Yuk, Bertanam dalam Air

Bertanam aneka sayur tak lagi membutuhkan lahan luas dan tak perlu membolak-balik tanah.

Repro Kompas
Bertanam dalam air. 

Oleh Mawar Kusuma

WARTA KOTA, PAMULANG - Hidroponik jadi tren baru di wilayah perkotaan. Bertanam aneka sayur tak lagi membutuhkan lahan luas dan tak perlu membolak-balik tanah. Cukup dengan media air, tanaman hijau segar siap petik di atas atap rumah.

Berawal dari sepuluh kaleng susu dan botol bekas air mineral, Bambang (40) bertanam pakcoi, selada, cabai, dan tomat di halaman belakang rumahnya. Menikmati pertumbuhan pesat dari sayur-mayur yang baru satu bulan ditanam itu, Bambang makin kecanduan berkebun.

Untuk memantapkan ilmu bertanam dengan media air, pria yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini sudah dua kali mengikuti pelatihan hidroponik di Parung Farm, Bogor, dan Kebun Hidroponik Koe, Pamulang.

”Tanaman hidroponik saya sudah lumayan subur tetapi belum panen. Baru coba-coba, tertarik karena enggak kotor,” kata Bambang yang jatuh cinta setelah membaca artikel tentang hidroponik di majalah Trubus.

Berawal dari buku bacaan pula, Shinta (50) kepincut untuk bercocok tanam menggunakan media air. Ibu rumah tangga yang tinggal di Taman Kebun Jeruk, Jakarta Barat, ini sempat beberapa kali menanam sayur di tanah halaman belakang rumahnya, tetapi selalu gagal.

Kali ini, Shinta baru akan mencoba bertanam hidroponik dengan sistem gelembung. Aneka sayuran ditanam di atas bak-bak mungil berisi air dan larutan hara. Dengan menggunakan pompa listrik, media air mendapat tambahan oksigen dari gelembung-gelembung udara.

”Cari kesibukan. Tertarik hidroponik karena ingin dapat makanan yang sehat. Ini baru pertama kali pengin mencoba. Kalau berhasil mau menanam lebih banyak lagi,” ujar Shinta yang juga hobi bercocok tanam aneka buah dalam pot di rumah.

Pengelola Kebun Hidroponik Koe, Ary Widya Baruna Putra, jatuh cinta pada hidroponik sejak kuliah. Selain bersih dan tak membutuhkan lahan luas, hidroponik juga dinilai unggul karena jaminan bebas bahan kimia berbahaya.

Dengan media air, tanaman hanya perlu mendapat tambahan pupuk yang mudah larut dalam air. Jauh dari tanah, beragam hama dan penyakit tanaman bisa lebih terkontrol. Aneka insektisida kimiawi berbahaya pun dengan mudah bisa dijauhkan.

Hobi-bisnis
Dari sekadar hobi, sebagian pencinta hidroponik pun mulai melirik ke ranah bisnis. Melihat besarnya keuntungan yang bisa diraup dari bisnis hidroponik, Bambang langsung teringat tanah nenek moyangnya di NTT yang gersang dan tak bisa menghasilkan sayuran.

Karena tak butuh media tanam berupa tanah, hidroponik bisa menjadi solusi untuk bertanam aneka sayuran di perbukitan gersang di NTT. ”Sayuran masih didatangkan dengan kapal dari Pulau Jawa. Itu peluang besar. Pengin buka usaha di sana. Bisnis bisa dimulai dari hobi,” tambah Bambang.

Besarnya peluang bisnis sayuran di NTT antara lain bisa dilihat dari tingginya permintaan dari restoran-restoran. Jika sudah berhasil dengan pasar NTT, mimpi Bambang pun sudah melambung hingga ke seantero Indonesia timur yang punya permasalahan sama dalam suplai sayur-mayur yang harus dipasok dari Jawa.

Bisnis hidroponik semakin menarik karena semua jenis sayuran bisa ditanam di media air. ”Bisa terserah kita. Apa saja bisa ditanam. Komoditas yang paling menarik buat Indonesia timur ya sayur biasa. Kalau bahan-bahan salad dijamin pasar enggak begitu suka,” kata Bambang.

Bersama dua rekannya, Ary lebih dulu memulai bisnis hidroponik sejak awal tahun 2009. Dengan modal Rp 150 juta, mereka membangun kebun hidroponik skala produksi seluas 400 meter persegi. Dalam sepekan, sayuran hidroponik bisa dipanen hingga dua kali.

Sumber: KOMPAS
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved