WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Gelombang serangan ransomware telah mengganggu operasi berbagai lembaga pemerintah dan swasta di dunia.
Meski perusahaan-perusahaan security telah berupaya keras untuk mengatasi serangan ini, kenyataannya serangan cyber terus meningkat.
Serangan semacam ini semakin menunjukkan betapa rentannya sistem keamanan terhadap ancaman cyber.
Pertanyaannya, jika semua pertahanan yang dilakukan ditembus serangan, bagaimana cara melindungi data?
Praktisi IT Simon Simaremare mengatakan jawabannya bagaimana implementasi konsep penyimpanan data yang benar.
Langkah pertama adalah Snapshot dan Safe Mode pada Primary Storage.
Safe mode dengan retensi yang dapat disesuaikan (1 minggu, 1 bulan, hingga 1 tahun) dapat melindungi data secara efektif. Snapshot saja tanpa fitur safe mode, maka hasil snapshot masih bisa dihapus dan dihilangkan.
Baca juga: Dirjen Imigrasi Mengaku Sudah Minta Back Up Data Sejak April ke Kemenkominfo tapi "Dicuekin"
"Dengan adanya snapshot dan safe mode, maka snapshot tidak bisa dihilangkan atau dihapus oleh ransomware sehingga data dapat dipulihkan dalam hitungan menit atau bahkan detik, tergantung jumlah data," ucap Simon lewat keterangan, Sabtu (29/6/2024).
Langkah kedua adalah Backup Immutable Copy.
Bukan hanya mengandalkan sistem backup biasa, tetapi mengimplementasikan Backup Immutable Copy. Data backup yang immutable tidak bisa dihapus, dimodifikasi, atau dienkripsi oleh malware.
"Ini memberikan lapisan perlindungan tambahan yang signifikan," tegasnya.
Langkah ketiga adalah Teknologi Disk Storage dengan Fast Recovery.
Selain fast backup, teknologi disk storage harus memiliki kemampuan fast recovery. Fast backup tanpa fast recovery tidak banyak membantu saat data diserang ransomware.
"Kemampuan untuk memulihkan data dengan cepat adalah kunci untuk mengatasi serangan ransomware. Gunakan disk flash nvme bukan SATA atau SAS apalagi HDD," tuturnya.
Langkah keempat adalah Pencurian Data dapat diatasi dengan mengimplementasikan enkripsi pada semua data.