Isu Makar

PROFIL 4 JENDERAL Target Pembunuhan, Cerita Lengkap dari Orang Dekat Jokowi sampai Sniper Khusus

Empat jenderal menjadi target pembunuh bayaran yang sudah menerima uang muka untuk menembak mereka. Mereka adalah orang dekat Jokowi.

Penulis: | Editor: Suprapto
photocollage/wartakotalive.com/tribunnews.com
Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Jenderal (Purn) Wiranto, Jenderal (Purn) Budi Gunawan, dan Komjen (Purn) Gories Mere. Mereka adalah 4 tokoh yang akan dibunuh oleh kelompok yang beraksi dengab memanfaatkan momen Pilpres 2019. 

Sebelumnya, polisi menetapkan enam tersangka baru terkait kerusuhan aksi 22 Mei 2019. Enam tersangka baru itu memiliki peran berbeda, mulai dari pembelian senjata api hingga peran menyusup ke kerumunan massa pada aksi 22 Mei.

 Fadli Zon Masih Yakin Peserta Aksi 22 Mei Bukan Demonstran Bayaran

Bahkan, Polri mengungkap adanya perintah kepada tersangka untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.

Dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019), Iqbal mengatakan pihaknya sudah menetapkan tersangka berinisial HK alias Iwan, AZ, IR, dan TJ sebagai eksekutor.

Lalu ada tersangka AD dan satu perempuan berinisial AF alias Vivi, yang berperan sebagai penjual senjata api mulai dari harga Rp 5 juta sampai Rp 50 juta.

 Permadi: Revolusi yang Saya Maksud Revolusinya Bung Karno

“Awalnya HK diperintahkan seseorang untuk membeli senjata api pada Oktober 2018, yang kemudian berhasil didapatkan dari AD dan AF pada 13 Oktober 2018," ungkap Iqbal.

Senjata yang didapatkan, lajut Iqbal, diserahkan juga kepada AZ dan TJ.

Kemudian pada Maret 2019, HK menerima perintah untuk membunuh dua tokoh nasional.

 Kuasa Hukum Duga Akun Twitter Mustofa Nahrawardaya Diretas, Minta Polisi Lakukan Uji Forensik IT

Pada 12 April 2019, kembali ada perintah untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya plus satu pimpinan lembaga swasta, yaitu lembaga survei. Sehingga, total ada empat tokoh nasional yang jadi target.

Iqbal mengungkapkan, empat tokoh nasional itu adalah pejabat negara, namun dirinya enggan membocorkan identitas empat tokoh nasional itu secara gamblang kepada publik.

Iqbal juga menegaskan bahwa pihak Polri sudah mengantongi identitas seseorang yang memberi perintah tersebut.

 Anies Baswedan Bilang Tak Pernah Tangkap Pengkritiknya, Kubu Jokowi Nilai Sedang Tebar Pesona

“Empat tokoh nasional itu pejabat negara, tapi bukan presiden. Bukan kapasitas saya untuk mengungkapkan. Nanti akan disampaikan bila pendalaman sudah mengerucut," tuturnya.

"Kami sudah mengetahui siapa seseorang yang memberikan perintah tersebut, sedang kami lakukan pendalaman,” sambungnya.

Iqbal mengatakan, para tersangka bahkan sudah mengintai kediaman target-target tersebut.

 Polisi Temukan Rompi Anti Peluru dari Penyusup Aksi 22 Mei, Aparat Cari Tahu Cara Mendapatkannya

Bahkan, tersangka IR sudah menerima uang sebanyak Rp 15 juta untuk melakukan tugas tersebut.

Iqbal juga mengungkap bahwa tersangka HK sempat berbaur dengan peserta aksi unjuk rasa pada 21 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu, sambil mengantongi senjata api revolver taurus 38.

Sebelumnya diberitakan Wartakotalive.com, pemerintah sudah mengidentifikasi kelompok-kelompok yang memanfaatkan situasi dan membuat kacau saat proses rekapitulasi penghitungan Pemilu 2019 di KPU.

 Permadi Bilang Ucapannya Soal Revolusi di Gedung DPR Kebal Hukum

Kelompok pertama adalah para teroris yang bakal beraksi saat 22 Mei, namun sudah lebih dahulu diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri.

Kelompok kedua ialah ‎upaya penyelundupan senjata yang berhasil diendus oleh intelijen. Atas aksi ini, ada dua orang yang ditangkap.

Mereka adalah purnawirawan TNI berpangkat Mayjen berinisial S yang juga mantan Danjen Kopasus, serta seorang oknum berstatus militer aktif, Praka BP.

 Polisi Duga Perusuh Aksi 22 Mei Bakar Asrama Brimob Petamburan untuk Rebut Senjata Aparat

Kini keduanya sedang menjalani proses hukum oleh penyidik Mabes Polri dan POM TNI, atas dugaan penyelundupan senjata terkait aksi 22 Mei menyikapi hasil Pemilu 2019.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di kantornya, Senin (20/5/2019) lalu, sudah menyatakan motif penyelundupan senjata, terindikasi untuk menciptakan isu adanya penembak jitu (sniper).‎

Teranyar, tiga orang ditangkap berikut dua senjata laras panjang dan amunisinya sebagai barang bukti.

 Delapan Orang Tewas, Polri Gandeng Komnas HAM Usut Kerusuhan Aksi 22 Mei

"Sebagai kelanjutan dari penangkapan senjata laras panjang yang pernah saya sampaikan. Saat ini juga telah ditangkap tiga orang sebagai aktornya," ujar Moeldoko di kantornya, Rabu (22/5/2019).

Tiga orang yang diamankan itu adalah ‎Asumardi yang bertugas mencari senjata, Helmy Kurniawan sebagai penjual senjata, dan Irwansyah sebagai eksekutor.

"‎Eksekutor kepada siapa? Saya kira semua sudah tahu, pada pejabat yang sudah disiapkan sebagai sasaran," ungkapnya.

 Ini Peran Enam Tersangka Baru Terkait Kerusuhan Aksi 22 Mei, Salah Satunya Perempuan

"Ini saya sampaikan kepada publik agar publik paham tentang perkembangan situasi yang saya sampaikan. Agar tidak ada praduga," imbuhnya.

"Apa yang saya sampaikan sejak awal, telah terbukti bahwa ada sebuah upaya sistematis dari kelompok tertentu di luar kelompok teroris, dompleng pada situasi ini," tambah Moeldoko.

Moeldoko berpesan agar‎ masyarakat Indonesia paham dan tidak melibatkan diri dalam kerumunan massa.

 Dua Tersangka Kerusuhan Aksi 22 Mei 2019 Konsumsi Narkotika, Kata Polisi untuk Tambah Keberanian

Karena, sejak jauh-jauh hari pemerintah sudah melihat ada upaya sistematis untuk membawa suasana ini menjadi tidak baik.

Dikonfirmasi apakah tiga orang yang ditangkap ini bagian dari Mayjen S? Moeldoko menjawab ini berbeda kasus. Dia meyakini dalam waktu dekat bakal ada aktor lainnya yang terungkap.

"Ini berbeda (dengan Mayjen S), ada lagi yang di belakangnya. Sebentar lagi akan terungkap. Siapa di belakang dua pucuk senjata sudah diketahui, tinggal tunggu waktu saja," paparnya. (*)

Direktur Lembaga Survei Jadi Target Pembunuhan

PIMPINAN Lembaga Survei Pilpres 2019 menjadi target pembunuhan pembunuh bayaran.

Setidaknya ada satu pimpinan lembaga survei Pilpres 2019 yang sudah dibuntuti oleh pembunuh bayaran tersebut.

Tersangka pembunuh itu ditangkap polisi beserta sejumlah barang bukti seperti senjata api laras panjang dan laras pendek beserta pelurunya serta rompi antipeluru.

"Jadi, salah satu tersangka sudah beberapa kali mengintai rumah pimpinan lembaga survei itu akan dibunuh," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal, Senin.

 Inilah 12 Tanda Turunnya Lailatul Qadar di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan 2019

 VIRAL! Seorang Pemuda Dicoret dari Kartu Keluarga oleh Orangtuanya Hingga Dipublikasikan di Koran

 Mahfud MD Bela Bambang Widjojanto Pengacara Kubu Prabowo yang Sebut MK Mahkamah Kalkulator

Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal memberi keterangan di Kantor Menkopolhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, didampingi Wakil Kepala Pusat Penerangan TNI, Senin (27/5/2019).

Menurut M Iqbal, selain pimpinan lembaga survei itu, para tersangka yang sudah ditangkap tersebut juga akan membunuh 4 tokoh nasional.

"Semua ada 2 tokoh nasional yang akan dibunuh. Target sudah diberikan oleh pihak yang memesan tersebut," ujar M Iqbal.

Setelah itu, muncul dua target tokoh nasional lagi yang akan dibunuh.

Kelompok pembunuh bayaran tersebut adalah penunggang gelap aksi 22 Mei 2019.

Tujuan mereka adalah membuat kekacauan atua membuat kerusuhan setelah aksi damai yang berlangsung pagi sampai sore hari pada 21 Mei 2019.  

 PENGACARA PRABOWO Sebut MK Mahkamah Kalkulator, Jokowi Peringatkan Agar Tak Lecehkan Lembaga Negara

 Mahfud MD Bela Bambang Widjojanto Pengacara Kubu Prabowo yang Sebut MK Mahkamah Kalkulator

Tetapi, M Iqbal tidak mau merinci lebih detail siapa keempat tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan tersebut. 

"Itu bukan kapasitas saya. Jadi, siapa tokoh itu tidak akan saya sebutkan," ujar M Iqbal.

Ketika ditanya lebih jelas, apakah target tersebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi, M Iqbal mengatakan, "Bukan Presiden targetnya."

M Iqbal menambahkan, para pelaku tersebut juga telah menerima uang Rp 150 juta untuk pembelian senjata laras penjang dan senjata laras pendek.

Senjata itu dipesan dari Cipacing, Jawa Barat. 

"Meski ini senjata rakitan, tetapi sangat mematikan," ujar M Iqbal.

6 Tersangka Perusuh Aksi 22 Mei 2019

Pada kesempatan itu, polisi juga menjelaskan penangkapan enam orang tersangka terkait penjualan senjata api, rencana pembunuhan, dan kerusuhan aksi 22 Mei 2019.

Para tersangka itu juga sudah menerima perintah untuk membunuh 4 tokoh nasional dan satu orang pimpinan lembaga survei atau quick count (hitung cepat).

Keenam tersangka yang sudah ditangkap tersebut adalah HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi.

Keenam tersangka itu masing-masing memiliki peran berbeda.

M Iqbal dalam keterangan pers seperti disiarkan langsung oleh Kompas TV menjelaskan kronologi itu.

1. 14 Maret 2019

Pada tanggal 14 Maret 2019, HK menerima uang Rp 150 juta dan TJ menerima Rp 25 juta dari seorang.

Orang itu, kata M Iqbal, sudah diketahui identitasnya dan sampai saat ini masih diburu polisi.

Tersangka TJ oleh pemberi perintah itu, diminta untuk membunuh dua orang tokoh nasional.

Dengan pertimbangan keamanan, M Iqbal tidak mau menyebutkan siapa dua tokoh nasional yang akan dibunuh tersebut.

2. 12 April 2019

Target  untuk membunuh 2 tokoh nasional belum dilaksanakan, pemberi perintah kembali meminta pembunuhan terhadap 2 tokoh nasional lainnya.

"Dengan demikian, ada 4 target tokoh nasional yang akan dibunuh," katanya.

Di samping itu, pemberi target juga meminta para tersangka untuk membunuh satu orang pimpinan lembaga survei.

"Rumah pimpinan lembaga survei itu sudah beberapa kali didatangi tersangka pembunuh yang sudah dikasih Rp 5 juta," ujar M Iqbal.

Disiapkan Sniper untuk Bunuh 4 Tokoh

Dalam kesempatan itu, M Iqbal juga menjelaskan senjata api laras panjang dan senjata api laras pendek yang sudah dibeli oleh para tersangka.

Senjata api itu akan digunakan untuk membunuh para target pembunuhan, yakni 4 tokoh nasional dan 1 pimpinan lembaga survei.

Senjata laras panjang yang disita dari tersangka juga dilengkapi teropong atau teleskop.

Senjata itu biasa digunakan oleh para penembak jitu atau sniper.

"Jadi, senjatanya ini memang sudah dilengkapi teleskop untuk seniper," ujar M Iqbal.

3 Kelompok Pengacau 

Menurut M Iqbal, dengan terungkapnya pembunuh bayaran tersebut, berarti sudah terungkap setidaknya ada 3 kelompok pengacau yang akan menunggangi aksi 22 Mei 2019.

"Jadi, kelompok yang sekarang kita rilis ini beda dengan kelompok yang sebelumnya sudah dijelaskan oleh Bapak Menkopolhukam dan Bapak Kapolri," kata Iqbal.

Sebelumnya, Menkopolhukam Wiranto dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menjelaskan adanya kelompok yang menyelundupkan senjata ke Indonesia.

Senjata api itu dilengkapi dengan teleskop dan peredam suara yang biasa digunakan oleh sniper.

Selain itu, kelompok lainnya adalah kelompok teroris yang sudah  ditangkap polisi sebelum unjuk rasa pada tanggal 21-22 Mei 2019.

"Para tersangka teroris itu sudah bilang ingin manfaatkan momentum demokrasi untuk beraksi. Demokrasi menurut paham mereka itu kafir," ata M Iqbal.

"Jadi ada tiga kelompok penunggang gelap aksi 22 Mei 2019," tambah M Iqbal.

BERITA POPULER KEMARIN

 Mahfud MD dan 2 Pakar Top Sebut Prabowo Punya Kesempatan Kalahkan Jokowi di Mahkamah Konstitusi

 Mahfud MD Beri Penjelasan Lengkap Soal Penyebab Sikap Prabowo Subianto Berubah

 Kisah Pengorbanan Mantan Suami Mulan Jameela, dan Perjuangan Maia Estianty Agar Mulan Tak Bercerai

 TRAGIS Suami-Istri Cekcok di Depan Dua Anaknya Hingga Berujung Maut: Sudah Pa Sudah Pa, Kasihan Mama

Sumber: Warta Kota
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved