Tanah Longsor

Suara Jerit dan Tangis Menggema dalam Kepanikan Warga Situkung Saat Longsor Menghantam

Suara Jerit dan Tangis Menggema dalam Kepanikan Warga Situkung, Banjarnegara, Jawa Tengah Saat Longsor Menghantam Wilayah Mereka

Editor: Joanita Ary
Instagram @banjarnegara.terkini
LONGSOR BANJARNEGARA -- Teriakan ketakutan pecah saat tanah dari lereng bukit di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara, tiba-tiba longsor pada Minggu sore, 16 November 2025. Tanpa aba-aba, aliran lumpur pekat dan serpihan tanah membawa reruntuhan pohon dan batu menabrak rumah-rumah warga, mengguncang ketenangan sore itu. 

WARTAKOTALIVECOM, BANJARNEGARA — Teriakan ketakutan pecah saat tanah dari lereng bukit di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara, tiba-tiba longsor pada Minggu sore, 16 November 2025.

Tanpa aba-aba, aliran lumpur pekat dan serpihan tanah membawa reruntuhan pohon dan batu menabrak rumah-rumah warga, mengguncang ketenangan sore itu.

Di tengah gesekan suara longsor yang mencekam, jeritan warga terdengar bersahutan.

Ibu-ibu berlari sambil menggendong anak-anak mereka yang menangis histeris. 

Orang tua tak kuasa menahan tangis melihat rumahnya tertutup tanah tebal.

Suasana berubah menjadi kepanikan menyeluruh. Kepulan debu tanah bercampur air hujan menyelimuti udara, membuat pandangan semakin kabur.

“Semuanya panik, semua berteriak, saya tak sempat selamatkan apa-apa. Hanya bawa anak dan lari,” ujar Warti (38), salah satu warga yang rumahnya rusak tertimbun longsor, dengan suara bergetar.

Menurut Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Banjarnegara, Raib Saekhudin, hingga Minggu malam sudah ada 480 warga yang terpaksa mengungsi ke tempat aman.

 “Tanahnya masih bergerak, sangat berbahaya. Kami sudah minta agar warga tidak kembali dulu ke rumah masing-masing,” katanya.

Setidaknya 20 rumah di satu RT dilaporkan terdampak, dan angka ini masih dapat bertambah.

Tim BPBD dibantu relawan desa dan aparat setempat bekerja sepanjang malam untuk evakuasi dan pendataan awal, meski cuaca belum sepenuhnya bersahabat.

Di lokasi pengungsian sementara, suasana pun pilu.

Anak-anak yang masih terisak dalam pelukan orang tuanya belum sepenuhnya memahami musibah besar yang menimpa mereka.

 “Kami hanya bisa pasrah. Yang penting bisa selamat dulu,” ujar Suparno (55), sambil mengelus kepala cucunya yang tertidur dengan mata sembab.

Longsor ini menambah daftar panjang bencana alam yang melanda Banjarnegara, wilayah dengan topografi rentan pada musim penghujan.

 Warga berharap pemerintah segera memberikan penanganan darurat dan solusi permanen agar bencana serupa tak lagi mengancam kehidupan mereka di masa mendatang.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved