Eksklusif Warta Kota

Kisah Tragis Minah (87) Bertahan Hidup Dari Beras yang Tercecer di Pasar Cipinang

Perempuan-perempuan itu adalah pengumpul beras yang tercecer. Mereka menggantungkan hidupnya dari butir-butir beras para juragan yang jatuh ke tanah.

Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Suprapto
Wartakotalive.con/Feryanto Hadi
Minah (87) yang mengandalkan hidup dari sisa beras di Pasar Induk Cipinang. Jika musim hujan, dia satu hari bisa tidak makan. 

“Kalau hari biasa kan bisa makan dua sampai tiga kali sehari, meskipun kadang nggak pakai lauk juga. Kalau musim hujan, ya saya sering puasa. Bukan semata-mata karena ibadah, tapi nggak ada yang dimakan,” kisahnya.

Tujuh Kucing

Hal paling mengiris batin, ketika Minah dilanda kerinduan kepada anak dan satu cucunya. Di saat ingin pulang ke kampung halaman, namun tidak ada sepeserpun uang yang ia miliki.

Kondisi itu, kata Minah, menjadi moment yang paling menyiksanya.

Padahal, dulu, ketika usianya belum tua seperti sekarang, ia kerap membayangkan kehidupan masa tua yang tenang, bisa berkumpul dengan anak cucu.

Tetapi kenyataan berbicara lain. Minah tetap harus melanjutkan hidup, meskipun dengan perjuangan yang tak mudah.

Saat Minah sakit, ia juga merasakan betapa sedihnya hidup sendirian, jauh dari keluarga.

Terkadang, ketika ia merasakan sakit luar biasa, ia tidak ingin memperlihatkan rasa sakit itu di hadapan semua orang.

Ia tetap datang ke pasar dan bekerja seperti biasa. Namun demikian, Minah tidak berhasil menyembunyikan sakit yang dideritanya. Melihat kondisi Minah yang lemah dan pucat, beberapa temannya mengantarkan Minah pulang.

 “Kalau saya sakit, saya nangis sendiri. Mau minta tolong ditelponin ke kampung, saya takut nanti malah merepotkan. Mau berobat di sini, ndak punya uang. Tapi pernah, suatu hari saya kejang-kejang, teman saya telpon anak saya. Saya dijemput ke sini dan dibawa pulang. Tapi setelah sembuh saya berangkat ke sini lagi,” kata Minah.

Di masa senjanya, Minah kesepian. Tetapi ia beruntung memiliki tujuh kucing kesayangan, tiga kucing di rumah kontrakan dan empat kucing lain di ‘markas’ Minah, di sebuah gubug beratap terpal, di sudut pasar.

Saat Warta Kota berbincang dengan Minah, empat kucing itu sedang makan di samping tubuh Minah.

Sesekali, kucing itu naik ke pangkuan Minah.

“Kalau yang di sini ada empat. Mereka sudah tahu kapan saya datang dan pulang. Tiap pagi saya datang, mereka sudah menunggu di sini,” kata Minah.

Bahkan, setiap hari Minah selalu membawakan nasi dan lauk untuk makanan kucing kesayangannya itu.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved