Aksi Mogok Kapal Tradisional Pulau Tidung - Kali Adem Masih Berlangsung, Solusinya Harga Tiket Naik
Pemilik kapal tradisional rute Pulau Tidung-Kali Adem melakukan aksi mogok terkait keberadaan kapal cepat Ekspres Bahari dan Predator.
Penulis: Junianto Hamonangan | Editor: Fred Mahatma TIS
WARTA KOTA, KEPULAUAN SERIBU --- Para pemilik kapal tradisional rute Pulau Tidung-Kali Adem melakukan aksi mogok terkait keberadaan kapal cepat Ekspres Bahari dan Predator. Menyikapi kondisi itu, solusi yang diambil untuk saat ini adalah kenaikan harga tiket.
Camat Kepulauan Seribu Selatan Agus Setiawan mengatakan, hingga saat ini para pemilik kapal tradisional masih belum beroperasi. Padahal sebelumnya sudah ada niatan untuk tidak melanjutkan aksi yang dilakukan sejak Senin (8/1/2018) tersebut.
"Sampai hari ini mereka (para pemilik kapal tradisional) masih demo. Selama belum ada kepastian mereka tidak akan menjalankan operasional," kata Agus, Selasa (9/1/2018).
Dipaparkan, para pemilik kapal tradisional menuntut agar kapal cepat untuk lagi berangkat dari Kali Adem. Selain itu harga tiket yang selama ini diberikan diskon, tidak lagi dilakukan.
Sementara itu, Kepala Unit Pengelola (UP) Angkutan Perairan dan Kepelabuhan (APK) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Faris Budiman mengatakan pihaknya saat ini hanya bisa mendorong kenaikan harga tiket.
“Sedangkan untuk supaya kapal cepat tidak beroperasi di Kali Adem, hal itu tidak bisa karena mereka memiliki izin. Secara aturan perijinan memang seperti itu, makanya ngga mungkin juga disalahin,” ungkapnya.
Nantinya untuk berapa harga tiket yang ditentukan, hal tersebut dikembalikan kepada pemilik kapal cepat. Hanya saja ada aturan yang harus dipenuhi supaya tidak bersaing secara langsung dengan kapal tradisional.
"Harga tiket terendah kapal cepat nantinya Rp 100.000, jika mereka ingin beroperasi. Jalan tengahnya ya memang harga dulu. Kita hanya mengimbau, nanti mereka yang hitung-hitungan," ucapnya.
Khusus mengenai nasib para penumpang selama aksi mogok kapal tradisional berlangsung, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh. Pasalnya jumlah penumpang yang sedikit pada saat hari kerja, masih bisa ditampung menggunakan kapal Dishub.
“Kemarin aja penumpang yang kita angkut pakai kapal Dishub nggak sampai 100 orang, cuma sekitar 60 orang saja. Kecuali kalau akhir pekan dan libur panjang, penumpang yang berangkat ke pulau banyak,” katanya.