Maulid Nabi

Teks Khutbah Jumat Bertemakan Maulid Nabi Muhammad 1447 Hijriah

Berikut ini khutbah yang bisa disampaikan pada shalat Jumat hari ini, 5 September 2025 bertepatan dengan Maulid Nabi.

istimewa
KHUTBAH JUMAT - Contoh khutbah Jumat bertemakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat (5/9/2025) 

Cinta kepada Nabi Muhammad saw adalah bagian dari iman. Rasulullah saw bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Cinta ini bukan sekadar ucapan lisan atau hiasan perayaan, tetapi harus menjadi kesadaran batin dan diwujudkan dalam amal nyata. Memaknai cinta kepada Nabi berarti meneladani akhlak beliau, menegakkan ajaran beliau, dan membela kehormatan beliau dengan cara yang mulia.

Cara hidup Nabi Muhammad saw yang penuh dengan uswah hasanah (teladan yang baik) tergambar dari hampir semua aspek kehidupannya mulai dari ibadah, akhlak pribadi, hingga interaksi sosial dan kepemimpinan, di antara keteladanan tersebut yakni: pertama, kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah saw hidup sederhana walau mampu hidup mewah. Rumahnya kecil, makanannya sederhana, tidaklah pernah berlebihan, sepertiga perutnya diisi makanan, sepertiga minum, dan sepertiga lagi udara, menggambarkan betapa Nabi tidak pernah menjadikan perutnya penuh dengan makanan yang berlebihan.

Kesederhanaan beliau mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dan bersyukur atas nikmat yang ada. Pakaian yang dikenakan bukanlah pakaian yang glamor yang dapat membuat kaum yang memandangnya menjadi terpesona secara berlebihan. Nabi selalu berpenampilan rapi, bersih, wangi dan sederhana dalam berhias.

Kedua,kejujuran dan amanah. Sebelum menjadi nabi, beliau sudah dikenal sebagai Al-Amīn (orang yang terpercaya). Julukan tersebut bahkan bukan diberikan oleh orang-orang yang sudah memeluk Islam, akan tetapi orang-orang Arab jahiliah pada masa itu. Tidak pernah sekali pun beliau berbohong, bahkan kepada musuhnya. Itulah mengapa “Shiddiq” sebagai salah satu sifat wajib bagi Nabi begitu melekat pada beliau.

Dalam bisnis, beliau jujur, tidak curang, dan selalu memberi informasi yang benar tentang barang dagangannya. Nabi selalu profesional menjalankan kehidupan niaganya sebagai manusia yang juga berlaku hukum ikhtiar kepadanya. Dan hal tersebutlah yang menjadikan Perniagaan yang dikelolanya.

Sidang Jemaah Jum’at rahimakumullāh,

Ketiga, kesabaran dalam ujian. Sejak belia, Nabi telah terbiasa hidup tanpa orang tua, masa-masa dimana sebagian teman sebayanya sedang menikmati indahnya mendapat belai kasih sayang dari kedua orang tua, Nabi tidak dapat sepenuhnya merasakan hal tersebut. Saat dewasa dan memiliki kemapanan hidup, Nabi atas perintah Allah diuji untuk mengorbankan semua yang dimilikinya untuk kepentingan agama Allah. Ketika dihina, difitnah, bahkan disakiti, beliau membalas dengan doa dan kebaikan. Bahkan pada saat di Thaif, beliau dilempari batu hingga berdarah, tetapi tidak membalas dendam. Kesabaran beliau menjadi teladan dalam menghadapi ujian hidup dengan hati yang lapang.

Keempat, kelembutan dan kasih sayang. Beliau menyayangi anak-anak, menyalami mereka, dan memangku cucunya saat khotbah. Suatu hari, Rasulullah saw sedang berkhotbah di masjid. Tiba-tiba, dari kejauhan, datanglah dua cucunya, Hasan dan Husain, yang masih kecil. Mereka berjalan tertatih-tatih sambil terbungkus baju panjang hingga hampir terjatuh. Melihat itu, Rasulullah saw langsung menghentikan khotbahnya. Beliau turun dari mimbar, menggendong keduanya, lalu kembali ke atas mimbar sambil tersenyum.

Anas bin Malik r.a., seorang sahabat yang mengabdi kepada Rasulullah sejak kecil, bercerita:

خَدَمْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَاللهِ مَا قَالَ لِي: أُفًّا قَطُّ وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ: لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا .

"Aku telah melayani Rasulullah saw selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah sekalipun berkata 'ah' kepadaku, dan tidak pernah berkata kepadaku terhadap sesuatu yang aku lakukan: 'Mengapa kamu lakukan itu?' atau terhadap sesuatu yang tidak aku lakukan: 'Mengapa kamu tidak melakukannya?'" (H.R. Muslim).

Keempat, ketegasan dalam prinsip. Dalam hal akidah dan kebenaran, beliau tegas dan tidak kompromi. Menolak tawaran harta, tahta, dan wanita dari kaum Quraisy jika harus meninggalkan dakwah.

Kelima, kepemimpinan yang adil. Nabi senantiasa memperlakukan semua orang dengan adil tanpa membedakan suku atau status sosial. Saat ada bangsawan Quraisy yang mencuri, beliau menolak memberikan perlakuan khusus:

وَايْمُ اللَّهِ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.

"Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved