Manusia Gerobak

Keluarga Gerobak, Hubungan Seksual Dilakukan di Gerobak

Mengenai biaya sekolah, Endang bertekad akan mengumpulkan plastik sebanyak mungkin agar anaknya tetap bisa sekolah.

Surya Malang
Keluarga Endang. Mereka dipanggil keluarga gerobak. 

Dalam mencari nafkah keluargnya, Endang dan keluargnya pun menempuh jalan dengan puluhan kilometer mengeliling wilayah Kota Palembang. Dimulai dari dari kawasan Alang-alang Lebar, melintasi sepanjang Jalan Demang Lebar Daun, lalu menelusuri Jalan Basuki Rahmat dan Jalan R Sukamto, hingga Jalan Jendral Sudirman menuju Kertapati dan kembali memutar ke kawasan Musi II.

"Siang-malam jalan terus cari plastik dan yang penting halal. Saya tidak pernah masuk ke pemukiman warga, takutnya ada yang risih. Jadi hanya di pinggiran jalan-jalan besar saja. Alhamdulillah sehari bisa dapat Rp10 sampai Rp30 ribu dari hasil jualan plastik," ujarnya.

Meskipun hidup mengiringi kedua orangtuanya keliling wilayah Palembang sebagai manusia gerobak, ketiga anak Endang dan Siti tak pernah merasa lelah. Disaat sela-sela beristirahat, mereka bertiga pun menyempatkan waktu untuk bermain bersama-sama.

Bahkan saat melihat tong sampah di pinggir jalan, Auli dan Rahman, dengan cepat memeriksa tong sampah dan mengambil botol plastik yang didapatnya.

"Ayah..ini dapat," teriak Rahman, anak kedua Endang sembari menunjukan botol plastik air mineral yang didapatnya di salah satu tong sampah.

Endang dan Siti memang sangat sayang kepada ketiga anaknya. Sebagai orangtua, keduanya tidak ingin masa depan ketiga anaknya sama seperti mereka. "Memang saya selalau cemas dan khawatir, kalau anak-anak lari-lari di jalan. Kalau malam hari, anak-anak harus tidur di dalam gerobak biar aman. Kami pernah kemalingan saat tidur di simpang DPRD. Waktu itu ada orang yang mencuri tas kami dan uang saya hilang. Tidak apa-apa kalau tas hilang, yang penting anak saya aman," ujarnya.

Enggan Mengemis

Sempat beredar kabar bahwa Endang pernah menerima satu unit rumah pada acara program disalah satu stasiun televisi swasta, namun Endang mengatakan itu sama sekali tidak benar.

Memang selama ini banyak yang bilang Endang dan keluarganya hanya meminta belas kasihan orang lain. Namun itu tidak benar sama sekali.

"Saya berkata jujur apa adanya, saya dan keluarga tidak mengemis. Memang saya miskin, tapi saya menafkahi keluarga saya dengan mencari plastik. Memang kami pernah masuk acara televisi, tapi yang dapat rumah itu tukang keruntung yang ada di Pasar 16 Ilir,"

"Alhamdulillah memang selama ini banyak pengendara yang membantu kami saat di jalan. Ada yang kasih uang dan ada yang kasih nasi bungkus. Bahkan petugas Pol PP pun pernah memberi kami nasi, karena melihat kami kelaparan di jalan," ujar Endang yang tetap bersyukur dengan kehidupan yang dijalaninya.

Sementara itu ketika diminta tanggapannya perihal adanya manusia gerobak, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Sosial Sumsel Belman Karmuda, siap menampung manusia gerobak di panti milik pemerintah, jika yang bersangkutan berkenan.

Tapi jika tidak, maka pihaknya tak bisa memaksakan. Menurut Belman, untuk sementara pihaknya belum ada program bantuan kepada Endang dan keluarga.

"Kami akan cek apakah yang bersangkutan ada identitas atau tidak," katanya.

Kalau yang bersangkutan memiliki identitas kependudukan, maka pihaknya akan mendorong jika ada bantuan dari pemerintah untuk masyarakat miskin. Tapi jika manusia gerobak tak memiliki identitas pihaknya akan berupaya untuk membuatkan identitas terlebih dahulu.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved