindak sebagai lone wolf saaat beraksi di Tugu Kartasura.
Namun, Mabes Polri menegaskan hal itu tidak berarti yang bersangkutan tidak memiliki jaringan komunikasi, atau berkomunikasi dengan para lone wolf dan sel tidur lainnya.
"Yang bersangkutan dari hasil keterangan masih lone wolf, artinya sleeping cell," ujar Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/6/2019).
• Bomber Kartasura Sudah Dibaiat Pimpinan ISIS Lewat Medsos pada Akhir 2018
"Namun demikian sleeping cell tidak berarti dia seorang diri secara individu," imbuhnya.
"Memang dia tidak terafiliasi jaringan JAD atau kelompok organisasi teroris yang terstruktur."
"Tetapi dia memiliki jaringan komunikasi dengan sleeping-sleeping cell yang lain, itu yang sedang didalami (oleh Densus 88)," bebernya.
• Bomber Kartasura Sempat Ajak Orang Tuanya Ikut ISIS, tapi Ditolak
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menyebut, RA mempelajari cara merakit bom dari latihan dan belajar di Internet melalui media YouTube.
Dari hasil penggeledahan di kediaman orang tua tersangka, didapat sejumlah bom beberapa paket hingga detonatornya.
Yang bersangkutan, kata Dedi Prasetyo, juga saling bertukar pengalaman dalam hal merakit bom antar- sesama lone wolf.
• Arus Mudik Lebaran 2019 Lancar, Fadli Zon: Itu Memang Tugas Pemerintah karena Rakyat Bayar Pajak
Pihaknya masih terus mendalami informasi yang diperoleh dari pelaku tersebut.
"Merakit bom itu didapat dari latihan dan belajar di internet dari YouTube. Itu ada automate bom itu sudah ada di situ beberapa paket, sampai membuat detonator itu sudah ada," ungkapnya.
"Lagi didalami Densus 88. Kemudian dia juga membagi, tukar menukar pengalaman merakit bom antara sesama lone wolf. Ini lagi didalami," sambung Dedi Prasetyo.
• Ali Mochtar Ngabalin: Skenario Tuhan Membuat Indonesia Teduh dan Damai Luar Biasa
Tim Densus 88 Antiteror hari ini menggali keterangan RA (22).
Dedi Prasetyo mengatakan, kondisi tersangka cukup stabil dan membaik. Sehingga, tim Densus 88 menggali keterangan dari yang bersangkutan meski belum secara menyeluruh.
"Saat ini memang kondisi tersangka RA dalam kondisi yang cukup stabil. Kesehatannya membaik namun belum bisa dimintai keterangan secara full," jelasnya.
• Setiap Hari Kerjaan Bomber Kartasura Rakit Bom di Kamar Tidur dan Latihan Meledakkannya di Sawah
"Barusan tim densus 88 hari ini memintai keterangan (pada RA) tapi belum full," bebernya.
Ia menjelaskan, pihaknya berupaya membuka dan menelusuri jaringan komunikasi RA melalui handphone dan akun Facebook (FB) yang bersangkutan.
Pihak Laboratorium Forensik Polri sendiri, kata dia, mengalami sedikit hambatan lantaran handphone RA telah dirusak.
• Lebaran Perdana Tanpa Ani Yudhoyono, AHY: Hampa
"Namun, aparat kepolisian mencoba semaksimal mungkin untuk membuka jaringan komunikasi tersangka RA, menggunakan akun FB yang bersangkutan," paparnya.
"Yang bersangkutan memang membackup diri menggunakan akun FB-nya langsung ke ISIS," ucapnya.
"Kemudian akan mencoba mendalami jaringan komunikasi yang bersangkutan di akun FB, ini sedang didalami," tambah Dedi Prasetyo.
• Pengangguran, Bomber Kartasura Sering Minta Uang ke Orang Tua untuk Beli Peralatan Elektronik
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyinggung satu kejadian menonjol selama Ramadan 2019, yakni peristiwa usaha bom bunuh diri di Pospam Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6/2019).
Tito Karnavian mengatakan, kesimpulan sementara yang diambil oleh kepolisian, aksi yang dilakukan oleh RA itu termasuk dalam aksi lone wolf.
"Nah, dalam kasus ini sampai hari ini, kesimpulan kita sementara sudah mendekati 90 persen ya bahwa itu adalah lone wolf," ujar Tito Karnavian setelah Salat Id di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2019).
• Kapolri Ungkap Anggotanya Sebulan Tak Sadarkan Diri Setelah Dikeroyok Pesilat Hingga Tengkorak Pecah
Ia menyebut sejumlah alasan yang membuat kepolisian berkesimpulan seperti itu.
Pertama, yang bersangkutan ketika diperiksa memberikan keterangan mengaku mempelajari terorisme dari internet atau sosial media.
Di kediaman orang tua tempat pelaku tinggal, juga ditemukan sejumlah bahan pembuat bom yang dirakitnya, dengan cara belajar melalui internet pula.
• Kapolri Sarankan Pemudik Kembali ke Jakarta Besok untuk Hindari Hal Ini
Bahan itu pun dibeli sendiri oleh yang bersangkutan.
Alasan ketiga, dilihat dari amatirnya RA dan bom yang tidak meledak secara sempurna.
Tito Karnavian mengatakan, jika yang bersangkutan termasuk profesional, tentu ledakan bom pasti besar dan tubuhnya akan hancur berkeping-keping.
• Istana Jelaskan Alasan Jokowi Batal Salat Id di Masjid Kampung
Mantan Kapolda Metro Jaya itu juga melihat bahwa RA tak memiliki jaringan yang signifikan dalam aksi terorisme.
"Dilihat dari jaringannya, juga tidak ada jaringan yang signifikan," ucapnya.
Meskipun, lanjut Tito Karnavian, RA pernah mengikuti satu pengajian yang dalam kelompok itu memang ada yang pernah terpapar jaringan terorisme.
• Bomber Kartasura Jadi Tersangka, Bakal Dideradikalisasi oleh BNPT
"Tapi, sementara kami menyimpulkan bahwa serangan Ini adalah serangan lone wolf," jelasnya.
"Serangan yang dilakukan sendiri, teradikalisasi sendiri, membuat bom sendiri, mengambil inisiatif sendiri, mensurvei sendiri," bebernya.
"Itu pun kita lihat juga dari operasi yang relatif gagal karena yang kena dia sendiri," sambung Tito Karnavian. (Vincentius Jyestha)
