8 Fakta Soal Pemotongan Nisan Salib di Makam Kotagede Yogyakarta
FOTO kayu nisan berbentuk salib yang terpotong bagian atasnya hingga hanya berbentuk "T" di pemakaman Jambon Purbayan Kotagede, Yogyakarta, viral.
Video permintaan maaf Sultan dalam jumpa pers itu juga diunggah di akun YouTube Humas Jogja.
Sultan berharap, peristiwa di Purbayan tersebut menjadi pembelajaran seluruh warga Yogyakarta dalam menjaga toleransi dan harmonisasi kerukunan masyarakat sehingga tidak terulang kembali.
"Ini bagi kita pembelajaran semua, bagaimana masyarakat Yogya itu tetap menjaga toleransi, menjaga harmoninya masyarakat tetap rukun, damai dan merasa aman dan nyaman tinggal di Yogyakarta," tegasnya.
Sultan lalu menegaskan bahwa sebagai Gubernur, dirinya memiliki kewajiban untuk menjaga Yogyakarta menjadi wilayah dengan toleransi tinggi sehingga siapa pun yang tinggal di Yogyakarta merasa aman dan nyaman.
"Apa artinya demokratisasi di Yogya paling tinggi kalau terjadi intoleransi yang akhirnya menimbulkan masalah dan dampak yang merugikan kebersamaan sebagai masyarakat Yogyakarta," ucapnya.
Sri Sultan menuturkan, hubungan antara warga di Purbayan, Kotagede, selama ini berjalan baik tanpa membeda-bedakan asal usul maupun agamanya.
Hubungan almarhum Slamet dan keluarga dengan masyarakat juga terjalin baik. Almarhum Slamet dan istrinya pun dikenal aktif berkegiatan di masyarakat.
"Masyarakat melayat, ikut berperan mengantarkan jenazah dan sebagainya tanpa membeda-bedakan asal usul dan agamanya. Proses pemakaman itu, masyarakat dalam kondisi guyub rukun," tuturnya.
8. Ada Ketidaktanggapan Bahwa Simbol Keagamaan Dijamin Konstitusi
Menurut Sultan, memang sudah ada kesepakatan antara keluarga dan warga sebelum diputuskan untuk memotong nisan kayu berbentuk salib. Hanya saja, Sultan menilai ada ketidaktanggapan terhadap simbol-simbol keagamaan yang dijamin konstitusi.
Seharusnya, lanjut Sultan, setiap kesepakatan yang diambil, meski bertujuan untuk menjaga harmoni masyarakat, tak boleh bertentangan dengan konstitusi.
"Agama dan simbol-simbol keagamaan itu dijamin dalam konstitusi, di sini kita semua kurang tanggap terhadap simbol-simbol itu. Hanya mungkin mengambil praktisnya saja sebagai bentuk kompromi," tuturnya.
"Saya mengingatkan kepada pejabat wilayah harus bisa mengingatkan, agar memberitahu untuk tidak keliru dalam penerapan," tegasnya. (Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Klarifikasi Lengkap Pemotongan Nisan Salib di Makam Kotagede Yogyakarta"