WARTAKOTALIVE.COM, SERPONG - Di era digital yang serba cepat, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi operasional agar tetap kompetitif.
Salah satu teknologi yang kini banyak diadopsi untuk menjawab tantangan tersebut adalah Generative AI (GenAI).
Laporan Global GenAI menyatakan, lanskap Aritificial Intelligence (AI) akan mengalami perubahan besar di seluruh dunia.
Data menyebutkan, 97 persen CEO memperkirakan teknologi ini akan memberi dampak siginifikan terhadap industri. Sementara 99 persen perusahaan merencanakan investasi dalam GenAI.
Indonesia merupakan negara yang berkembang pesat dalam penerapan teknologi informasi. Hal ini terlihat dari berbagai transformasi digital di pemerintahan dan sektor-sektor industri. Permintaan untuk cloud, keamanan siber, dan analitik data meningkat tajam, dan integrasi AI menjadi pendorong utama.
Di kawasan APAC, Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di pasar layanan TI dengan pertumbuhan tahunan dua digit yang tinggi, dan kita berada di titik penting di mana integrasi AI dapat mendefinisikan ulang cara bisnis beroperasi.
“Dengan mengadopsi teknologi ini, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih gesit dan responsif,” ujar CEO NTT Data Indonesia, Hendra Lesmana saat Media Gathering "Potensi GenAI untuk Transformasi Bisnis" di NTT DATA Digital Experience Center, Green Office Park 9, BSD, Serpong, Kamis (13/3/2025).
Meskipun ada antusiasme terhadap AI, ada tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan.
Menurut Laporan Global GenAI NTT DATA, sebagian besar eksekutif, terutama Chief Information Security Officers (CISOs), mengungkapkan kekhawatiran tentang implikasi GenAI terhadap keamanan dan privasi.
Sekitar 45 persen CISOs merasa tertekan dan kewalahan oleh kemajuan cepat dalam GenAI, menyoroti perlunya kerangka tata kelola yang kuat untuk mengurangi risiko.
Hendra menyebutkan, bahwa delapan dari sepuluh responden masih ragu tentang manfaat nyata GenAI bagi operasi mereka, dan hanya 43 persen yang sangat setuju bahwa solusi GenAI yang ada memenuhi harapan mereka.
"Ketidakpastian ini menunjukkan pentingnya inovasi yang didukung GenAI yang bertanggung jawab, yang memprioritaskan etika, keamanan, dan keberlanjutan," sebutnya.
Selain itu, lanjut Hendra, bahwa kualitas data yang rapih dan akurat tentunya menjadi sangat penting dalam implementasi dari GenAI.
"Untuk menggunakan Gen AI, datanya harus benar dulu. Banyak dari data yang terkumpul itu tidak baik-baik saja," ujar Hendra.
Ia menambahkan, tanpa tata kelola data yang baik, Gen AI tidak akan mampu memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perusahaan.
"Kalau dipaksakan, sementara datanya semrawut, ya nggak akan jadi apa-apa. Tidak ada nilai tambah yang bisa diberikan oleh Gen AI," tegasnya.
Laporan NTT Data Indonesia juga memuat sejumlah skenario penggunaan yang memperlihatkan bagaimana Gen AI dapat memberikan nilai tambah bagi berbagai industri.
Salah satu area yang paling banyak disebut adalah di front office, terutama pada layanan customer service yang kini semakin banyak mengadopsi sistem berbasis AI.
"Sebanyak 52 persen responden kami menyebut bahwa implementasi Gen AI di customer service adalah langkah awal mereka," jelas Hendra.
Selain itu, Hendra menjelaskan tentang perkembangan agentic AI, yang menurutnya merupakan bentuk lanjutan dari chatbot konvensional.
"Teknologi ini tidak hanya merespons, tetapi juga bisa menjalankan tugas-tugas kompleks seperti merancang kempanye pemasaran secara otomatis," ujarnya.
Namun, Hendra kembali menekankan bahwa tantangan utama masih seputar infrastruktur dan data. Karena itu, banyak perusahaan mulai mempertimbangkan penggunaan cloud computing untuk mendukung implementasi Gen AI.
Khususnya di sektor-sektor yang sangat diatur seperti perbankan dan telekomunikasi, mereka cenderung mengarah ke solusi private AI.
Menurut Hendra, pendekatan ini dinilai lebih aman untuk industri yang sensitif terhadap privasi dan regulasi data, seperti pemerintahan maupun sektor yang mengelola data penting pelanggan.
"Private AI ini istilahnya adalah small language model (SLM), bukan large language model (LLM) seperti yang kita kenal di Gen AI umumnya," paparnya.
Potensi AI mengubah strategi bisnis
Hendra mengatakan, dalam tiga tahun ke depan, potensi AI untuk mengubah strategi organisasi inti sangat besar.
Bisnis yang mengadopsi teknologi ini akan meningkatkan efisiensi operasional mereka dan memosisikan diri sebagai pemimpin di industri masing-masing.
“Perusahaan-perusahaan Indonesia yang tidak memprioritaskan integrasi AI secara strategis sekarang akan berisiko tertinggal dalam lanskap digital yang berkembang pesat,” tandasnya.