Kharisma Bahari Ubah Konsep Warteg yang Terkesan Kumuh Pakai Warna Hijau dan Bersih
Warteg menjajahkan 30-50 lauk pauk, mulai dari aneka tempe, ikan, sayuran, oseng-oseng, tahu, dan masakan lain.
Sayudi mengaku bahwa dirinya ingin mengubah konsep kumuh pada warteg menjadi warteg yang bersih sehingga siapapun bisa makan dengan nyaman dan menjangkau berbagai kalangan.
Ketika ditemui di kediamannya, Sayudi menceritakan ketidaksengajaannya membuka warteg Kharisma kepada Kompas Travel.

Sayudi awalnya hanya pedagang asongan di daerah Pulogadung.
Sekitar tahun 1996 atau1997, pria lulusan SD ini mulai membuka bisnis warteg.
"Dulu, kan saya emang tamatan SD, dagang asongan yah lama juga. Saya kan sukses gak mungkin mengandalkan ijazah SD. Paling tidak kalau mau sukses jadi wiraswasta. Ya udah akhirnya, karena keluarga juga dagang warteg, jadi saya usaha warteg," Sayudi ingin mengubah persepsi masyarakat tentang warteg yang selalu dianggap kumuh.
Hal itu ia lakukan agar pengunjung warteg bisa bervariasi.
"Biar orang kerja nggak sungkan masuk. Dulu kan terkenalnya orang kuli yang makan di sini. Dengan adanya warteg yang bersih, orang jadi nggak sungkan masuk,” katanya.
Warteg pertama Sayudi buka di samping Kantor Kecamatan Cilandak dengan nama warteg MM (Modal Mertua).
Nama itu muncul karena ia membuka warteg dengan modal pinjaman mertuanya.
Mertua Yudi meminjamkan sertifikat rumah untuk jaminan mengambil pinjaman di bank.
Awalnya, wartegnya hanya berdiri di bangunan semi permanen yang dibuat oleh pemerintah daerah pada waktu itu.
Setelah punya modal, ia kemudian menyewa tempat lalu membuka wartegnya.
"Jadi, ide awalnya sebenarnya nggak sengaja. Awalnya, kami punya cabang tiga, dua cabang cuma dikelola karyawan saja. Karena makin lama makin berantakan, dan minus. Daripada saya stres kayak gini, jadi mendingan saya ngambil teman atau keluarga dari Tegal yang belum punya warteg, yah untungnya sistem bagi hasil fifty-fifty," ujar Sayudi.
"Misalnya, dapat 10 juta, orang yang kelola dapat 5 jt, saya dapat 5 jt. Akhirnya warungnya terawat karena mereka sendiri kan dapat banyak, hasilnya banyak. Dapat sedikit, hasilnya sedikit. Jadi mereka mikir gimana caranya warung ini rame," "Kalau karyawan kan enggak, hasilnya segitu yah segitu. Mereka yang ikut saya jarak dua tahun punya modal, terus saya dipercaya nyari lokasi untuk bikin warung," tambahnya.
Lama-kelamaan, semakin banyak orang yang tertarik dan penasaran dengan sistem tak biasa yang diterapkan warteg tersebut.