Bulan Suci Ramadan

Kisah Shirmah Tak Kuat Puasa dan Umar Melanggar Hubungan Intim, Maka Turunlah Ayat Ini

Mengapa Allah memerintahkan untuk puasa? Lalu kenapa akhirnya diizinkan untuk menggauli para istri di malam hari. Begini jelasnya

tribunnews
Selamat Menunaikan Ibadah puasa Ramadan 

Kisah Shirmah yang tidak kuat puasa dan Umar Al-Khaththab yang melanggar saat malam hari berhubungan intim jadi kisah yang menarik untuk diambil pelajaran.

Dan ini berkaitan dengan tafsir ayat puasa.

Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan hadits berikut.

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahuanhu, salat dibagi menjadi tiga periode.

Puasa juga dibagi menjadi tiga periode.

Adapun periode salat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, lantas beliau salat selama tujuh belas bulan menghadap Baitul Maqdis.

Kemudian turunlah firman Allah,

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya."

Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabbnya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 144).

Maka ketika itu Allah memerintahkan untuk menghadap Makkah. Inilah periode pertama.

Lalu mereka berkumpul untuk salat, lantas sebagian mereka mengumumkan kepada sebagian lainnya, sambil mengeraskan suara.

Kemudian ada seseorang dari Anshar yaitu ‘Abdullah bin Zaid mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat seperti orang yang tertidur, yaitu antara orang yang tertidur dan sadar, aku melihat ada seseorang dengan dua baju berwarna hijau, ia menghadap kiblat lantas mengucapkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaaha illallah, Asyhadu alla ilaaha illallah, dua kali dua kali.”

Bacaan itu diucapkan sampai selesai azan. Lalu berlalu waktu tanpa tergesa-gesa, ia mengucapkan seperti kalimat pertama, namun ia tambahkan kalimat “qad qaamatish shalaah, qad qaamatish shalaah”.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Suruhlah Bilal untuk mengumandangkan azan seperti itu.”

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved