Kisah Nenek Suhermin yang Hidup Sebatangkara, Memulung Barang Bekas dan Berjalan Puluhan Kilometer

Kisah Nenek Suhermin yang hidup sebatangkara, menyambung hidup dengan memulung barang bekas di jalan dan berjalan puluhan kilometer.

Editor: PanjiBaskhara
Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Kisah Nenek Suhermin yang hidup sebatangkara, menyambung hidup dengan memulung barang bekas di jalan dan berjalan puluhan kilometer. 

Sejak suaminnya meninggal di tahun 2000, terpaksa ia bekerja berjam-jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Usia memang tidak bisa berbohong. Kekuatan nenek Suhermin sudah melemah. Itu tampak saat ia mendorong sepeda ontel tua yang mengangkut karung berisikan sampah plastik.

Tangan dan kakinya tampak gemetar. Ia harus menempuh belasan kilo lagi untuk sampai di rumahnya.

Sesekali nenek Suhermin istirahat sambil memerhatikan botol dan gelas pelastik bekas kemudian memungutnya.

Akhirnya, di sebuah bundaran kota, Suhermin beristithan cukup lama sambil mengisahkan awal mula ia sampai memulung di bumi tadulako.

Tahun 1980, Suhermin menginjakkan kaki di Kabupaten Donggala. Maksud untuk mengais rezeki di tanah kaili. Di sebuah pelabuhan, akhirnya Suhermin bertemu dengan seorang pria muda asal Desa Binangga.

Beberapa waktu kemudian, Suhermin lalu ditawari untuk menjalin pernikahan dengan paman pria yang pernah berkenalan dengan dia di pelabuhan Donggala waktu itu.

Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Saat itu Suhermin masih berusia 35 tahun. Namun nasib berkata lain. Sang suami tak berumur panjang.

Usia pernikahannya hanya 6 bulan. Suaminya dipanggil menghadap Tuhan. Kehidupanya Suhermin berubah seketika setelah sang suami meninggal.

Semua harus dikerjakan sendiri guna melanjutkan hidupnya. Karena tak berbekal ketrampilan, alhasil Suhermin memutuskan untuk mencari limbah plastik sebagai perkerjaannya.

Berbekal sebuah sepeda ontel, dengan dua karung, ia mendorog sepeda ontelnya ke lokasi biasanya memulung di Kota Palu.

Setap harinya, ia menyusuri jalan-jalan serta tempat-tempat pembuangan sampah di Kota Palu.

Suhermin, terkadang beranjak dari rumah pada pagi hari. Namun juga biasanya pada sore hari. Bahkan, ia tak pulang ke rumahnya.

Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nenek Suhermin mendorong sepeda ontel yang memuat karung di Jl Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Tergantung apakah karung yang dibawanya sudah penuh atau belum. Jika belum, ia harus menginap di sebuah garasi kosong seputaran Jl Pue Bongo.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved