Pendidikan

Unsika Gandeng Serikat Pekka Karawang Kembangkan Produk Makanan dari Cangkang Rajungan Biji Trembesi

Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang, olah limbah cangkang rajungan jadi Mie Caruka dan biji trembesi.

|
dok. Universitas Singaperbangsa Karawang
Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang, olah limbah cangkang rajungan jadi Mie Caruka dan biji trembesi untuk dijadikan Keripik Tempe Basiah. 

WARTAKOTALIVE.COM, KARAWANG - Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menggelar kegiatan sosialisasi pembuatan produk Unggulan kelompok Pekka (Perempuan Kepala Keluarga) Kabupaten Karawang yang bertempat di salah satu rumah anggota Pekka di Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jumat (5/9/2025) lalu.

Kegiatan ini yang dlakukan oleh dosen dan mahasiswa Unsika ini merupakan rangkaian dari pengabdian kepada masyarakat yang bertemakan 'Pemberdayaan kelompok Pekka Karawang melalui pengembangan Produk Unggulan Berbasis Kearifan Lokal'.

Pelaksanaan kegiatan melibatkan mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang. Peserta kegiatan yaitu ibu-ibu anggota PEKKA di Kabupaten Karawang.

Produk yang disosialisasikan pada kegiatan ini berupa mie kering yang terbuat dari limbah cangkang rajungan yang dinamai Mie Caruka (Cangkang Rajungan Pekka – Unsika) dan Keripik 'Tempe Basiah' yaitu keripik tempe yang terbuat dari biji trembesi, bukan dari kedelai.

“Nama Basiah ini diambil dari istilah lokal yaitu siti basiah yang merupakan nama lokal pohon biji trembesi," ucap Sumini selaku kader Pekka dari Desa Cadaskertajaya.

Menurut Sumini, di Desa Cadaskertajaya memang masih banyak terdapat pohon trembesi.

Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang (1)
Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang, olah limbah cangkang rajungan jadi Mie Caruka dan biji trembesi untuk dijadikan Keripik Tempe Basiah.

Sementara, limbah cangkang rajungan banyak terdapat di Desa Sukajaya, karena berdekatan dengan laut. 

Limbah ini biasanya dibuang atau diolah kembali. Limbah cangkang rajungan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan presentase kadar air (10,16 persen), kadar abu (56,10 persen), lemak (2,88 persen), protein (12,90 persen), kalsium (10,12 mg/100gr) dan fosfor (2,67 mg/100gr).

Selama ini limbah cangkang rajungan diolah menjadi tepung cangkang rajungan, namun belum menjadi produk yang memiliki nilai jual.

Selain limbah cangkang rajungan, tempe basiah juga merupakan produk unggulan kelompok pekka.

Pada tahun 2022, Indonesia mengalami kelangkaan kedelai sehingga banyak produsen tempe dan tahu yang mogok produksi.

Permasalahan ini diatasi dengan pemerintah membuat kebijakan impor kedelai. Padahal, ada bahan lain yang dapat menjadi subtitusi kedelai yaitu biji trembesi, yang kandungan proteinnya bahkan lebih tinggi dari kedelai.

Pohon biji trembesi juga banyak ditemukan di pinggir jalan yang berfungsi sebagai penghijauan.

Buahnya seringkali berserakan di pinggir jalan, tidak dimanfaatkan, dan akhirnya terbuang. 

Padahal, biji trembesi itu lah yang dapat diolah menjadi tempe. Oleh karena itu, tempe basiah ini diharapkan dapat menjadi alternatif makanan yang sehat, bergizi, dan juga enak.

Setelah diolah menjadi tempe, selanjutnya dibuat makanan ringan yaitu keripik Tempe Basiah. Harapannya, makanan ringan ini dapat menjadi alternatif cemilan yang sehat dan bergizi.

Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang, olah limbah cangkang rajungan jadi Mie Caruka dan biji trembesi untuk dijadikan Keripik Tempe Basiah.
Kolaborasi dosen dan mahasiswa Unsika bersama Serikat Pekka Karawang, olah limbah cangkang rajungan jadi Mie Caruka dan biji trembesi untuk dijadikan Keripik Tempe Basiah. (dok. Universitas Singaperbangsa Karawang)

Selain itu, keripik tempe basiah dapat menjadi oleh-oleh khas Karawang.

Ketua Tim kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini merupakan dosen Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian Unsika yaitu Ibu Fatimah Azzahra, beliau sangat mendukung bahwa kegiatan ini sangat sesuai dengan makna sustainable development atau pembangunan berkelanjutan. 

“Kegiatan ini secara langsung mengandung makna SDGs yaitu peningkatan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjuta," ungkapnya.

Ia berharap kegiatan ini dapat bermanfaat khususnya bagi para ibu-ibu, karena ibu-ibu lah yang paling dekat dalam urusan makanan, ketersediaan lauk yang bergizi tinggi, mudah didapatkan dan harganya juga terjangkau.

Selain itu, kegiatan ini juga bermanfaat dalam pengelolaan lingkungan dalam hal ini adalah pemanfaatan limbah.

Mie caruka dan keripik tempe basiah menjadi produk makanan ringan yang menjadi oleh-oleh khas Karawang.

"Diharapkan produk ini terus berkembang dan memberikan dampak ekonomi bagi ibu-ibu kelompok Pekka dan masyarakat di Kabupaten Karawang," ujar Fatimah Azzahra.

Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Tahun Anggaran 2025.

Sesuai dengan Gerakan “Diktisaintek Berdampak” kegiatan ini diharapkan mampu memberikan dampak positif dalam pemberdayaan dan kemandirian perempuan di Desa, khususnya di Kabupaten Karawang.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved