Kharisma Bahari Ubah Konsep Warteg yang Terkesan Kumuh Pakai Warna Hijau dan Bersih
Warteg menjajahkan 30-50 lauk pauk, mulai dari aneka tempe, ikan, sayuran, oseng-oseng, tahu, dan masakan lain.
Menurutnya, WKB sendiri membantu orang-orang yang tidak punya modal.
"Kalau dulu, saya nggak punya modal mengutang, sekarang, tanpa itu bisa. Sekarang, banyak orang yang pengen gabung dengan sistem investor. Mereka beli sama kita, saya yang nyari tenaganya dari Tegal dan sekitarnya, jadi, mereka nanti bisa dagang tanpa modal, tapi dengan sistem bagi hasil. Misalnya dapat untung Rp 10.000.000 yah mereka bagi 50 50. Yang kelola Rp 5.000.000, investornya dapat Rp 5.000.0000,” jelasnya.
Ia juga menjualkan konsepnya dengan harga Rp 110.000.000 untuk kios kecil dan sedang dengan ukuran kios sekitar 3 x 10 meter dan 4 x 10 meter.
"Itu sudah kami desain, perabot, tinggal penambahannya ongkos orang yang berangkat dari desa dan modal awal dengan kisaran 5 juta. Sewanya dibayar investor. Ini sistem jual putus, ini kami nggak ambil royalti," kata Sayudi.
Berkat kerja kerasnya, kini warteg Kharisma Bahari telah memiliki 196 cabang yang tersebar di seluruh Jabodetabek, sudah termasuk dengan warteg dalam antrean renovasi tempat.
Mitranya pun tak hanya orang Tegal saja, tetapi Sahyudi mengaku memiliki banyak mitra dan investor yang berasal dari daerah lain di Indonesia.
"Sekarang, saya sudah mau punya 7 cabang lagi yang bukan merek Kharisma. Saya mengembangkan merek lain dengan sesuatu yang baru lagi. Ciri-cirinya beda. Kalau Kharisma, (warna) kuning dan hijau," katanya.
"Kalau yang satunya lagi Mamoka dengan ciri khas warna hijau sama orange. Terus kalau di Mamoka sendiri setiap jam 11 sampai jam 2 makan serba Rp 10.000. Tapi 10.000 untuk semua lauk. Makan mau 3 lauk pun cuma 10.000,” katanya. (Citra Fany Samparaya)