Bayi Dimutilasi di Tegal Alur

Inilah Analisis Prof Adrianus Terkait Ibu Mutilasi Bayinya di Cengkareng

Kriminolog UI Prof Adrianus Meliala menganalisis perilaku Mudmainah yang tega membunuh dan memutilasi anaknya. Inilah hasil analisis itu.

Editor: Suprapto
dok.Warta Kota
Mudmainah yang memutilasi anak kandungnya mengaku tak takut dengan suaminya. 

WARTA KOTA, PALMERAH— Kriminolog UI Prof Dr Adrianus Meliala menganalisis perilaku Mudmainah yang tega membunuh dan memutilasi anaknya. Inilah hasil analisis itu.

Seorang ibu memutilasi anaknya itu sudah hal aneh, tidak mungkin bahkan mustahil.

BACA: Potongan Tangan, Kaki, Kelamin Anaknya Sendiri Disajikan di Meja Makan

Makanya kalau sampai itu terjadi, si ibu pasti sakit jiwanya.

Begitu juga di kasus Mudmainah (28) yang memutilasi anak kandungnya sendiri di Cengkareng, Jakarta Barat. Ini saya jamin, si ibu sakit.

BACA: Usai Memutilasi Anak Kandung, Iin Duduk Tanpa Busana

Saya yakin dia mengidap skizofrenia akut. Itu kondisi gangguan jiwa yang ekstrem.

Dia bukan mengidap depresi. kalau depresi, Mudmainah yang membunuh dirinya sendiri.

Sebab depresi itu tak aktif. Tapi kalau skizofrenia, pengidapnya cenderung aktif dan tak sadar apa yang dilakukannya.

Ketika melakukan mutilasi, Mudmainah tak akan sadar. Pengidap skizofrenia itu, antara satu episode dengan episode dalam kehidupannya tak saling terhubung. Itulah mengapa dia bisa tak sadar ketika memutilasi anaknya.

Pengidap skizofrenia itu kadang dia terlihat sehat. Pengidap ini bisa dimulai dengan seorang yang sifatnya pendiam maupun introvert.

mutilasi

Terkadang pengidap skizofrenia ini tak sadar bahwa dia terjangkit.

Ketidaksadaran bahwa dia mengidap skizofrenia itu bisa muncul karena sibuk bekerja atau lainnya.

Atau ciri-cirinya ada, tetapi tidak disadari karena kondisi keluarga yang miskin dan tak mengerti ada yang aneh dengan anak mereka.

Akhirnya skizofrenia itu terus bertumpuk-tumpuk dan makin akut.

Kalau sudah begitu hanya tinggal menunggu pemicunya saja untuk kemudian meledak dan membuat pengidapnya tak terkontrol.

Pemicunya bisa macam-macam, mulai dari kecemburuan, stres, kelelahan dan ketegangan yang berlebihan.

Melihat adanya gelagat sakit jiwa, polisi tak bisa membawa kasus ini ke ranah hukum. Harus dibawa ke rumah sakit jiwa.

Tapi apa mampu dia dibawa ke rumah sakit jiwa. Keluarganya mampu tidak biayai.

Karena belum ada BPJS yang menanggung penyakit jiwa. Itu yang repot. (ote)

UPDATE GOSIP ARTIS:   SELEB WARTA KOTA

LIKE FANPAGE FACEBOOK: wartakotalive 

FOLLOW TWITTER : @wartakotalive

FOLLOW INSTAGRAM : @wartakotalive

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved