Melongok Sentra Produksi Tahu dan Tempe di Lenteng Agung
Sekarang, ada 21 produsen, yang terdiri dari 18 pengrajin tempe, 3 pengrajin tahu, sedangkan untuk tempat tinggal, para pengrajin dalam satu rumah.
"Sebenarnya, harga tergantung ukuran satu cetakan itu bisa 30 ribu, tapi biasanya untuk pembeli yang borongan untuk tahu," kata Sungkono.
Pantaun Warta Kota para pengrajin tahu tempe ini tidak menggunakan semua rumah sebagai tempat produksi, melainkan terpusat pada empat ruangan yang digunakan bersama-sama dalam satu bangunan dengan panjang diperkirakan 48 meter dan lebar 6 meter.
Didalam ruangan berisi peralatan-peralatan memasak seperti panci kukusan berukuran besar untuk merebus kedelai dan saringan untuk menyaring sari tahu. Ada juga cetakan tahu dan sejumlah kompor berukuran besar yang diletakkan berderet.
Produksi pembuatan tahu dan tempe di kawasan Lenteng Agung ini beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga menjelang Magrib.
"Dari pagi jam enak itu kami sudah siap-siap mulai perebusan, sampai magrib kadang bisa lebih, intinya setelah itu kami goreng dan bisa di jual belikan," kata Jumali.
Menu tahu dan tempe memang sudah tidak bisa lepas oleh lidah warga Indonesia, sehingga ketika pada hari raya Ramadhan jumlah permintaan pun naik, bahkan penambahan bahan baku pun dilakukan.
"Ramainya itu waktu puasa, malahan kami menambah jumlah bahan baku, jika pada hari biasa mencapai 50 kilogram tapi untuk hari puasa bisa mencapai 80 kilogram," kata Sungkono.
Sungkono, pria asal Jawa tengah ini mengatakan bahwa produksi tahu tempe saat ini masih stabil, hal itu ia yakini karena tahu tempe sudah menjadi makanan favorit orang indonesia.
"Tahu tempe mah tidak akan ada matinya, orang pasti cari tempe dan tahu, sedangkan omset tidak banyak berkisar satu jutaan," katanya.
Hasil produksi tahun dan tempe nantinya akan di kirim ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta seperti ke Pasar Minggu, Pasar Kramat Jati, Pasar Lenteng Agung, dan sekitar daerah Jakarta Selatan lainnya.
"Distribusinya sih tidak hanya pasar tradisional, ada juga dari pasar modern," katanya.
Saat ini, industri kawasan sentra pembuatan tahu dan tempe terdapat 21 perajin yang beroperasi, dan mengolah sekitar dua ton kedelai, setiap hari.
"Sekarang, ada 21 produsen, yang terdiri dari 18 pengrajin tempe, 3 pengrajin tahu, sedangkan untuk tempat tinggal para pengrajin, dalam satu rumah harus dihuni oleh dua orang karena bangunan tempat tinggalnya itu tingkat," kata Jumali.
Sentra produksi tahu dan tempe juga selalu dikunjungi oleh beberapa siswa yang ingin melihat langsung proses pembuatan. "Iya banyak yang melakukan kunjungan kesini mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan ada yang dari mahasiswa mereka ingin tahu bagaimana proses pembuatan makanan yang menjadi favorit orang indonesia. (Joko Supriyanto)