Bom Sibolga

UPDATE Soal Motif Kasus Bom Bunuh Diri dan Teroris Sibolga, Ini Kata Pengamat dan Kapolri

UPDATE Soal Motif Kasus Bom Bunuh Diri dan Teroris Sibolga, Ini Kata Pengamat dan Kapolri

Antara Sumut/Jason Gultom
Kawasan lokasi penangkapan terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara, Rabu (13/3/2019). 

Dua pengamat menyebut peristiwa ledakan bom bunuh diri yang menyertai penangkapan terduga teroris bernama Upang alias Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumatera Utara, Selasa (12/3), berkaitan dengan pemilihan umum 17 April 2019.

Melansir bbc news indonesia, Rakyan Adi Brata, peneliti International Association For Counter Terrorism and Security Professionals Center For Security Studies (IACSP), memperkirakan serangan yang akan dilakukan Abu Hamzah terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden pada 17 April mendatang.

Dia menyebut, dalam grup Telegram ISIS di Indonesia, pada pertengahan Februari lalu, beredar fatwa yang dipakai ISIS di Irak terkait dengan mengamalkan "Amaliyah" saat proses pemilu di Irak. Pesan itu, ujarnya, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Penerjemahan itu bukan tanpa tujuan, mengingat Indonesia juga sedang dalam rangka pemilu, saya melihatnya sebagai sebuah potensi untuk justifikasi untuk copy-paste fatwa yang dipakai oleh Daulah Islam di Irak untuk dipergunakan juga di Indonesia," kata Rakyan kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.

Rakyan mengatakan kelompok terduga teroris paham bahwa mereka tidak dapat menggagalkan pemilu.

Husain memiliki seorang istri bernama Solimah, yang melakukan bom bunuh diri bersama bayi usia 2 tahun, pada Rabu (13/3/2019) dinihari, sekitar pukul 01.20 WIB.

Solimah, istri terduga pelaku terorisme di Kota Sibolga, meledakkan diri di kediaman di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatera Utara, setelah pihak kepolisian lebih dari 12 jam melakukan negosiasi.

Namun, ujarnya, mereka tetap akan melancarkan serangan untuk menunjukkan eksistensi dan memperlihatkan bahwa mereka masih kuat.

Senada dengan Rakyan, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan rencana serangan itu terkait dengan pemilu serentak 2019.

Menurut Chaidar, kelompok terduga teroris melihat pemilu sebagai momentum yang cukup menguras perhatian orang, maka mereka menganggap momen itu penting untuk melakukan serangan.

"Mereka menganggap demokrasi, pilpres, itu adalah sebuah kebatilan dan mereka akan menyerang upacara atau kampanye-kampanye kebatilan tersebut," kata Chaidar.

Chaidar mengatakan otoritas keamanan perlu mengantisipasi eskalasi gerakan terorisme menjelang Pilpres, khususnya di Medan, Riau, Lampung, dan beberapa daerah di Pulau Jawa seperti Surabaya, Jawa Tengah, juga Bekasi dan Tangerang.

Terpisah Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan bahwa kejadian teroris di Sibolga tidak ada hubungannya dengan Pemilihan Umum (Pemilu).

"Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan Pemilu. Tidak ada hubungannya dengan pesta demokrasi mendatang," kata Tito di Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar Medan, Selasa (12/3/2019) malam.

Orang nomor satu di Mabes Polri ini menegaskan memang mereka mau ada pemilu atau tidak ada pemilu kerja terus dan jalan terus sesuai ideologinya mereka.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved