Penganiayaan

Dua ASN Keroyok Bocah SD di Kupang, Merasa Terusik Keramaian Bermain Game Saat Pelaku Bermain Kartu

Dua ASN Keroyok Bocah SD di Kupang, Merasa Terusik Keramaian Bermain Game Saat Pelaku Bermain Kartu

POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Dari kanan ke kiri: ibu korban, JAAv(kanan) bersama korban, PPR (tengah) dan paman korban, YS (kiri) ketika ditemui di kediamannya di Kota Kupang, Senin (13/5/2019) siang 

Mendapat perlakuan seperti itu, korban langsung mengadu ke ibunya yang masih berada di rumah.

Sang ibu pun mendatangi para pelaku dan menanyakan kenapa anak bungsunya diperlakukan tidak manusiawi.

Namun, dia mendapatkan jawaban yang kasar bahkan diusir oleh para pelaku.

"Dia (PPR) lapor saya, lalu saya pergi ke sana dan saat itu mereka ada main kartu. Lalu anak saya tunjuk mereka dua dan saya tanya baik-baik, siapa yang pukul anak saya? tapi saya dijawab kasar. Katanya saya yang pukul. Kenapa? Saya merasa terancam lalu saya ancam lapor polisi dan mereka bilang silakan lapor ke polisi," ujar ibu PPR meniru perkataan para pelaku.

Kesal Suara Bising Petasan, Seorang Warga Gunakan Senapan Angin Tembak Dua Pelajar SMP di Tegal

Tempuh Jalur Hukum

Tidak terima dengan perlakuan yang dialami anaknya, Julia melaporkan kejadian tersebut ke SPKT Polres Kupang Kota.

Laporan tersebut diterima dengan Nomor Laporan Polisi : LP/B/373/IV/2019/SPK Resor Kupang Kota tertanggal 12 April 2019.

"Malam itu saya langsung bawa anak saya untuk lapor polisi dan dilakukan visum di RSB Drs Titus Ully," paparnya

Dari hasil visum, ujar JAA, anaknya mengalami luka gores atau garukan di bagian leher dan mengalami sakit pada bagian tenggorokan.

Selain itu, anaknya juga susah berbicara selama tiga hari pascakejadian.

"Anak saya dan suaranya juga hilang tiga hari. Dia juga ikut ujian akhir SD saja dengan keadaan sakit. Anak saya sakit panas tinggi dan kami bolak-balik ke rumah sakit karena panasnya tidak kunjung sembuh dan trauma," ungkapnya.

Korban mengalami tekanan psikis dan trauma. Hampir setiap malam korban mengalami mimpi buruk.

"Hampir setiap malam dia mimpi, katanya dicekik orang. Dia juga Ikut ujian nasional dalam keadaan sakit. Untungnya sekolah juga mengerti saat itu, jadi mereka sangat membantu," paparnya.

Walaupun pihak keluarga pelaku melakukan mediasi berulang kali, JAA tetap berkomitmen untuk melanjutkan proses hukum.

Pihaknya juga menyayangkan perlakuan kedua pelaku yang masuk dalam kategori masyarakat terdidik akan tetapi melakukan perbuatan keji dan tidak manusiawi pada anaknya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved