Keakraban Muhammad Ali dengan Warga Jakarta Terlihat Seperti ini
Legenda tinju kelas berat, Muhammad Ali, tidak hanya dikenal di Amerika Serikat. Dia pernah berkunjung ke Indonesia
Dalam pertarungan itu, Ali menyiksa lawannya Lubbers selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta.
Ali dielu-elukan bak pahlawan terutama karena dia seorang Muslim. Dia juga dianggap representasi pahlawan bagi bangsa-bangsa Dunia Ketiga.
“Lubbers jelas menjadi representasi kolonialisme Belanda, dan orang-orang Indonesia bersemangat melihat kemenangan politik mereka terulang di atas ring,” tulis Julio Rodriguez, “Documenting Myth” dalam Sports Matters: Race, Recreation, and Culture suntingan John Bloom dan Michael Nevin Villard.
Secara teknis, Ali tidak dalam kondisi terbaik. Persiapannya hanya sepuluh hari.
Ali tidak meremehkan reputasi Lubbers sebagai kuda hitam. Seperti kebiasaannya mengumbar omongan kepada pers sebelum bertanding, Ali sesumbar akan menumbangkan Lubbers di ronde kelima.
Pertandingan disiarkan secara internasional. Pertandingan nongelar ini tetap menarik khalayak ramai. Tiket yang dibandrol Rp 1.000 sampai Rp 27.500 ludes terjual.
“Salah satu hal yang paling diingat dari pertandingan ini adalah kapasitas Ali yang mampu menarik perhatian khalayak internasional. 35.000 orang Indonesia datang untuk menonton. Ditambah pameran tentang Ali yang ikut menarik 45.000 orang untuk datang melihat-lihat,” tulis David West dalam The Mammoth Book of Muhammad Ali.
Kesan pertama saat berkunjung ke Indonesia pada 1973, ia berkata:
"Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapapun."
Setelah memutuskan pensiun dari dunia tinju pada 1981, Ali kembali berkunjung ke Indonesia pada 23 Oktober 1996.
Mungkin saat itu ia merasa kangen dengan sikap ramah masyarakat tanah air yang mudah tersenyum.
Video Ali bertanding: