Budaya
Cing-cing Goling di Gunung Kidul, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Panen Berlimpah
Selain kenduri yang dilakukan ribuan warga dengan menyembelih ratusan ekor ayam, juga ditampilkan tarian khas Cing-cing Goling.
Para penari yang juga bernyanyi itu mengelilingi tokoh peran Wisangsanjaya dan istri beserta seorang pengawal membawa cemeti.
Meskipun tanaman diinjak-injak, namun petani setempat tidak marah. Mereka justru mengharapkan hal itu.

Tambah subur
Warga setempat percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur.
Lokasi yang digunakan untuk Cing-cing Goling tidak pernah berubah karena lokasi yang digunakan adalah awal Wisangsanjaya membuka lahan.
"Tanah yang diinjak-injak saat Cing- cing Goling walaupun sudah ditanami tetapi yang punya lahan tidak pernah menolak atau protes," ucapnya.
Sugiyanto mengatakan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, maka dibuatlah kenduri dengan menyembelih ratusan ekor ayam dan makanan lainnya yang dibagikan kepada masyarakat.
"Masyarakat juga menyembelih 500 ekor ayam untuk kirab budaya ini. Ratusan ayam didapat dari swadaya masyarakat," katanya.
Salah seorang warga Bantul, Wisang, mengaku senang tradisi seperti ini masih dilestarikan masyarakat setempat. Sehingga tradisi lokal tidak hilang ditelan zaman.
"Semoga tradisi seperti ini tetap dijaga. Kalau bisa pemerintah setempat mengemas untuk pertunjukan agenda budaya," ujarnya.
Baca: Tarian Tradisional Masal Tunjukkan Indonesiamu Bangkitkan Semangat Nasionalisme
Bupati Gunung Kidul Badingah, mengatakan, pemerintah mendukung keberagaman budaya di Gunung Kidul dan melestarikannya.
Upacara budaya itu, kata Badingah, dapat menarik wisatawan dan menjadi nilai tambah tujuan wisata budaya.
"Upacara seperti Cing-cing Goling menarik untuk wisatawan, apalagi tidak jauh dari Goa Pindul," katanya.