4 Penyebab Wonderkid Gagal, Semoga Tak Dialami Egy #lechiagdanks
Egy Maulana Vikri menjadi wonderkid Indonesia. Tapi apakah ia bisa sukses mewujdukan ekspektasi publik. Sudah banyak contoh kegagalan yang mirip.
Baca: Peringatan Mengerikan untuk Egy di Lechia Gdansk W Gdańsku lata ni ma i do kitu zima
Syamsir juga kini dianggap berbagai media tanah air sebagai salah satu wonderkid gagal.
Ketika namanya mencuat, Indonesia heboh tak keruan dan Syamsir disebut bakal jadi penerus Bambang Pamungkas.
Bahkan di game football manager, Syamsir juga diberi statistik kemampuan di atas rata-rata pemain Indonesia.
Dia digadang-gadang, lalu berputar-putar mencari klub di Eropa.
Tapi pada akhirnya Syamsir kembali ke Indonesia dan tak pernah menemukan performa terbaiknya
Saat ini Syamsir tak lagi berkarir sebagai pesepakbola.
Dikutip dari Football-tribe.com, Pengamat Sepakbola, Ganesha Arif Lesmana, mengatakan ekspektasi yang berlebihan dari publik seringkali merusak karier seorang pesepakbola muda.
'Tak mampu menahan predikat wonderkid yang dibebankan, seringkali ketika seharusnya memasuki usia matang, pesepak bola muda tersebut malah layu tak berkembang,' tulis Football-tribe.com.
2. Salah pilih klub

Kasus ini terjadi pada Sinama-Pongolle, andalan timnas Prancis saat menjuarai Piala Dunia U-17 pada 2001.
Sejak saat itu penyerang kelahiran 20 Oktober 1984 ini digadang-gadang akan memiliki karir cemerlang di sepakbola.
2 tahun usai aksi cemerlangnya di piala dunia U-17, Sinama memilih setuju diboyong Liverpool pada 2004. Ketika itu ia baru berusia 19 tahun.
Tapi di Liverpool terlalu banyak jagoan di posisinya kala itu, ada Djibril Cisse dan Milan Baros.
Sinama pun kalah bersaing, karirnya tak berkembang, kepercayaan dirinya seolah lenyap.