Budaya

Cing-cing Goling di Gunung Kidul, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Panen Berlimpah

Selain kenduri yang dilakukan ribuan warga dengan menyembelih ratusan ekor ayam, juga ditampilkan tarian khas Cing-cing Goling.

Kompas.com/Markus Yuwono
Ratusan ingkung ayam disediakan dalam upacara tradisional Cing-cing Goling di Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. 

Saat Anda berkunjung ke Gua Pindul, di Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta, jangan lewatkan tradisi Cing-cing Goling.

Tradisi Cing-cing Goling yang digelar setiap tahun merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berlimpahnya panen dan air  saat musim kemarau.

Upacara itu, selain kenduri yang dilakukan ribuan warga dengan menyembelih ratusan ekor ayam, juga ditampilkan tarian khas Cing-cing Goling.

Tentu saja, tarian tradisi itu hanya tampil setahun sekali.

Baca: Tarian Tradisional Masal Tunjukkan Indonesiamu Bangkitkan Semangat Nasionalisme

 Salah seorang panitia, Sugiyanto, mengatakan, Cing-cing Goling digelar sebagai wujud syukur atas melimpahnya hasil pertanian warga sekitar.

Air tetap berlimpah tidak lepas dari bendungan yang dibangun ratusan tahun lalu di sana.

Para petani bisa  bercocok tanam meski saat ini sedang musim kemarau.

Bendungan yang sudah dimoderinisasi sekitar tahun 1974, saat ini bisa mengaliri sekitar 50 hektar lahan pertanian warga sekitar.

Dari tradisi sejarah lisan masyarakat, bendungan itu dibangun oleh pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati.

Bendungan itu pun bisa mengairi lahan pertanian dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.

 "Mereka berdua membendung sungai yang kemudian dipergunakan untuk mengairi area persawahan di sekitar bendungan, kemudian masyarakat Gedangan mengangkat Wisangsanjaya sebagai pahlawan para petani," kata Sugiyanto kepada wartawan Senin (27/8/2018).

Setelah menyatu dengan warga, keduanya ikut mengusir perampok.

Baca: Budaya Rantang Jadi Tradisi Pengikat Silaturahmi di Tangsel

Seperti yang digambarkan dalam tarian treatrikal yang diperankan 24 orang. Pada adegan ini belasan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan sekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat.

Salah satu adegan, istri Wisangsanjaya cincing, menarik ke atas kain bawah yang melilit di tubuhnya, saat berlari.

Selain itu, ada adegan bernyanyi. "Cing... Goling, Cing.... Goling, Cing... Goling..."

Para penari yang juga bernyanyi itu mengelilingi tokoh peran Wisangsanjaya dan istri beserta seorang pengawal membawa cemeti.

Meskipun tanaman diinjak-injak, namun petani setempat tidak marah. Mereka justru mengharapkan hal itu.

Tarian tradisional dibawakan oleh warga saat melakukan tradisi Cing-cing Goling di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Tarian tradisional dibawakan oleh warga saat melakukan tradisi Cing-cing Goling di Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Kompas.com/Markus Yuwono)

Tambah subur

Warga setempat percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur.

Lokasi yang digunakan untuk Cing-cing Goling tidak pernah berubah karena lokasi yang digunakan adalah awal Wisangsanjaya membuka lahan.

"Tanah yang diinjak-injak saat Cing- cing Goling walaupun sudah ditanami tetapi yang punya lahan tidak pernah menolak atau protes," ucapnya.

Sugiyanto mengatakan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, maka dibuatlah kenduri dengan menyembelih ratusan ekor ayam dan makanan lainnya yang dibagikan kepada masyarakat.

"Masyarakat juga menyembelih 500 ekor ayam untuk kirab budaya ini. Ratusan ayam didapat dari swadaya masyarakat," katanya.

Salah seorang warga Bantul, Wisang, mengaku senang tradisi seperti ini masih dilestarikan masyarakat setempat. Sehingga tradisi lokal tidak hilang ditelan zaman.

"Semoga tradisi seperti ini tetap dijaga. Kalau bisa pemerintah setempat mengemas untuk pertunjukan agenda budaya," ujarnya.

Baca: Tarian Tradisional Masal Tunjukkan Indonesiamu Bangkitkan Semangat Nasionalisme

Bupati Gunung Kidul Badingah, mengatakan, pemerintah mendukung keberagaman budaya di Gunung Kidul  dan melestarikannya.

Upacara budaya itu, kata Badingah, dapat menarik wisatawan dan menjadi nilai tambah tujuan wisata budaya.

"Upacara seperti Cing-cing Goling menarik untuk wisatawan, apalagi tidak jauh dari Goa Pindul," katanya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved