Berita Nasional

Jadi Percontohan Budidaya, Menteri Trenggono Ajak Raffi Ahmad Tinjau Tambak Nila di Karawang

Menteri Trenggono ajak Raffi Ahmad dan The Dudas-1 ke BINS Karawang, kenalkan budidaya ikan nila salin modern berbasis ekonomi biru.

Editor: Mohamad Yusuf
Dok. Kementerian KKP
TINJAU BINS – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Raffi Ahmad dan The Dudas-1 meninjau tambak nila salin di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (2/11/2025). Kunjungan ini menjadi bagian promosi ekonomi biru KKP. 
Ringkasan Berita:
  • Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Raffi Ahmad dan The Dudas-1 meninjau BINS Karawang.
  • Program BINS menjadi percontohan budidaya nila salin modern berbasis ekonomi biru.
  • Kunjungan ini diharapkan mendorong anak muda tertarik menekuni sektor perikanan berkelanjutan.

 
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mengajak sejumlah figur publik untuk melihat langsung inovasi budidaya ikan nila salin di lokasi modeling BINS Karawang, Jawa Barat, Sabtu (2/11/2025).

Raffi Ahmad bersama rekan-rekannya di kelompok The Dudas-1, yakni Ariel Noah, Gading Marten, dan Desta, ikut mendampingi Menteri Trenggono meninjau sistem tambak modern yang dikembangkan KKP.

Dalam kunjungan tersebut, Menteri Trenggono menjelaskan bahwa proyek Budidaya Ikan Nila Salin (BINS) menjadi bagian dari langkah nyata KKP untuk merevitalisasi tambak tradisional menjadi tambak modern berorientasi ekspor.

Baca juga: Tragis, Remaja Perempuan di Jambi Dicekik, Dipukul dan Mayatnya Dibuang ke Sungai

Baca juga: Pegawai Pemkab Sidoarjo Terjaring Pesta Gay di Hotel, Bupati: Mundur atau Dipecat Tidak Hormat

Baca juga: Baku Tembak di Bekasi, Dua Pelaku Curanmor Bersenpi Akhirnya Tumbang di Tangan Polisi

“Melalui pembangunan modeling nila salin di Karawang, kami ingin menjadikan daerah ini contoh nyata penerapan ekonomi biru, yaitu pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Menteri Trenggono.

Menurutnya, program ini juga membuka lapangan kerja baru dan menjadi peluang bagi generasi muda untuk ikut mengembangkan budidaya perikanan modern.

Karawang dipilih sebagai lokasi percontohan karena memiliki lahan tambak potensial yang belum dioptimalkan. Melalui BINS, lahan-lahan idle tersebut diubah menjadi tambak nila salin efisien dan ramah lingkungan.

“Budidaya ikan bukan hanya tentang produksi, tetapi juga masa depan pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan,” tegasnya.

Dalam kunjungan itu, Menteri Trenggono juga meninjau instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) dan sistem intake air laut dan tawar yang digunakan untuk menjaga kualitas air di tambak.

Kagum dengan Inovasi KKP

Raffi Ahmad mengaku kagum dengan inovasi budidaya nila salin yang dikembangkan KKP. Menurutnya, program ini bukan hanya menghadirkan sumber protein hewani berkualitas, tapi juga membuka lapangan kerja baru.

“KKP luar biasa. Program seperti ini bisa membuka peluang ekonomi dan sekaligus menyehatkan masyarakat,” kata Raffi.

Menteri Trenggono berharap keterlibatan para figur publik seperti Raffi, Ariel, Gading, dan Desta dapat menarik minat generasi muda terhadap ekonomi biru.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan BINS Karawang dirancang menggunakan teknologi modern agar hasil panen meningkat signifikan.

“Dari produktivitas yang sebelumnya sekitar 0,6 ton per hektare per siklus, kini bisa mencapai hingga 80 ton per hektare per siklus,” jelasnya.

Tb Haeru menambahkan, peningkatan ini tidak hanya berdampak pada volume produksi dan ekspor, tetapi juga membuka lapangan kerja serta memperkuat ekonomi daerah melalui aktivitas pendukung seperti logistik, pakan, dan pengolahan hasil ikan.

Potensi Besar Ikan Nila Salin

Ikan nila salin dipilih karena mampu hidup di air payau dengan kadar garam hingga 20 ppt. Pertumbuhannya cepat, tahan penyakit, dan memiliki pasar luas di dalam dan luar negeri.

Data KKP menunjukkan permintaan global ikan tilapia mencapai 7,84 juta ton pada 2024 dan diproyeksikan naik menjadi 8,9 juta ton pada 2030. Indonesia kini menjadi produsen tilapia terbesar kedua di dunia dengan produksi 1,4 juta ton, atau 20,5 persen dari total produksi dunia.

Area BINS Karawang yang dibangun di lahan seluas 230 hektare dilengkapi dengan fasilitas modern seperti intake air laut dan tawar, area pembesaran ikan, IPAL, serta kawasan terpadu.

Dengan sistem terintegrasi ini, BINS Karawang ditargetkan mampu menghasilkan 11.150 ton ikan per tahun dan membuka lapangan kerja bagi sekitar 500 orang.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp dan Google News.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved