Kisah Loyalitas Tendean yang Mengaku sebagai AH Nasution
Ketika rumah Nasution dimasuki oleh Pasukan Cakrabirawa, Pierre Tendean berusaha melawan, tapi karena kalah jumlah akhirnya Pierre menyerah.
WARTA KOTA, PALMERAH -- Kisah Pierre Tendean memang sudah sering disampaikan.
Kisahnya memang luar biasa, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan, kisah itu juga memang masih menjadi kisah yang inspiratif.
Salah satu korban aksi Partai Komunis Indonesia (PKI) itu memang merupakan kisah yang banyak disampaikan juga oleh sejumlah kalangan dan diketahui dari sumber-sumber sejarah.
Selain banyak menyisakan duka, kisah Tendean, yang namanya menjadi nama salah satu jalan yang paling banyak dilewati di DKI Jakarta memang menjadi kisah yang layak untuk disampaikan kepada generasi penerus.
Kapten Czi Pierre Andreas Tendean adalah seorang perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965.
Tendean merupakan ajudan dari Jenderal AH Nasution.
Ketika rumah Nasution dimasuki oleh Pasukan Cakrabirawa, Pierre Tendean berusaha melawan, tapi karena kalah jumlah akhirnya Pierre menyerah.
Lalu, salah satu pasukan Cakrabirawa bertanya.
"Di mana Nasution?"
Tendean menjawab, "Saya Nasution."
Dia mengaku sebagai Jenderal AH Nasution karena wajahnya agak mirip dengan AH Nasution.
Akhirnya, Pierre Tendean dibawa ke Lubang Buaya dan di sana, dia disiksa.
Kemudian dia dimasukkan ke dalam sumur tua bersama dengan 6 jendaral lainnya yang tertangkap PKI.
Kisah kesetiaan Tendean terhadap AH Nasution demikian nyata karena dia mengorbankan nyawanya demi Jendral AH Nasution
Sementara itu, Kalender Historis menulis, tanggal 5 Oktober 1965, 7 pahlawan revolusi atau korban dari pemberontakan G30SPKI dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.